Warga Masih Mengungsi, Mahasiswa MBD Demo

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Ratusan warga di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), hingga saat ini masih mengungsi. Ini setelah rumah mereka rusak tertimpa pohon dan tergenang air akibat badai Siklon Tropis beberapa waktu lalu.

Informasi yang diperoleh Kabar Timur menyebutkan, hingga saat ini tercatat 158 warga masih mengungsi di dua lokasi pengungsian di Kota Tiakur, ibukota MBD. Mereka masih mendiami gedung serbaguna dan kantor camat lama di kecamatan Moa.

“Memang sebagian pengungsi sudah kembali ke rumah. Tapi, yang mengungsi di kantor camat lama dan gedung serbaguna belum kembali ke rumah,’’kata sumber Kabar Timur, tadi malam.

Kepala BNPD MBD, Jhon Pattinama ketika dihubungi beberapa kali lewat telepon selulernya,terkait penanganan korban badai di daerah itu, orang pertama di kantor penanggulangan bencana itu enggan menjawab panggilan Kabar Timur.

Sementara itu, mahasiswa asal Kabupaten MBD, kemarin turun jalan mendesak pemerintah segera menangani warga yang terkena badai Siklon Tropis di sejumlah daerah itu. “Gegiatan yang kami gelar bukan demo, tapi aksi kemanusiaan bantu saudara kami di MBD yang terkena bencana,’’kata kordinator aksi, Thomson Ronaldo ketika dihubungi, tadi malam.

Dia mengaku, aksi digelar karena, Pemerintah MBD hanya memperhatikan korban badai di Tiakur dan desa di pulau Moa. “Pemda hanya pantau di Moa. Pemda belum turun di pulau Letti, Lakor, Luang dan Sermatang. Kami minta Plt Bupati MBD, Benyamin Noach turun lihat di Moa. Kita minta pak Bupati turun lihat korban di pulau lainnya,’’harapnya.

Ronaldo yang juga Ketua Persekutuan Pemuda Pelajar Mahasiswa Tomra (P3MT) Ambon mengaku, aksi yang digelar disejumlah titik di Kota Ambon, melibatkan semua komponen mahasiswa. “Tadi (kemarin) kita ada dua kemlompok besar yang menggelar aksi. Satu kelompok di depan PN Ambon dan satunya di Trikora,’’terangnya.

KIRIM TIM

Disisi lain, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPD) Maluku mengirimkan tim ke MBD mengecek langsung kondisi kerusakan di Pulau Moa dan Letti akibat badai siklon tropis yang terjadi sejak 7 Mei 2019.

“Tim BNPB beranggotakan dua orang telah berada di Tiakur, sejak Minggu (12/5) pagi untuk melakukan pengamatan dan kajian dampak akibat badai siklon tropis bersama BPBD setempat,” kata Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Maluku, John M. Hursepuny, di Ambon, Senin.

Tim dari Kedeputian Penanganan Darurat BNPB, yakni Teguh Pratama dan Donny I.H. Situmeang akan berada beberapa hari di Tiakur mengecek langsung kondisi kerusakan serta mendapatkan informasi daerah terdampak lainnya di pulau Letti, Moa dan Lakor serta langkah penanganan yang sudah dilakukan Pemkab MBD.

“Hasil kajiannya akan disampaikan kepada Kepala BNPB, Doni Monardo untuk diputuskan langkah-langkah penanganan lanjutan, termasuk penanganan darurat terhadap pengungsi yang masih menempati sejumlah fasilitas umum, sosial dan rumah kerabatnya.

John mengatakan, badai siklon tropis yang terjadi sejak 7 Mei 2019 melanda kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT), MBD, Perairan Selatan Pulau Ambon, Laut Banda Bagian Utara, Perairan Kepulauan Kai, Perairan Kepulauan Aru.

Selain itu, Laut Arafuru Bagian Tengah, Laut Banda Bagian Selatan, Kepulauan Sermata dan Letti sehingga mengakibatkan terjadi cuaca buruk dengan dampak bencana alam di KKT dan MBD.

Kerusakan terparah akibat badai siklon tropis selama tiga hari tersebut dilaporkan terjadi di Pulau Letti dan Moa, kabupaten MBD, di mana air pada embung milik Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku meluap karena karena tinggi muka air naik sehingga air tampungan di dalamnya melimpah dan merendam permukiman masyarakat di beberapa titik.

