Ini Penyebab Tenggelam KM Mersia

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Kondisi kapal semua baik untuk itu SPB dikeluar. Setelah berlayar masuk perairan laut Banda kapal dihantam badai.
Kondisi kapal dan cuaca sebelum diberangkatkan menuju Pulau Manuk, Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), dalam kondisi baik. Tapi naas, saat masuk perairan laut Banda, KM Marsia yang mengangkut lima turis asing dan sembilan warga Indonesia bertemu badai.
Badai gelombang dan angin kencang itu menghantam badan kapal. Air laut masuk melalui kamar mesin. Nahkoda kapal Sadi Rudin, putar haluan menuju Pulau Ambon. Sayang, upaya pompa air untuk dikeluarkan dari kamar mesin, sia-sia. Mesin terendam air dan langsung mati.
“Kemarin dua orang (pegawai KSOP) dari Tulehu datang ke sini. Kita mintai penjelasan. Di cek kapal bagus. Layak laut lah. Semua radio, alat-alat keselamatan, fisik kapal, terus cuaca bagus,” ungkap Kabid Pelayaran dan Keselamatan KSOP Ambon, Hery Suryono kepada Kabar Timur di ruang kerjanya, Jumat (15/3).
Melihat semua kondisi kapal maupun keselamatan dalam keadaan baik, KSOP Tulehu, Kabupaten Maluku Tengah kemudian mengeluarkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB). “Karena kondisi semuanya baik, untuk itu SPB dikeluarkan. Setelah itu berlayar. Ternyata setelah masuk perairan laut Banda dia (kapal) kena badai dengan tinggi gelombang 3 meter,” terangnya.
Hery mengaku telah bertemu owner KM Mersia, Boby yang tiba di Ambon pagi kemarin. Kapal naas yang telah karam di laut Banda ini milik PT. Salambuka Indonesia.
Menurutnya, penyebab sehingga air laut masuk melalui kamar mesin hingga akhirnya kapal tenggelam belum dapat dipastikan oleh nahkoda maupun KKM. “Air masuk dari mana, nahkoda dan KKM belum tahu. Yang pasti air masuk ke ruang mesin. Mereka sudah upayakan untuk pompa air sebelum mesin mati. Tapi ternyata kecepatan air masuk dan air di pompa kalah. Akhirnya mesin mati karena sudah terendam,” jelasnya.
Sebelum mati mesin, lanjut Hery, Sadi Rudin, nahkoda kapal naas ini telah memerintahkan anak buahnya untuk putar haluan menuju Pulau Ambon. “Sebelum mesin mati sudah kembali ke Ambon. Ternyata makin lama air semakin masuk. Akhirnya mesin mati,” jelasnya.
Karena kondisi yang sudah tidak memungkinkan, nahkoda kembali memerintahkan untuk menyiapkan dua buah Liferaft (sekoci/alat keselamatan). “Di situ ada dua Liferaft semua pakai jaket. Karena kapal mulai turun (tenggelam), nahkoda lalu perintahkan naik ke Liferaft. Semuanya naik ada 14 orang. Karena nyawa lebih penting. Semua naik beserta barang bawaan yang memungkinkan untuk dibawa,” ujarnya.
Kelima wisatawan asal Belanda, Philipina dan dua orang dari Qatar, beserta Sembilan warga Indonesia saat ini menginap di Swiss Bell Hotel, Kota Ambon. Mereka akan dipulangkan ke Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
“Kalau kantor pusatnya di Jakarta. Saya belum tahu kapan mereka kembali. Soalnya dari agen masih mengambil keterangan dan koordinasi dengan KSOP di Tulehu. Kalau mereka kembali pasti akan disampaikan ke kita karena ada beberapa surat-surat yang harus mereka serahkan ke saya juga,” pungkasnya. (CR1)
Komentar