Prabowo Disanjung Seperti Pahlawan di Ambon
Pesan Politik Paling Keras Dari Teras Mesjid Al-Fatah
Oleh: Kisman Latumakulita
Hari Jum’at minggu kemarin bukan sembarang Jum’at bagi Prabowo Subianto. Bukan juga Jum’at seperti yang biasa disebut oleh para muadzin atau marbot mesjid sebagai Hari Rayanya para “fukara wal masakin”. Bukan pula Jum’at biasa bagi jamaah Mesjid Raya Al-Fatah Ambon
Jum’at tanggal 28 Desember minggu lalu adalah Jum’at yang susah dilupakan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto. Sebab menjadi Jum’at yang sangat hangat, indah dan mubarak bagi Prabowo. Jum’at yang punya makna penting bagi Prabowo. Paling kurang selama perjalanan dan proses politik sebagai calon presiden 2019 menuju Istana Negara Jakarta.
Wajar jika Prabowo sangat senang pada keberkahan dan kenikmatan Jum’at minggu lalu yang diberikan Allah SWT itu. Sebab Prabowo tidak sedang berkampanye sebagai Capres di Ambon dan sekitarnya. Namun Prabowo bisa sholat Jum’at berjamaah dengan puluhan ribu umat Islam Maluku di Mesjid Raya Al-Fatah Ambon.
Mesjid Raya Al-Fatah adalah mesjid paling besar dan paling megah di provinsi Maluku. Umat Islam yang datang untuk sholat Jum’at berjamaah dengan Prabowo diperkirakan sekitar 13.000-15.000 orang. Jumlah ini mungkin yang terbesar dan terbanyak selama ini untuk ukuran sholat Jum’at berjmaah di Ambon dan Maluku.
Sebagai mesjid terbesar, daya tampung Mesjid Raya Al-Fatah kalau penuh dari dalam bisa untuk 10.000 jamaah. Sementara yang sholat berjamaah dengan Prabowo meluap sampai seluruh halaman luar mesjid Al-Fatah. Halaman pagar mesjid bisa menampung sekitar 5.000 jamaah.
Jamaah yang ikut sholat Jum’at berjamaah dengan Prabowo bukan saja dari kota Ambon. Banyak juga yang dari sekitar pulau ambon, seperti dari Tulehu, Liang, Hitu Lama, Hitu Meseng, Talaga Kodok, Hila, Kaitentu, Morela, Mamala, Negeri Lima, Ureng, Asilulu, Larike dan Wakasihu.
Selain itu, jamaah sholat dengan Prabowo minggu lalu juga dari luar Pulau Ambon. Ada yang dari Pulau Seram, Pulau Banda, Pulau Haruku, Pulau Saparua, Pulau Kelang, Pulau Manipa, Pulau Buano, Pulau Ambalau dan Pulau Buru. Mereka datang sendiri dengan membiayai diri sendiri. Tidak ada pihak atau panitia yang membiayai dan mengorganisir mereka.
Para jamaah hanya mendapat informasi tentang rencana sholat Jum’at berjamaah Prabowo di Mesjid Raya Al-Fatah dari media sisoal WA grup. Mereka bergerak dan datang tanpa ada yang mengorganisir. Mereka tanggung sendiri biaya makan dan biaya transportasi. Tidak satu rupiahpun anggaran transportasi dan makan siang yang disediakan Panitia Penyambutan maupun Partai Koalisi.
Pendukung Prabowo
Wajar kalau Ambon dan Maluku sangat berkesan, sangat berarti, dan sangat indah bagi Prabowo. Sebab penyambutan terhadap Prabowo di “Negeri Seribu Pulau” ini mungkin saja yang terbesar, termeriah dan terheboh dibandingkan kunjungan Prabowo ke daerah-daerah lain. Belom pernah ada penyambutan terhadap tokoh nasional di Maluku, sejak Bung Karno sampai Jokowi yang sebanyak, seheboh dan semeriah Prabowo.
Lagi-lagi tanpa satu rupiahpun dari pantia penyambutan. Datang dan sediakn bakal makan siang sendiri-sendiri. Sediakan uang bensin juga sendiri-sendiri. Padahal untuk mengumpulkan manusia sebanyak itu butuh uang besin untuk motor, sewa truk atau bus, sewa spied bood, sews motor tempel katinting dan jonhson. Semua butuh anggaran. Paling kurang untuk beli bensin dan solar
Selesai sholat, jamaah Jum’at yang salam (Islam) mulai bergadung dengan saudaranya yang sarani (Kristen) dan non muslim yang sudah menunggu dari jam sembilan pagi di luar halaman mesjid Raya Al-Fatah Ambon. Prabowo dielu-elukan dengan teriakan dua, dua dan dua, Praboowo Presiden, Prabowo Presiden, Prabowo Presiden. Prabowo disanjung teriakan takbir Allaahu Akbar, Allaahu Akbar dan Allaahu Akbar.
