MI Diminta “Pinang” Pattiasina

ASN Harus Bawah Perubahan Agar Maluku Lebih Baik

AMBON-Pilkada Maluku masih tersisa satu tahun lagi. Namun sebagian kelompok kepentingan di masyarakat menginginkan Murad Ismail yang masih menjabat Gubernur Maluku agar menggandeng mantan Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Wilayah IX Maluku dan Maluku Utara, Ir. Jefri Pattiasina, MT sebagai calon Wakil Gubernur pada Pilgub Maluku 2024 mendatang.
Saat ini pembangunan infrastruktur, terutama jalan dan jembatan di Maluku masih belum memadai. Untuk itu pada masa periode kedua Murad Ismail tentu butuh sosok birokrat dan teknokrat yang handal seperti Jefri Pattiasina.
“Selain berpengalaman di bidang pembangunan jalan dan jembatan, Pattiasina juga sosok yang patuh dan mampu bekerjasama,” kata salah satu aktivis yang menolak menyebutkan jati dirinya, Rabu (15/03).
Lanjut sumber aktivis tersebut, Pattiasina selama memimpin BPJN Wialyah IX Maluku dan Maluku Utara itu, cukup dekat dengan para aktivis maupun kelompok masyarakat lainnya. Pattiasina sejauh ini, namanya juga dikenal luas dan punya basis massa sehingga bisa menopang Murad Ismail melanjutkan masa periodisasi kedua memimpin Maluku. “Saya cukup yakin, jika Murad Ismail bisa menggandeng Pattiasina,itu sangat baik, karena banyak elemen masyarakat pasti mendukung,” ujar sumber.
Masyarakat Maluku, menurutnya tak asing lagi dengan nama Pattiasina. Selain dekat dengan aktivis, yang bersangkutan juga dekat dengan para jurnalis. “Terus terang kami merasa kehilangan sosok Pattiasina saat ia ditarik pindah tugas ke Kementerian PU,” akuinya.
“ Kami yakin, Pattiasina saat ini pasti memiliki jaringan nasional yang baik. Untuk itu, tidak salahnya kalau Pak Murad Ismail akan berpasangan dengan Pattiasina pada Pilgub Maluku 2024 nanti,” imbuhnya.
Selama memimpin BPJN IX Wilayah Maluku dan Maluku Utara, Jefry Pattiasina dianggap banyak menuai prestasi. Salah satu prestasi yang membanggakan masyarakat Maluku kala Jefry berhasil merampungkan pembangunan Jembatan Merah Putih (JMP).
Di lain, sisi kontestasi Pilgub Maluku mulai santer diperbincangkan publik di daerah ini. Dari kalangan elite hingga masyarakat bawah ramai-ramai memprediksi, siapa bakal calon Gubernur atau Wakil Gubernur yang dianggap kuat di perhelatan pesta demokrasi lima tahunan itu.
Beberapa lembaga survey di Maluku bahkan sudah ambil posisi memprediksi berapa potensi figur Cagub maupun Cawagub yang bakal maju merebut kursi panas Maluku itu.
Sebut saja, lembaga survey Center Studies for Network Research atau CENTRA, menilai, akan ada perang bintang di laga Pilgub Maluku. Yang santer saat ini, Gubernur saat ini tentu saja Murad Ismail (MI), tapi di lain pihak ada nama Jeffry Apoly Rahawarin dengan tagline JAR.
Sementara itu, ada juga nama Said Latuconsina yang digadang-gadang bakal ikut kontestasi perhelatan Gubernur Maluku. Said diketahui masih TNI aktif dan Komandan Lantamal IX Ambon yang harus memilih pensiun dini ketika masuk politik praktis ketika memilih "nyalon" di Pilgub.
Sementara dari kalangan sipil, ada Febry Calvin Tetelepta, Herman Kudubun (Politisi), Abdullah Tuasikal (Politisi), Saadiah Uluputy (Politisi), Hamza Sangadji (Politisi) serta Hendrik Lewerisa (Politisi).
Peneliti CENTRA yang juga Sekretaris Eksekutif, Wahada Mony mengatakan, Majunya MI, JAR maupun Said Latuconsina pada Pilgub Maluku memberi indikasi kuat perhelatan demokrasi lima tahunan ini bakal sengit.
Menurut Wahada, “Perang Bintang" akhirnya tak terelakkan, jika ketiganya bersaing ketat di Pilkada Maluku. Namun, kompetensi dan kualitas figur, tandas Wahdah Mony, paling penting untuk lolos jadi kepala daerah.
Namun di kalangan sipil, Vebry Calvin Tetelepta (VCT) patut dihitung. Pasalnya, VCT, relatif berhasil meyakinkan publik dengan jargon "Bangun Maluku" mulai dikenal masyarakat Maluku. Menurut Wahdah Mony, VCT berpeluang peroleh dukungan karena kedekatan istana, a
Apalagi menjabat Staf Deputi I Kepresidenan, hal ini memudahkan VCT melakukan lobi-lobi politik, dengan memanfaatkan kekuasaan yang ada pada dirinya saat ini. "Jadi, VCT tidak boleh dianggap sebelah mata oleh kandidat lainnya,' ingat Wahada Mony.
Menurutnya, dalam kalkukasi politik, MI di tengah jajak pendapat dan survey, elektabilitas masih di posisi puncak dibanding semua calon saat ini. Sebagai Ketua DPD PDIP Maluku yang juga Gubernur Maluku Murad Ismail sudah pasti dikenal publik hingga akar rumput.
Akan tetapi, ujar Wahada, MI harus banting setir, dari sisa waktu masa pemerintahannya. MI harus “pacu kuda” memperkuat citra dan kinerjanya sebelum masuk masa akhir jabatan hingga Provinsi Maluku dipimpin seorang Pj. Gubernur.
Pasalnya, tandas dia, masih banyak pekerjaan rumah yang menurut publik butuh penuntasan. Ini bakal mempengaruhi empati publik kepada figur MI dalam proses kandidasi kedua kalinya itu.
Sementara, antara Jeffry dan Said, dua jenderal yang baru mau maju Pilkada itu juga harus mengejar ketertinggalan dari aspek popularitas publik maupun elektabilitas. Tiga kunci yang jadi variabel tertentu mestinya dimiliki kandidat, yakni, tingkat pengenalan kandidat, tingkat kesukaan publik serta keterpilihan masyarakat.
"Karena kalau sudah dikenal, belum tentu disukai, juga memiliki keduanya tapi belum tentu dipilih," ingat Wahada Mony.
Namun antara MI dan Jeffry atau Said, menurutnya sama-sama memiki peluang bertarung, tergantung design marketing politik juga didukung oleh konsep juga gagasan kompetensi figur sebagai nilai jual publik. Begitu halnya VCT, skema marketing politik harus sampai ke pasar akar rumput, agar popularitas dan elektabilitas kefigurannya bisa menyaingi MI.
Di Pilgub Maluku, ada dua hal pokok penting perlu diperhatikan setiap figur kandidat, Pertama, siapa yang didukung oleh partai yang mana, ini tergantung dari power dan networking di tingkat pusat. Dan kedua, siapa yang menjabat Penjabat Gubernur Maluku.
"MI, JAR atau Said punya pengaruh yang sama di level pusat. Begitu juga VCT, juga sama kuatnya, mudah meyakinkan pihak istana untuk mendukung dirinya. Semua ini tergantung lobi dan kekuatan politik masing-masing," imbuhnya lagi. (*/KT)

Komentar

Loading...