Sejumlah pemukiman warga di Pulau Letti yang terendam yakni di desa Batumiau, Tomra, Nuwewang, Laitutun dan Nulely sehingga masyarakat mengungsi sejak Rabu (8/5).

Selain itu pada Rabu (8/5) di desa Tounwawan dusun Poliwu, Pulau Moa juga dilaporkan terjadi pohon tumbang akibat angin kencang dan banjir menggenangi 97 unit rumah warga, sehingga 97 kepala keluarga (KK) atau 485 jiwa sementara mengungsi di gedung gereja GSJA serta akses jalan menuju lokasi masih terputus dikarenakan lokasi masih terendam air.

Banjir yang melanda dusun Poliwu juga menyebabkan gedung Sekolah Dasar Kristen Poliwu tidak bisa digunakan karena tinggi muka air mencapai 1,5 meter.

Begitu juga sembilan unit rumah warga serta masing-masing satu unit rumah dinas guru dan kantor desa di Desa Luang Timur, kecamatan Mdona Hyera rusak berat, bangunan SD Inpres rusak ringan serta satu kapal (dalam kondisi rusak) tenggelam akibat gelombang tinggi.

Bajir juga dilaporkan terjadi di Kota Tiakur dengan ketinggian muka air antara 60 centimeter hingga 1,5 meter menyebabkan 28 unit rumah tergenang air, sehingga 15 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke gedung serbaguna Tiakur serta rumah kerabatnya.

Banjir akibat siklon tropis juga menggenangi seluruh pemukiman di Desa Teinaman, kecamatan Wuarlabobar dengan ketinggian 30 - 45 centimeter sehingga 274 KK terpaksa mengungsi, genangan air yang mengalir ke pantai menyebabkan dua unit rumah roboh, satu unit rusak ringan serta merusak dan mematahkan talud penahan gelombang sepanjang 275 meter dengan tiga titik kerusakan.

Sedangkan di kabupaten Kepulauan Tanimbar dilaporkan badai tersebut menyebabkan terjadinya tanah longsor di kelurahan Saumlaki dan dua rumah warga rusak berat. “Kami masih terus berkoordinasi dengan BPBD untuk memantau perkembangan penanganan darurat dampak badai siklon tropis,” kata John.

Bencana alam tersebut juga telah dilaporkan kepada Gubernur Maluku, Murad Ismail dan Wakil Gubernur Barnabas Orno untuk diambil langkah-langkah penanganan lanjutan.

DIMAKAMKAN

Sementara itu, dua warga yang tewas akibat terkena petir, yakni Egrianto Lutruwowan Pakniany dan Jhon Tisyen Pakniany telah dimakamkan, Senin kemarin. ‘’Tadi (kemarin siang) sudah dimakamkan. Sementara korban luka-luka, sementara perawatan. Kondisi mereka sudah baik,’’kata salah satu tokoh masyarakat Damer, Tomi Soplera ketika dihubungi tadi malam.

Lantas, ada penanganan medis dari pihak kesehatan, dia mengaku, hingga kemarin, petgas kesehatan dari kabupaten belum turun.’’ Belum ada petugas kesehatan. Pemda MBD juga belum turun. Memang ada perhatian dari kecamatan dan kepolisian. Mereka sudah turun tangan,’’terangnya.

Tak hanya itu, ketika disinggung cuaca di daerah itu, Soplera yang juga kepala Sabandar Pelabuhan damer itu mengatakan, tinggi gelombang didaerah itu diperkirakan setengah meter. ‘’Siang sampai malam cerah. Kita himbau warga agar tetap waspada,’’tandasnya.

Sekedar tahu, Minggu (12/5), warga setempat digegerkan dengan sambaran petir yang memakan dua Pakniany bersaudara. Ketika itu mereka sementara duduk di tepi pantai, tiba-tiba hujan turun deras di ikutkan dengan kilat atau petir. Warga yang berlindung di rumah kecil, tiba-tiba terpental. Dua warga dilaporkan meninggal dan tujuh warga lainya mengalami luka akar yang cukup serius. (KTM/AN)

Komentar

Loading...