HIV/AIDS Maluku Capai 5.891 Kasus
KABARTIMURNEWS.COM,AMBON- Berdasarkan data kumulatif Dinas Kesehatan Provinsi Maluku sejak 1994 hingga Agustus 2019, tercatat sebanyak 5.891 kasus HIV Aids terjadi di Maluku.
kasus sebanyak itu terdiri dari kasus HIV sebanyak 4.665 kasus dan Aids sebanyak 1.226 kasus dengan persentasi jenis kelamin yang mengidap, laki-laki 58 persen dan wanita 42 persen. Sementara golongan umur terbanyak yang mengidap HIV Aids ini adalah umur 15-39 tahun yang penularannya melalui seks (85 persen) dan homosex (9 Persen).
"Sesuai peta epidemi HIV Aids Maluku kumulatif ini, daerah yang ditemukan kasus terbanyak adalah kota Ambon sebanyak 3.816 kasus dengan persentase 63,2 persen sejak tahun 1994 sampai Agustus 2019,"ungkap Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, Meykal Pontoh saat dikonfirmasi Minggu (1/12).
Posisi kedua sesuai data kumulatif Dinkes Maluku ini ditempati Maluku Tenggara sebanyak 701 kasus (12 persen), disusul Aru 509 kasus (9 persen), Maluku Tengah 258 kasus (4 persen), Tual 164 kasus (3 persen), MTB 153 kasus (2 persen), MBD 95 kasus (2 persen), Buru 74 kasus (1 persen), SBB 62 kasus (1 persen), SBT 41 kasus (1 persen), dan Bursel 24 kasus (0,003 persen.
Masih kata Pontoh, secara umum, jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya hingga Agustus 2019, kasus HIV Aids di Maluku mengalami penurunan. "Secara umum alami penurunan. Jadi jangan salah kaprah, data kumulatif itu artinya data sejak tahun 1994 hingga Agustus 2019, tapi kalau dibandingkan dua tahun terkahir, kasus HIV Aids di Maluku alami penurunan,"jelasnya.
Dirincikannya, sesuai data kumulatif Dinkes, di tahun ini yakni sejak Januari hingga Agustus 2019, kasus HIV Aids di Maluku tercatat sebanyak 270 kasus, alami penurunan jika dibandingkan tahun 2018 sebanyak 548 kasus dan tahun 2017 sebanyak 776 kasus.
Rinciannya Untuk Kota Ambon, hingga Agustus 2019 tercatat sebanyak 46 kasus dengan rincian HIV 37 kasus dan Aids 9 kasus. Jumlah ini alami peningkatan jika dibandingkan tahun 2018 yang tercatat sebanyak 35 kasus tapi alami penurunan jika dibandingkan tahun 2017 yang tercatat sebanyak 72 kasus.
Sementara di Malteng, untuk tahun ini hingga Agustus 2019 tercatat sebanyak 31 kasus yang semuanya kasus HIV. Alami penurunan jika dibandingkan tahun 2018 sebanyak 82 kasus dan tahun 2017 sebanyak 53 kasus.
Kabupaten Kepulauan Aru, tahun ini hingga Agustus tercatat sebanyak 9 kasus yang semuanya kasus HIV. Alami penurunan dari tahun 2018 yakni sebanyak 40 kasus yang terdiri dari 37 kasus HIV dan 3 kasus Aids, dan tahun 2017 sebanyak 73 kasus dengan rincian 59 kasus HIV dan 14 kasus Aids.
Kabupaten MTB tahun ini hingga Agustus 2019 tercatat sebanyak 25 kasus yang kesemuanya kasus HIV juga alami penurunan jika dibandingkan tahun 2018 sebanyak 27 kasus dengan rincian 26 kasus HIV dan satu kasus aids, dan tahun 2017 sebanyak 33 kasus yang semuanya kasus HIV.
SBB empat kasus (HIV) alami penurunan jika dibandingkan tahun 2018 sebanyak 11 kasus (HIV) dan tahun 2017 15 kasus (14 kasus HIV dan 1 kasus Aids).
Kota Tual 11 kasus HIV yang tercatat tahun ini hingga Agustus, alami penurunan jika dibandingkan tahun 2018 sebanyak 11 kasus (HIV) dan tahun 2017 sebanyak 19 kasus (HIV).
