Heboh Pasien Monkeypox di Ambon Hoaks
KABARTIMURNEWS.COM.AMBON - Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Ambon Wendy Pelupessy menegaskan informasi pasien monkeypox (cacar monyet) yang heboh di publik dirawat di salah satu rumah sakit swasta di ibu kota provinsi Maluku ini, adalah hoax.
"Kabar yang beredar bahwa di rumah sakit telah dirawat pasien monkeypox, kami sudah koordinasi dan direktur rumah sakit tersebut sudah melakukan klarifikasi bahwa tidak ada pasien mokeypox yang dirawat. Untuk monkepox di Kota Ambon belum ditemukan, sehingga masyarakat tidak dibuat resah dan heboh dengan monkeypox. Ini adalah berita hoax," ungkapnya.
Disebutkannya pasien yang dikabarkan ebagai pasien monkepox berasal dari Kabupaten Seram Bangian Barat (SBB) yang memeriksakan diri di rumah sakit di Ambon dengan gejala penyakit kulit.
Pelupessy menegaskan untuk memastikan seseorang terjangkit penyakit tersebut hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan laboratorium dan di Indonesia hanya ada 11 fasilitas dimaksud yang menjadi rujukan untuk pemeriksaan monkeypox.
"Kalau ada suspek di Ambon maka pasien diambil specimen kemudian dikirim ke laboratorium baru bisa dinyatakan bahwa seseorang itu menderita monkeypox,"úngkapnya
Ia menjelaskan penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan ciri-cirinya hampir sama dengan cacar air yakni dengan timbulnya bintik-bintik berisi cairan pada kulit.
"Penyakit ini ditularkan melalui pernapasan atau melalui udara, tapi percikan air liur, kontak kulit dan hubungan seksual. Angka kematian akibat monkeypox itu sangat rendah. Penyakit ini disebabkan virus an pasien bisa menyembuhkan dirinya sendiri apabila daya tahan tubuh kuat. Penyakit ini diikuti oleh gejala demam tinggi, panas, nyeri dan sebagainya. Yang kita redakan melalui obat-obatan. Namun untuk virus itu tidak ada obat,"bebernya.
Kadinkes berharap masyarakat Kota Ambon tidak panik dan khawatir terkait informasi yang beredar, tetapi tetap menjaga perilaku hidup bersih dan sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi, berolahraga serta istrahat yang cukup. (KTL)
Komentar