Sembilan Profesor Bakal Sambangi Banda Naira
AMBON- Untuk meluruskan masa depan Indonesia, harus dimulai dari Banda. Makanya Banda dikenal dengan kilometer nol.
Sebanyak sembilan Profesor dan pakar keilmuan dari berbagai Universitas di Indonesia bakal menyambangi Pulau Banda Naira, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), 1 Oktober 2022, mendatang.
Mereka adalah: Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang juga Pakar Gender Indonesia, Profesor.Dr. Musda Mulya, Rektor Institut Para Hikmah Indonesia Pakar Alqur'an dan Science Kelautan, Profesor. Dr. Azhar Arsyad.
Dekan Fakultas Kedokteran Unhas Pakar Sosiolog Kepulauan, Profesor. Dr Hassanudin, Pakar Kemaritiman Unhas Profesor.Dr. Rusnandi, Ahli Biota Laut Unhas Profesor. Dr. Hendra, Pakar Hukum Biota Laut Unhas, Profesor.Dr. Kasyim Ahmad.
Selanjutnya Pakar Arkeologi dan Studi Kolonial Unhas, Profesor. Dr. Abubakar, Rektor UIN Alauddin Makassar, Profesor.Dr. Hamdan Yohannes, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN Alauddin Makassar, Dr Hasbi, Pakar Ekonomi Maritim UIN Alauddin Makassar, Dr. Fais, serta Pakar Perda dan Perneg Hukum Laut, Dr. Azman.
Para pakar ini bakal menetap selama sepkan di wilayah yang pernah menjadi tempat pengasingan Wakil Presiden Pertama Indonesia Muhammad Hatta.
Fasilitator Kemajuan Budaya dan Pariwisata Kawasan Timur Indonesia, Dr. Syarifuddin, yang dikonfirmasi Kabar Timur di Ambon, Rabu (28/9), mengaku, ada lima signifikasi kehadiran sembilan profesor di Pulau Banda selama sepekan, di mulai 1 Oktober 2022, mendatang.
Pertama, kata Syarifuddin, adalah merubah wajah peta jalan penataan pengelolaan pariwisata kawasan Timur Indonesia. Kedua, merubah wawasan berpikir masyarakat dari pola pikir manual menuju global.
"Karena desa wisata itu trend pembangunan ekonomi dunia. Saat ini berbasis wisata dan pariwisata dengan penguatan kapasitas SDM desa, tata kelola desa tentang wisata dan bagaimana bisa sebagai penyangga wisata dengan memaksimalkan dana ADD untuk percepatan ekonomi desa sebagai penyangga pembangunan Maluku untuk Indonesia,"jelasnya.
Menurutnya, para profesor itu bergerak diberbagai bidang. Ada yang ahli kelautan, ahli biota laut, ahli sains Al-Qur'an dan sains. Tujuan kedatangan ke Banda lebih kepada penekan desa wisata berbasis Syariah.
"Nah mereka akan mendiskusikan konsep-konsep tentang bagaimana merubah wajah masyarakat pasca pandemi, memberikan motivasi, masyarakat juga diberikan inspirasi, lalu dicari jalannya bagaimana bisa tumbuh berkembang sesuai ekspektasi visi misi yang mereka canangkan,"paparnya.
Dikatakan, karena desa sekarang sudah terkontaminasi hegemoni berita-berita global, para profesor akan berusaha mendapatkan sebuah framework berpikir, agar bagaimana masyarakat punya cara berpikir tumbuh dari kekuatan kearifan lokal, kekuatan agama dan kekuatan negara.
Dia menjelaskan, warga akan mendapatkan naskah-naskah dan literasi literasi dakwah kebangsaan sebagai dasar, membangun mindset ideologi pembangunan kepariwisataan kawasan Timur Indonesia,"ujar Wakil Dekan III Fakultas Usluhuddin Dakwah IAIN Ambon itu.
"Saya kira kehadiran Universitas Banda Naira, telah menjadi primadona orang Maluku, orang Banda, karena dengan adanya universitas itu akan menggaet seluruh profesor yang ada di Indonesia dan di luar negeri untuk sama-sama kerjasama membangun Banda menjadi Indonesia,"sambung dia.
Artinya, jelas Syarifuddin, Indonesia dicetak di Banda. Miniatur Banda itu yakni, para proklamator memimpikan Indonesia dari Banda dan hal tersebut sebagai alamat bahwa kehadiran para profesor tersebut untuk mengulang sejarah kembali.
"Bahwa untuk meluruskan masa depan Indonesia, kita harus pikirkan mulai dari Banda. Makanya Banda dikenal dengan kilometer nol,"tutup Dr.Syarifuddin. (KTE)
Komentar