SBT tercatat sebanyak 3 kasus (HIV) hingga Agustus tahun 2019 sejak januari, alami penurunan jika dibandingkan tahun 2018 sebanyak 15 kasus (HIV) dan Tahun 2017 sebanyak 4 kasus (HIV). Kabupaten Buru tercatat sebanyak 7 kasus (HIV), menurun dibandingkan tahun 2018 sebanyak 20 kasus (18 kasus HIV dan 2 kasus Aids).
MBD tahun ini hingga Agustus tercatat sebanyak 13 kasus (HIV) menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 31 kasus (HIV) dan tahun 2017. Sedangkan Buru Selatan tahun ini hingga Agustus 2019 tercatat sebanyak 2 kasus (HIV), alami penurunan jika dibandingkan tahun 2018 sebanyak 4 kasus (HIV).
Dijelaskan Pontoh, alasan hingga Kota Ambon menjadi daerah yang paling banyak ditemukan kasus HIV Aids dikarenakan banyak pemerhati sehingga mudah ditemukan. Berbeda dengan kabupaen/kota lainya. "Jauh lebih bagus kalau ditemukan, supaya bisa diobati kalau masih HIV, tapi kalau tidak ditemukan, nanti bisa bahaya dan menjadi Aids. Makanya kita dorong juga di kabupaten/kota lain untuk sama-sama lebih peduli terhadap HIV Aids ini supaya bisa ditemukan untuk diobati kalau masih HIV,"jelasnya.
Masih kata Pontoh, HIV ini bisa terdeteksi jika dilakukan pemeriksaan. "Makanya haruis diperiksa juga supaya bisa tahu apakah ada HIV atau tidak. Karena kalau tidak diperiksa tidak akan diketahui, karena terlihat biasa saja. Jadi harus diperiksa supaya bisa tahu gejalanya. Kalau positif HIV supaya bisa obati, dan bisa hidup sampai 15-20 tahun kedepan. Tapi kalau dibiarkan terus jadi Aids ditambah lagi dengan penyertaan penyakit lainnya, kemungkinan besar akan meninggal,"jelasnya.
Disinggung sesuai data Dinkes Maluku apakah ada pengidap Aids yang meninggal? Pontoh mengaku ada. Hanya saja angka pastinya tidak diketahui. "ada (yang meninggal karena Aids), karena kalau sudah jadi Aids, peluang hidup itu kemungkinan hanya dua tahun kebawah,"akunya.
Estimasi Populasi Resiko Tinggi
Untuk estimasi populasi Resiko Tinggi atau Risti HIV Aids di Maluku sesuai data Dinkes Maluku terbesar ada di Kota Ambon sebanyak 1.088 orang dengan rincian Wanita Pekerja Seks (WPS) sebanyak 700, Lelaki seks dengan Lelaki (LSL) sebanyak 293, Waria 75, pengguna napza suntik (Penasun) 20.
Maluku Tenggara sebanyak 177 dengan rincian WPS 110, LSL 30, Waria 30 dan penasun 7, Tual 145 dengan rincian WPS 60, LSL 40, Waria 35, penasun 10, Kepulauan Aru 195 dengan rincian WPS 140, LSL 40, waria 10 dan penasun 5. Malteng 154 dengan rincian WPS 29, LSL 50, waria 60 dan penasun 15.
SBB 109 dengan rincian WPS 44, LSL 50, waria 15 dan penasun 0, SBT 76 dengan rincian WPS 36, LSL 30, waria 10 dan penasun 0, Buru 115 dengan rincian WPS 55, LSL 35, waria 20 penasun 5, Bursel 94 dengan rincian WPS 39, LSL 35, waria 20, MTB 105 dengan rincian WPS 50, LSL 35, waria 15 danpenasun 5, MBD 55 dengan rincian WPS 25, LSL 15, waria 15.
Estimasi populasi Risti HIV Aids Maluku ini totalnya 2.119 dengan rinciannya WPS 1.288, LSL 480, waria 284 dan penasun 67.
Dikatakan Pontoh, estimasi populasi Risti ini adalah kelompok-kelompok yang rentan terkena HIV Aids. Salah satu tujuan dibuatkanya Risti ini adalah untuk memudahkan penyuluhan dan pencegahan.
"Jadi dengan estimasi Resiko Tinggi (Risti) ini mudahkan kita untuk penyuluhan dan pencegahan,"tandasnya. (RUZ)
Komentar