Ada 34 Calon Tersangka Penyerangan Gereja

KABARTIMURNEWS.COM,AMBON, - Polres MBD terus berupaya mengusut tuntas kasus penyerangan gereja. Puluhan warga calon tersangka sudah dikantongi.

Buntut penyerangan Gereja Bukit Sion di Desa Elo Kecamatan Mdona Hyera Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) oleh Polres setempat, 34 orang dinyatakan calon tersangka. Kasatreskrim Polres MBD AKP Sulaiman menyebutkan saat ini puluhan orang itu masih berstatus terlapor.

“Iya betul (calon tersangka). Mereka itu sebanyak 34 terlapor, dari 7 LP (laporan polisi) yang kita terima,” akui Kasatreskrim Polres MBD AKP Sulaiman dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Minggu (19/12).

Dia menegaskan, kasus tindakan anarkis di Desa Elo tetap dtindaklanjuti. “Sampai kami sudah layangkan panggilan kepada para calon tersangka,” tambahnya. Namun, kata Kasatreskrim Polres MBD itu para pelaku belum menghadap karena belum ada transportasi dari pulau Sermatang, tempat domisili mereka.

Disampaikan pihak Badan Pengurus Wilayah GSJA Wilayah Lemola, Mdona Hyera & Babar beralamat Jl. Karang Tagepe Kel.Urimesing, Kecamatan.Nusaniwe, bahwa kronologis peristiwa penyerangan terhadap pendeta-pendeta dan Jemaat GSJA di desa Elo berawal dari pelaksanaan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) pada 14 – 16 November 2021.

Dan  pada 13 November 2021, rombongan pendeta peserta Rakerwil sebanyak 18 orang tiba di Pulau Sermatang desa Lelang menggunakan angkutan laut bersama dengan Pdt. Yosy Pera, ketua wilayah setempat, Pdt. Yopy Maluta Sekretaris Wilayah), Pdt. Yenny Meikudy (Bendahara Wilayah) dan Pdt. Jonathan Jacobus (Badan Penasehat Wilayah).

Awalnya raker tersebut berjalan baik tanpa gangguan mengingat GSJA di Kabupaten MBD bukanlah organisasi gereja yang barusan ada di MBD. Buktinya Raker dihadiri dan dibuka resmi oleh Camat Mdona Hyera.

Selesai Rakerwil tersebut, badan pengurus wilayah bersama semua peserta rapat mengadakan kunjungan ke jemaat GSJA Bukit Sion Elo pada 17 November  2021 guna menyampaikan ucapan terima kasih kepada salah satu jemaat, Abner Ley atas dedikasinya, menunjang pelayanan gerejawi dengan menyerahkan rumah miliknya untuk dipakai sebagai tempat beribadah jemaat GSJA selama 2 tahun.

Kunjungan ini juga sekaligus untuk mengadakan ibadah bersama dengan jemaat GSJA Elo di Gedung Gereja Bukit Sion Elo.

Setibanya rombongan di Desa Elo, Badan Pengurus Wilayah dalam hal ini Sekretaris Wilayah bersama Gembala Sidang Pdt. Moses Ley mendatangi rumah kepala desa Elo berinisial “MT” untuk menyampaikan tujuan kehadiran para pendeta.

Sekaligus sebagai bentuk penghargaan terhadap nilai etis dan falsafah hidup masyarakat di daerah itu. Namun ketika hendak ditemui MT mengaku sedang berada di pastori GPM Elo. Dia juga mengaku tidak mau menemui Sekretaris Wilayah dan gembala sidang di rumahnya. Lalu, kepada Pdt Mose Ley melalui WhatsApp, MT menyampaikan jika mau berbicara harus datang ke pastori GPM Elo.

Sekretaris Wilayah Pdt Yopy Maluta yang memahami mekanisme birokrasi dan etika pemerintahan menjelaskan tidaklah mungkin membicarakan urusan pemerintahan dengan pejabat pemerintahan di pastori gereja. Sementara ada rumah kepala desa dan juga ada kantor desa.

Akhirnya agenda pertemuan dengan Kades “MT” batal. Pada malamya sekitar pukul 19.30 WIT ketika hendak pelaksanaan ibadah bersama jemaat di gedung Gereja Bukit Sion Desa Elo, tiba-tiba datang 2 orang pemuda desa Elo. Salah salah satunya adalah Ketua Pemuda Desa Elo, dia melarang ibadah dilaksanakan di gereja tersebut.

Namun kedua warga itu kemudian diarahkan untuk berbicara dengan Ketua Wilayah dan Gembala Sidang yang waktu itu sedang berada di rumah salah satu jemaat, saat ketua pemuda itu hendak menuju rumah jemaat tersebut, tiba-tiba  terdengar bunyi batu mengenai atap senk gereja sebanyak 2 kali, diikuti bunyi tiang listrik dipukul besi.

Tak  lama berselang terjadi lemparan batu ke arah  gedung gereja maupun jemaat dan pendeta-pendeta GSJA, baik yang berada didalam gedung gereja maupun diluar.  Dalam peristiwa itu seorang tenaga kesehatan (dokter) yang berada di TKP dengan tanggap langsung menggunakan sepedamotor, dia menerobos massa warga menuju Polsek Mdona Hyera di desa Lelang untuk melaporkan kejadian anarkis tersebut.