Tidak terasa banyak diantara jamaah pendukung Prabowo, baik yang salam maupun sarani telah keluar air mata tangisan. Ada yang menangis sampai berkali-kali disertai teriakan Allaahu Akbar, Allaahu Akbar dan Allaahu Akbar,,, dua, dua dan dua, Prabowo, Prabowo dan Prabowo. Entah perasaan apa yang berkecamuk di dalam hatinnya,,, wallaahu alam bissawab.
Dibilang “sangat berkesan” karena berlangsung dengan sangat aman dan tertib dari awal sampai akhir. Dibilang “sangat berarti” karena mungkin ini adalah kumpulan orang terbanyak dan terbesar dibandingkan dengan daerah-daerah lain selama Prabowo berkenjung ke daerah. Apalagi suasana ini berlangsung spontanitas dan sporadis. Tidak ada panitia atau organisisi yang mengorganisir atau menggerakan masaa.
Dibilang “sangat indah” karena baik itu yang mendatangi maupun yang didatangi, keduanya penuh dengan ketulusan dan keikhlasan jiwa serta hati. Tingginya perasaan untuk saling menghargai, menghormati dan menyayangi antara masyarakat Maluku dengan Prabowo. Semua berlangsung begitu saja, tanpa ada rekayasa dan pencitraan.
Prabowo begitu berarti dan penting bagi katorang orang Maluku. Prabowo disambut dan dielu-elukan seperti seorang pahlawan atau panglima yang baru pulang dari medan perang. Prabowo seperti baru pulang ke Ambon setelah meraih sejumlah kemenangan di medan tempur. Prabowo bagi katorang orang Maluku adalah harapan dan impian untuk menggantungkan dan menitipkan cita-cita masa depan anak muda Maluku.
Harapan kepada Prabowo itu adalah agar katorang diperlakukan dengan adil dan bemartabat. Katorang tidak meminta, namun katorang berharap bisa dilibatkan untuk ikut serta dalam distribusi sumberdaya manusia negeri ini dalam mengelola bangsa negera. Sejak Bung Karno turun Tahta, dan Soerhato mulai berkuasa sampai hari ini Jokowi berkuasa, tidak satupun putra-putri Maluku dipercaya menjadi menteri di kabinet.
Apa dosa dan salah kami anak-anak Maluku ? sehingga kami diperlakukan sangat sangat dan sangat tidak adil seperti ini ? Padahal sejak Soeharto berkuasa, sudah empat belas kabinet dibentuk dan berlalu. Soerharto dengan delapan kabinet. Habibie satu kabinet, Gus Dur satu kabinet, Megawati satu kabinet, SBY dua kabinet dan terakhir Jokowi satu kabinet.
Kalau saja masing-masing dari empat belas kabinet tersebut diisi oleh 30-35 orang menteri, maka ada sekitar 450-500 anak negeri ini yang sudah ditunjuk menjadi menteri. Namun dari semua itu, sayangnya seng ada satu orangpun dari katong anak-anak Maluku. Termasuk untuk jabatan menteri yang seng penting, dan masuk katagori kementerian odong-odong sekalipun.
Serbagai catatan untuk mengingatkan saja bahwa di Kabinet Jokowi-Jusuf Kala sekarang ini, menteri yang bersal dari Pulau Jawa ada 25 orang. Menteri yang dari Puau Sumatera ada 8 orang. Sedangkan dari Pulau Sulawesi ada tiga orang. Sisanya dari Bali satu orang, dan dari Papua satu orang.
Jum’at minggu lalu adalah uangkapan harapan, keinginan sekaligus perlawanan terhadap perlakuan tidak adil dan diskriminasi yang tersumbat lama. Harapan dan cita-cita katorang anak-anak Maluku itu kini diletakkan di atas pundak dan kebesaran Prabowo Subianto. Jika nanti terpilih menjadi prasiden, tolongh Pak Presiden Prabowo perlakukan katorang anak-anak Maluku dengan adil dan bermartabat.
Jangan membuat ketorang terpaksa merasa asing di kampong halaman sendiri Indonesia, terutama yang berkaitan dengan distribusi keuangan dari pusat ke Maluku. Jujur dan wajar katorang anak-anak Maluku dipaksa pemerintah pusat untuk cemburu dengan perlakuan pusat kepada katorang pung basaudara-basudara dari Papua dan Aceh atau daerah-daerah lain.
