Jadi Habitus Politik Dinasti Tuasikal Sulit Diruntuhkan

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Akademisi Ilmu Pemerintahan Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Amir Kotarmalos mengatakan, dinasti Tuasikal sudah menjadi habitus politik yang didalamnya terdapat modal sosial, modal finansial, modal pendidikan yang kemudian membentuk modal politik jika diarahkan ke kontestasi politik.
Maka jangan heran jika dinasti Tuasikal di Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) akan sulit untuk diruntuhkan. “Hobitus politik ini sudah tertanam dalam bentuk klientalisme politik yang tersusun secara kelembagaan dari periode-periode kepemimpinan. Kemudian sudah membentuk opini masyarakat Dinasti Tuasikal adalah dinasti yang banyak berbuat di masyarakat. Untuk meruntuhkan dinasti itu sangat sulit,”kata Kotarmalos kepada Kabar Timur diruang kerjanya, Selasa (4/12).
Dia mengatakan, meski apa yang Dinasti Tuasikal berikan ke masyarakat kaitannya dengan proyek negara, namun judul dari pemberian itu sebagai salah satu kedermawanan politik. Praktek itu dilakukan mulai dari Kabupaten Malteng dipimpin Abdulah Tuasikal dua periode hingga melahirkan satu kursi di DPD RI Miranti Dewaningsih Tuasikal, satu kursi di DPR RI Amri Tuasikal dan sekarang Bupati malteng Abua Tuasikal.
“Semua ini dengan mempergunakan modal sosial melalui periode kepemimpinan hingga menyebabkan dinasti ini kuat. Jadi sudah sangat sulit terkalahkan,”ujarnya. Dikatakan, meskipun ada yang mengupayakan melawan dinasti Tuasikal, hasilnya akan tumbang juga. Alasannya, sebaran filantropi yang dilakukan Dinasti Tuasikal sudah menyebar ke hampir sebagian besar masyarakat Malteng.
“Prinsipnya, dinasti Tuasikal sudah menyebar filantropi ke masyarakat Malteng, baik itu dalam bentuk uang, waktu, tenaga dan lainnya. Masyarakat sudah terlanjur percaya dengan apa yang dilakukan mereka,”tandasnya.
Bahkan, ada istilah Shogun Tutup Mulut (STM) yang dilakukan dinasti Tuasikal. Dimana, dinasti merangkul kepala desa dengan diberikan satu unit kendaraan roda dua merk shogun. Padahal apa yang diberikan itu bersumber dari uang negara. Namun, kesempatan mengontrol birokrasi, istilah ini tidak diketahui luas.
“Siapa yang mengontrol birokrasi maka dialah yang mengontrol kekayaan negara. Jadi jangan heran kalau Dinasti Tuasikal merangkul kepala desa dengan diberikan satu unit motor shogun,”kuncinya. (MG3)
Komentar