Pelu: Eddy Sambuaga Harus Tahu Diri

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Juru Bicara DPP Hena Hetu, Rauf Pelu mengaku khawatir jika Eddy Sambuaga terpilih mewakili Provinsi Maluku di kursi DPD RI. Hal itu bukan tanpa alasan, sebab Sambuaga bukan putra Maluku yang memahami betul persoalan atau isi perut di Maluku. Domisili Sambuaga selama ini juga di luar Maluku.
“Jika dia (Sambuaga) terpilih, beliau disebut anggota DPD RI perwakilan Maluku. Pertanyaannya, Maluku-nya dia terletak di mana? Tidak ada (darah maupun domisili di) Maluku kok. Beliau saja belum bisa presentasikan Maluku secara hakiki. Masih minim dengan isi perut yang ada Maluku. Jadi, tidak pantas orang luar wakili Maluku di kursi senator,” tegas Pelu kepada Kabar Timur di Ambon, Minggu (7/4).
Dia mengatakan, negara memberikan amanah untuk masing-masing daerah mewakilkan empat putra-putri terbaiknya di kursi DPD RI. Jika, dari empat kursi itu, salah satunya diisi oleh orang luar daerah, maka ini bentuk pembodohan yang mestinya dilawan masyarakat.
“Kalau lewat jalur DPR RI, ya wajarlah karena ada keterwakilan atau diusung partai politik. Tapi untuk DPD, ini soal harga diri masyarakat Maluku. Apalagi untuk memperjuangkan soal adat dan budaya Maluku di Pemerintah Pusat. Harus orang Maluku yang darahnya mengalir darah kapitan,” tegasnya.
Menurutnya, sebagai pendatang, Sambuaga mestinya menyadari itu dan tahu diri. Meskipun tidak dilarang pencalonan anggota DPD RI dari daerah lain, tapi mengambil jatah milik daerah lain merupakan bentuk yang tidak elegan.
“Ini namanya menghimpit peluang anak-anak Maluku. Orang Maluku harus pintar memilih. Masalah rumah tangga, hanya rumah tangga itu yang tahu persis akar masalahnya, bukan orang luar,” kata Pelu menganalogikan.
Dengan minimnya pemahaman terhadap Maluku, Pelu meragukan komitmen Sambuaga untuk memajukan daerah dan mensejahterakan masyarakat Maluku, jika kelak terpilih.
Komisi Pemberantasan Korupsi telah merilis daftar Laporan Harta Kekayaan PenyelenggaraNegara (LHKPN) calon anggota DPD dari seluruh provinsi di Indonesia. Putra mantan Menteri Negara Pemukiman dan Prasarana Wilayah Indonesia, Theo L. Sambuaga ini tercatat memiliki kekayaan sebesar Rp 83,9 miliar.
Dengan kekayaan yang melimpah, Pelu khawatir Sambuaga akan menggunakan segala cara mempengaruhi masyarakat Maluku untuk memilih dirinya pada pemilu serentak 17 April 2019.
“Masyarakat Maluku harus cerdas, seperti peribahasa membeli kucing dalam karung. Jangan mudah tertipu. Karena kalau seperti ini dibiarkan, peluang putra Maluku terpilih sebagai anggota DPD RI tahun-tahun mendatang sangat kecil. Ini akan menjadi contoh bagi orang dari luar Maluku yang berduit maju sebagai anggota DPD RI dapil Maluku,” kata dia mengingatkan.
Menurutnya, Sambuaga selama ini juga belum menunjukkan kontribusinya bagi daerah dan masyarakat Maluku, sehingga belum pantas mewakili Maluku di kursi senator. “Rumah sakit Siloam di Ambon hingga kini juga belum beroperasi. Jangan karena keberadaan rumah sakit tersebut dia dianggap telah berjasa bagi daerah ini,” ujar dia.
Soal dugaan keterlibatan Walikota yang mendukung Sambuaga, Pelu mengajak masyarakat Maluku untuk mempertanyakan rasa kecintaan Maluku dari kepala daerah tersebut.