Yaaah, benar katorang cemburu dengan alokasi anggaran Pusat ke Aceh untuk tahun 2018 yang mencapai Rp 34 triliun. Masih di tahun yang sama 2018, katorang juga cenburu dengan pusat menggelontorkan kepeng ke Papua Rp 59 triliun. Katorang Maluku yang sekarang menjadi provinsi termiskin nomor dua di Indonesia , hanya dikasih Pemerintah Pusat Rp 13,6 triliun.
Lagi-lagi hanya kepada Prabowo, katorang minta atau mohon diperlakukan dengan adil dan bermartabat. Peralakuan yang setara atau sama dengan anak muda dari daerah-daerah lain Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke. Dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote. Apalagi Maluku adalah satu dari delapan provinsi yang mendirikan bangsa dari negeri ini sejak tahun 1928.
Kalau bagitu, apa salah dan dosa katorang anak-anak Maluku ? Padahal Bung Karno pernah bilang “Indonesia Tanpa Maluku Bukanlah Indonesia”. Apakah ini hanya ungkapan atau hembusan “angin syurga”. Ternyata tidak juga. Leimena, Siwabessy dan Putuhena adalah putra-putra Maluku yang dipercayab Bung Karno menjadi anggota kabinetnya.
Untuk itu kepada Prabowo anak-anak muda Maluku menaruh dan meluapkan harapan agar tidak ada lagi perlakuan tidak adil dan diskriminasi itu Jum’at pekan lalu. Perlakuan diskriminasi kepada anak-anak Maluku tersebut sudah berlangsung penuh kesadaran selama 52 tahun lalu. Sejak Soeharto berkuasa.
Kepada Pak Presiden Prabowo, katorang juga berharap agar kalau ada yang barat, mari katorang angkat dan pikul sama-sama. Sebaliknya, kalau ada yang ringan, mari katorang pegang dan rembeng juga sama-sama. Kalau kanyang, mari katong makan dan nikmati bersama-sama. Namun kalua terpaksa harus lapa, maka biarkan katorang anak-anak Maluku merasakan dan menikmati sandiri kelaparan itu
Selama ini katorang hanya bisa diam. Bukan berarti katorang mau menerima perlakuan tidak adil dan diskriminasi itu. Katorang seng marah, bukan berarti kejadian ini harus belangsung terus-menerus berulang-ulang selama 52 tahun, tanpa ada tenggang rasa dan merasa bersalah. Sebab dopisito kesabaran bisa berkurang itu ada batasnya.
Katorang seng berteriak bukan berarti semua telinga penguasa harus menjadi tuli. Bukan juga berarti semua mata penguasa menjadi buta. Bukan juga berarti semua perasaan bebas untuk menganggap katorang seng ada. Jangan sampai katorang ada, namun dianggap tidak ada. Kalau selama ini katorang diam dan mengalah, itu karena katorang terlalu sayang dan cintai dengan NKRI kita ini
Katorang juga seng mau dianggap dan diperlakukan hanya pelengkap di negeri kita ini. Tolong jangan paksa katorang untuk pastiu (bosan) dengan prilaku ketidakadilan ini. Tolong juga jangan paksa katorang untuk berteriak karena diskriminasi ini. Tolong jangan paksa katorang marah melihat ketimpangan yang ada ini bukan hoax, namun sangat nyata dan telanjang mata
Ketorang juga minta tolong jangan paksa dan merayu katorang untuk tidak mencintai NKRI ini. Sejujurnya katorang masih sangat sangat dan sangat sayang dan mencintai NKRI kita. Namun katorang juga punya deposito kesabaran yang ada batasnya. Kesabaran yang bisa berkurang dan menipis. Kesabaran itu ada ujungnya, bahkan kesabaran pasti ada akhirnya karena kemanusiaan
Tidak seharusnya ketimpangan, prilaku ketidakadilan dan diskriminasi kepada katorang itu dianggap seng ada. Jangan juga dianggap seperti seng terjadi atau seng pernah terjadi. Tidak semua mahluk Tuhan bisa menerima diperlakukan seng adil dan diskriminatif. Sebab ujung dari ketidakadilan dan diskriminatif itu adalah terdzolimi
Kalaupun perlakuan tidak adil, diskriminasi itu ada, nyata dan dirasakan, maka dipastikan lambat namun pasti akan datang juga perlawan dari sang korban. Sebab banyak hikmah berupa manfaat dan faedah yang didapat dan diperoleh. Pada hakikatnya sikap dan keputusan untuk melawan ketidakadilan, diskriminasi dan kezoliman itu adalah kebenaran yang hakiki dan sejati. (****)
Komentar