HUT Pattimura, Murad-Orno Dianugerahi Gelar Adat
KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Gubernur Maluku Murad Ismail dan Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno dianugerahi gelar adat pada upacara HUT Pattimura ke-202.
Gelar adat diberikan oleh oleh Majelis Latupati Maluku di Lapangan Merdeka, Desa Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Rabu (15/5).
Murad dianugerahi gelar “Dawa Ulu Kai Saka Pata Adate Latu Siwalima”, sedangkan Orno dianugerahi gelar “Dawa Ulu Kai Saka Pata Adate Pati Siwalima”. Gelar adat ini memiliki arti pemimpin besar yang melindungi serta mensejahterahkan masyarakat adat Siwalima.
Penganugerahan gelar adat ditandai pemasangan kain bahu berwarna merah melambangkan tanggungjawab oleh Majelis Latupati . Dilanjutkan pemasangan kain ikat pinggang berwarna merah melambangkan kesiapan seorang pemimpin besar untuk siap tampil berjuang melaksanakan tugas dan panggilan menyuarakan kepentingan masyarakat Maluku.
Berlanjut pemasangan topi adat kebesaran berwarna putih, melambangkan kesucian dan kebesaran, kehormatan, kewibawaan, kekuasaan dan kepemimpinan masyarakat adat Maluku. Dan penyerahan tongkat parenta kepada Upu Latu Siwalima, melambangkan mempersatukan dalam kebersamaan guna melihat kepentingan serta kesejahteraan masyarakat adat Maluku.
Murad menyampaikan ucapan terima kasih atas penganugerahan gelar Upu Latu Maluku kepada dirinya. “Semoga gelar ini bisa menjadikan Beta semakin Kabaressy untuk bangun Maluku,’’ kata gubernur.
Upacara HUT Pattimura dipimpin Murad. Dia mengajak seluruh kalangan menjadikan momentum HUT Pattimura untuk gelorakan kembali spirit nasionalisme dan kejuangan para Pattimura-Pattimura muda dalam membangun negeri ini.
“Kapitan Pattimura terpanggil patriotnya berjuang mempertahankan haknya untuk bangun bangsanya, yang terdiri dari gunung, tanjung dan laut,” kata Murad. Karena itu tak mengherankan jika para sejarawan mengatakan perjuangan Pattimura adalah inspirasi bagi lahirnya berbagai pahlawan dan perjuangan di Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kedaualatanm bangsa.
202 tahun perjuangan Pattimura tetapi perjuangan selalu menyala. Pattimura mengajarkan makna dan arti penting seorang pejuang bukan seorang pecundang. Perjuangan yang rela mengobarkan jiwa raga untuk bangsa, berjuang dengan mementingkan kepentingan bangsa lebih dari kepentingan diri sendiri dan kelompok. Pejuang yang selalu mau mengayomi bukan sekedar mau diayomi, pejuang bukan mau dilayanai tapi mau melayani, pejuang yang berjiwa besar dan punya mimpi besar untuk bangsanya.
Dewasa ini, kata Murad, semangat patiotisme dan nasionalisme sedang diuji atau bahkan boleh dikatakan sedang berada di titik nadir, betapa nyaris arus besar neo liberalisme dan neo kapitalisme telah melunturkan kebanggaan identitas kebudayaan bangsa.
Pergeseran nilai-nilai budaya juga punya dampak yang sangat signifikan terhadap rapuhnya bagi ikatan hidup orang basudara atau solidaritas sesama anak bangsa. “Apalagi dalam Pilpres dan Pileg hoaks dan ujaran kebencian bertebaran dengan bebas di media sosial membuat kita terpolarisasi dan bahkan politik identitas juga berdampak pada upaya mempertentang agama dan negara,” kata mantan Dankor Brimob Polri ini.
Dia menegasan, bangsa Indoensia tidak ada pertentangan agama dan negara, bahwasanya semua agama di Indonesia sudah final menerima pancasila dan UUD 1945 NKRI dan Bhineka Tunggal Ika adalah harga mati.
Secara lokal, pergeseran nilai-nilai budaya juga berdampak pada masih seringanya konflik antar negeri dan kampung seperti pada negeri Latu dan Hualoy.
Olehnya itu melalui HUT Pattimura, Murad mengajak samua orang basudara gelorakan kembali jiwa kepahlawanan Kapitan Pattimura untuk berjuang dan berani berkorban untuk membangun daerah ini, hilangkan egoisme dan pluralisme sempit berdasarkan kelompok kampung dan agama serta perkuat spirit kebersamaan sesama orang basudara sesuai tema HUT Pattimura ke-202, yaitu “kita lestarikan budaya Maluku guna memperkokoh kehidupan orang basudara bangun Maluku yang aman dan sejahtera,”.
Tema ini menurut dia, sekaligus menegaskan kepada semua, bahwa perjuangan dewasa ini bukan lagi melawan penjajah dengan parang tombak atau senjata. “Tetapi perjuangan kita saat ini bagaimana kita bangun dan mau kembangkan pertalian sejati sesama orang basudara untuk bakukele, masohi dan badati. Bangun Maluku yang maju, sejahtera dan berdaulat,” ajak Murad. (RUZ)
Komentar