Menyikapi situasi genting akibat penyerangan disertai pelemparan batu ke arah gereja Bukit Sion Elo, Ketua Wilayah GSJA Lemola, Mdona Hyera & Babar, Pdt. Yosi Pera berusaha menenangkan jemaat-jemaat laki-laki yang hendak melakukan perlawanan ditengah kondisi gereja yang dihujani batu.

Disebutkan masa beberapa kali menyasar Ketua Wilayah dengan batu namun tidak mengenai yang bersangkutan.  Di tengah kondisi yang begitu mencekam, jemaat dan sebagian pendeta tetap ada didalam gedung gereja, sementara beberapa pendeta tetap di luar gedung gereja untuk menenangkan jemaat-jemaat yang marah dan tidak terima dengan kejadian tersebut.

Ibadah yang rencananya dilaksanakan bersama pendeta-pendeta akhirnya tidak dapat dilakukan.Sementara ketua Wilayah Pdt Yosi Pera setelah berhasil berbicara dengan ketua pemuda desa Elo Atrius Maloki yang sebelumnya datang untuk menghentikan ibadah dan hendak masuk kedalam gedung gereja mengaku yang memerintahkan penghentian ibadah bahkan melakukan penyerangan adalah Kades Elo dan ketua majelis jemaat GPM Elo.

Di saat Ketua Wilayah sedang berbicara dengan Ketua Pemuda Desa Elo, masa terus menghujani gedung gereja dengan lemparan batu, dan juga menyasar jemaat dan pendeta di luar gedung gereja. Ditengah situasi mencekam tersebut, salah satu jemaat Karel Wolantery yang tidak dapat menguasai diri kemudian berlari kearah penyerang untuk menghentikan mereka. Tapi fatal, sebuah lemparan batu menyebabkan luka robek di bagian kepala korban sepanjang 5 cm dengan 7 jahitan oleh tenaga kesehatan yang datang ke lokasi kejadian.

Pada saat jemaat tersebut terkena lemparan batu, gembala sidang yakni Pdt. Moses Ley berlari mendatanginya untuk memberikan pertolongan dan membawanya masuk ke gedung gereja, di saat hendak menolong korban, Pdt. Moses Ley diserang dengan pukulan kayu balok. Dia sempat menangkis dengan tangan kanan namun mengakibatkan memar cukup besar akibat pukulan kayu tersebut.

Aksi penyerangan dan pelemparan batu ini terjadi selama sekitar 50 menit. Sebelum merekamembubarkan diri, karena tidak ada tanggapan dari jemaat maupun para pendeta. Jemaat dan Pendeta-Pendeta GSJA tetap berada di dalam gedung gereja menunggu kedatangan aparatkemanan dari Polsek Mdona Hyera yang tiba sekitar 2 jam setelah aksi massa warga tersebut.

Kemudian, masih laporan tersebut, pada 17 Nopember pagi pasca penyerangan sehari sebelumnya, jemaat GSJA mendapati pipa-pipa air yang  dipasang ke rumah mereka telah dirusak oleh OTK menyebabkan terhentinya suplai air bersih.  Termasuk pipa air yang mengarah ke rumah sekertaris wilayah GSJA setempat Pdt. Moses Ley.

Menyikapi kondisi  tersebut, Pdt. Moses Leey bersama ayahnya kemudian memutuskan untuk mengambil air bersih di bak penampungan air milik desa, namun kemudian ditentang oleh beberapa warga desa.

Hal tersebut menyebabkan adu mulut dan situasi tegang namun yang dapat diredakan oleh Ketua Wilayah GSJA  dalam beberapa waktu tersebut, baik jemaat maupun para pendeta tidak bisa mendapatkan air bersih, baik untuk memasak maupun untuk kebutuhan MCK.

Masih dari laporan Badan Pengurus Wilayah GSJA Wilayah Lemola, Mdona Hyera & Babar tersebut, sekitar pukul 09.00 Wit pagi, sebagian besar pendeta pun meninggalkan Desa Elo. Menggunakan angkutan laut mereka  menuju pulau Luang.

Pada sekitar pkl 11 siang, Ketua Wilayah, Sekretaris Wilayah,  Pembina Wilayah, Gembala Sidang bersama dengan seorang pendeta GSJA setempat Andre Kuwulay dan 2 anggota Polisi meninggalkan desa Elo menuju Desa Lelang untuk mendatangi kantor Kepolisian Sektor Mdona Hyera untuk menyampaikan laporan polisi. Sementara berada di kantor Polsek Mdona Hyera, Ketua

Wilayah mendapatkan kabar telah terjadi penyerangan lagi. Dimana massa dipimpin oleh Kepala Desa Elo bersama dengan Ketua Majelis Jemaat ( keterangan para saksi mata). Masa datang dengan tujuan untuk membongkar dan membakar gedung gereja GSJA Bukit Sion Elo.

Namun tidak terlaksana karena terjadi pertentangan dimana ketua pemuda desa Elo bersama 2 pemuda lainnya melarang mengakibatkan pemukulan salah satu pemuda desa oleh oknum Kades Elo yakni,MT.

Beberapa orang dari masa yang datang itu berhasil membuka paksa pintu gereja. Mereka memasuki gereja dan membuang kursi-kursi gereja keluar gedung, serta merusak alat musik yang ada di dalam gereja. Situasi genting tersebut, berakhir ketika personil Polsek Mdona Heira dan Ketua Wilayah bersama 4 rekan pendeta tiba di TKP.

“Saat itu massa telah membubarkan diri dan kondisi sudah berangsur kondusif,” demikian bunyi laporan tersebut, diterima Kabar Timur, kemarin. (KTA)

Komentar

Loading...