Perekaman E-KTP di Maluku Terbentur Medan & Jaringan Internet
KABARTIMURNEWES.COM,AMBON-Proses perekaman kartu tanda penduduk atau E-KTP di Maluku, menemui pelbagai hambatan. Kondisi alam dan jaringan internet yang lelet menjadi kendala utama.
UNTUK merampungkan perekaman E-KTP di daerah, Pemerintah Pusat membentuk Tim Gotong Royong Nusantara. Tim ini terdiri dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Jawa Tengah, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Maluku, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten/kota.
Cara kerja tim ini adalah menjemput bola atau mengunjungi warga di wilayah tempat tinggalnya untuk perekaman dokumen kependudukan tersebut. Langkah ini untuk memudahkan masyarakat di daerah-daerah dapat melakukan perekaman E-KTP.
Di Maluku, tim ini menyasar empat kabupaten/kota, yakni Maluku Tenggara Barat (MTB), Maluku Tenggara, Seram Bagian Timur (SBT) dan Kota Tual.
Medan yang sulit maupun masalah jaringan menjadi kendala tim ini menjalankan tugasnya.
Hal ini diungkapkan Plt. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Maluku, Dewi Andaini Pattimahu di kantornya, Kamis (31/1).
Contohnya saja kata dia, tim mengalami kendala untuk menjangkau sejumlah wilayah di Kabupaten SBT. Untuk menuju Kecamatan Siwalalat dari Masohi, Kabupaten Maluku Tengah, tim terhalang oleh air sungai yang meluap.
Begitu juga perjalanan tim dari Bula menuju Kecamatan Werinama, Kabupaten SBT, harus terhenti akibat hal yang sama. Plus akses jalan yang belum diaspal pun menjadi kendala untuk mencapai lokasi sehingga saat hujan turun jalan menjadi becek. Sama halnya menuju ke Gorom dan Geser di SBT maupun ke Maluku Tenggara Barat.
Apalagi, jemput bola ini, tim harus datangi kecamatan-kecamatan hingga ke desa. “Kendala banyak untuk Maluku secara keseluruhan. Misalnya untuk ke Werinama, SBT, tim tidak bisa tembus kesan karena air sungai meluap akibat hujan deras sehingga hanya mengandalkan rakit yang sudah tua dan akhirnya rusak,” sebutnya.
Satu-satunya cara kata dia, harus menunggu sampai air sungai surut agar bisa melanjutkan perjalanan. Hambatan-hambatan itu juga yang membuat animo masyarakat dua kecamatan tersebut untuk ke Bula melakukan perekaman dan sebagainya jadi terhambat.
“Walaupun KTP, Akta Kelahiran dan sebagainya itu gratis, tapi biaya kesana (Bula) itu besar karena hadapi medan seperti itu. Dengan kondisi medan masyarakat harus ke Masohi dulu baru ke Bula.
Ongkos satu orang ke Masohi itu saja Rp 250 ribu dari Siwalalat, kalau dari Werinama Rp 300 ribu sampai 350ribu, belum lagi dari Masohi ke Bula, itu berapa? Kepala Desa di sana bilang untuk ongkos saja bisa sampai satu jutaan, belum lagi biaya makan dan menginap. Itu yang membuat animo masyarakat di sana berkurang,” beber Dewi.
Karena itu Tim Gotong Royong Nusantara jemput bola ke lokasi-lokasi tersebut. “Jemput bola juga medannya seperti begitu, butuh biaya lebih besar dan anggarannya jadi lebih besar juga. Jadi tidak mudah,” kata Dewi.
Selain masalah medan yang sulit, jaringan internet akhir-akhir terganggu di 11 Kabupaten/kota di Maluku.
“Rata-rata saya dengar (jaringan) tidak bagus. Kemarin bawa M2M atau alat modem yang bisa perekaman langsung cetak tapi tergantung jaringan. Misalnya di Werinama dalam beberpa hari hanya bisa cetak 50 E-KTP karena jaringan tidak bagus. Di Werinama saja jaringan sudah tidak bagus, apalagi yang lokasi jauh-jauh seperti Gorom atau Maluku Tenggara Barat? pasti lebih parah lagi,” tuturnya.
Meski begitu, dirinya optimis Dukcapil Maluku akan menyelesaikan proses perekaman hingga pencetakan sesuai target nasional jelang pilpres dan pileg 2019. “Insya Allah, yang penting jaringan bagus. Kendala-kendala seperti itu di luar kemampuan kami seperti kondisi alam,” ujar Dewi. (RUZ)
Komentar