“Kepala daerah yang ikut mendukung senator dari luar daerah, itu berarti kepala daerah yang bersangkutan tidak mencintai Maluku. Identitasnya sebagai orang Maluku patut dipertanyakan. Jangan karena kepentingan sesaat atau kepentingan pribadi, orang Maluku dan daerah diingkari,” tegas Pelu.
Menurutnya, keputusan kepala daerah mendukung calon senator yang bukan putra-putri terbaik Maluku adalah keputusan keliru yang tidak populis. Keputusan itu juga secara tidak langsung telah melukai hati masyarakat yang sudah memilihnya pada perhelatan Pilkada Kota Ambon.
“Informasinya Pak Richard Louhenapessy mendukung dia (Sambuaga). Jika itu benar, maka sebagai walikota sudah melukai hati dan perasaan masyarakat Kota Ambon. Keputusaannya mendukung Eddy sebagai caleg DPD RI, sama halnya Pak Louhenapessy lebih cinta orang luar ketimbang anak Maluku sendiri,” kritik Pelu.
Dia mengajak masyarakat untuk mengawal dan memilih putra Maluku sebagai anggota DPD RI pada 17 April 2019. “Bukan orang lain, hanya putra-putri terbaik Maluku yang lebih memahami persoalan Maluku untuk kemudian diperjuangkan. Berharap orang lain memperjuangkan Maluku sama halnya menunggu hujan di musim kemarau,” ujar dia.
Benarkah Walikota Ambon Richard Louhenapessy mendukung bahkan merangkap sebagai tim pemenangan Sambuaga di Maluku? Ditanya Kabar Timur, Richard menepis tudingan miring yang dialamatkan kepadanya tersebut. “Siapa yang bilang beta dukung Eddy Sambuaga?,” tepis Richard dibalik telepon genggam, beberapa waktu lalu.
Dia bahkan menantang dan membuktikan jika dirinya terlibat mendukung Sambuaga. “Coba cek, apa beta pernah turun ke masyarakat untuk mengajak mendukung Eddy,” tantang Richard. Meski Richard terangan-terangan membantah dukungannya kepada calon senator “impor” itu tapi fakta berbicara lain.
Dugaan itu semakin kuat ketika tahun 2018, ayah Eddy Sambuaga Theo Sambuaga mengunjungi Kota Ambon. Kunjungan itu untuk meminta dukungan politik dari Richard untuk memenangkan anaknya, Eddy menuju kursi senator.
Bahkan setelah nama Eddy Sambuaga ditetapkan KPU Maluku resmi masuk daftar calon tetap calon perseorangan peserta Pemilu anggota DPD RI pada 20 September 2018, Richard bersama tim yang dibentuk mulai bergerak melakukan konsolidasi untuk memenangkan Eddy meraih kursi DPD RI.
Pada sebuah kesempatan, Richard mengumpulkan seluruh RT di Kota Ambon dan menyampaikan “pesan-pesan” politik. “Iya kita (seluruh RT) diundang pertemuan dan diarahkan untuk mendukung dan memenangkan dia (Eddy Sambuaga),” ujar sejumlah RT kepada Kabar Timur di Ambon pada medio Januari 2019 lalu.
Untuk memuluskan langkahnya meraih kemenangan, Eddy Sambuaga melalui tim pemenangan yang dibentuk telah membangun komunikasi untuk mencoba merangkul panitia pemilihan kecamatan (PPK) dan kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS).
Eddy Sambuaga berharap berkat dukungan Richard, ketua RT dan oknum-oknum penyelanggara pemilu, Kota Ambon yang memiliki daftar pemilih tetap (DPT) sekitar 208.000 pemilih dijadikan lumbung untuk meraup kemenangan. Dengan kekuatan finansial dan dukungan politik yang diperolehnya, bisa jadi empat kursi senator yang merupakan hak putra Maluku, satu akan hilang direbut Eddy yang merupakan warga pendatang. (KT)
Komentar