Oknum Guru SMKN 7 Tepis Pungli
KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Dugaan praktik pungutan liar di SMK Negeri 7 Ambon, ditepis Martha Noya.
Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia ini menegaskan tidak melakukan Pungli terhadap siswanya.
Noya menegaskan, sebelum memungut biaya telah disampaikan kepada siswa-siswi kelas 10 dan kepala sekolah SMK Negeri 7 Ambon.
Uang yang terkumpul dari siswa kata Noya digunakan untuk kegiatan outdoor class room yang merupakan pendukung materi pada Kompetensi Dasar dan Komptensi Inti pada Kurikulum 13 (K13).
"Saya sudah jalankan dari 10 November dengan kelas Teknik Komputer Jaringan (TKJ) B dan TKJ C kelas 10. Sebelum saya lakukan kegiatan ini, saya sudah koordinasi dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah kurikulum. Saya langsung menyampaikan ke siswa bahwa kita akan cari cerita rakyat Hilla, Kaitetu," jelas Noya saat menyambangi Redaksi Kabar Timur, Jumat (16/11).
Selain ke siwa-siswi, Noya juga meminta siswa untuk memberitahukan pada wali murid agar kegiatan ini diketahui oleh orang tua. "Tolong sampaikan ke orang tua, nanti saya akan buat surat setelah saya koordinasikan dengan kepala sekolah. Kepala sekolah mengeluarkan surat pertama baru saya sebarkan ke orang tua. Rincian biayanya itu ada uang makan di dalamnya," sebut Noya.
Menurutnya, anggaran konsumsi bagi siswa dan kegiatan tersebut telah disiapkan tidak hanya di SMKN 7 Ambon saja SMK lainnya di daerah ini.
"Saya juga tim Musyawarah Guru Mata Pelajaran, bukan SMKN 7 saja yang melakukan kegiatan ini. Kita kan satu kurikulum satu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan RPP itu mengharuskan kita ada kegiatan ini. SMKN 4 juga melakukan kegiatan di luar Kota Ambon seperti ini," tegas Noya.
Dia kembali menegaskan, terkait kegiatan K13 itu telah disetujui kepala sekolah SMKN 7 Ambon. Surat yang dilayangkan pada 13 November lalu merupakan surat ke dua untuk gelombang ke dua untuk kelas ke dua.
"Sudah disetujui kepala sekolah dan saya sudah jalankan dengan kelas pertama itu pada 10 November 2018," kata dia.
Uang sumbangan tiap siswa sebesar Rp 50 ribu digunakan untuk transport ke Hilla. Kegiatan itu tidak diakomodir dalam Biaya Operasional Sekolah (BOS), karena tidak ada anggaran penyusunan rencana kerja anggaran sekolah (RKAS) untuk kegiatan outdoor. "Ini bukan kegiatan ekstrakulikuler karena ini materi pembelajaran," ujar Noya. (MG2)
Komentar