CT Scan Rusak, Tiga Pasien RSUD M. Haulussy Meninggal

KABARTIMURNEWS.COM,AMBON– Rusaknya alat kesehatan Computerized Tomography Scanner (CT scan) di RSUD M. Haulussy, Ambon membawa maut bagi pasien. Keberadaan alat medis ini begitu vital sebagai penunjang kesehatan yang penting bagi rumah sakit. CT scan dapat menyajikan gambar pembuluh darah dan jaringan lunak di kepala dengan lebih detail.

Karenanya, teknologi pemindaian yang lebih akurat memegang peran penting dalam diagnosa berbagai macam masalah pada kepala dan otak. CT scan dapat menunjukkan apakah pasien mengalami pendarahan pada otak, tumor, stroke, atau kondisi lain yang menyebabkan koma.

Sudah tiga pekan alat CT scan di rumah sakit terbesar di Maluku itu rusak. Rusaknya CT scan berdampak pada pasien yang membutuhkan pelayanan cepat untuk penyembuhan.

Sebab tanpa alat itu, dokter saraf di RSUD Haulussy tidak dapat mendiagnosa dengan pasti penyakit yang diderita pasien. Dokter hanya dapat menduga penyakit yang diidap pasien berdasarkan pengalaman medisnya atau setelah melihat reaksi dari tubuh pasien.

Tubuh pasien yang lemah dipasangi infus dan dibantu alat pernapasan (oksigen). Pasien yang tidak mampu mengkonsumsi obat melalui mulut disuntik obat cair di selang infus.

Cilakanya bukannya semakin membaik setelah menjalani rawat inap, tetapi kondisi pasien semakin menurun. Bahkan tiga pasien dilaporkan meninggal dunia dalam dua pekan terakhir.

Nyawa mereka tidak tertolong akibat dokter tidak mampu mendiagnosa penyakit yang diderita pasien dengan benar akibat rusaknya alat CT scan.

Ahmad Welemuli, pasien yang menjalani perawatan di RSUD M. Haulussy sejak 25 Desember 2019 tercatat menjadi pasien ketiga yang meninggal dunia, Kamis (2/1). Pria berusia 44 tahun ini didiagnosa dokter ahli saraf RSUD M. Haulussy ini mengidap stroke non hemoragik (SNH).

Apakah Ahmad mengalami pendarahan pada otak atau kondisi lain yang menyebabkan koma, dokter ahli tidak dapat memastikan karena alat CT scan rusak.

Salah seorang keluarga Ahmad mengatakan, sebelum terbaring di rumah sakit, bapak satu anak ini sempat mengeluhkan pusing dan tidak sadarkan diri. Ahmad miliki riwayat penyakit darah tinggi.

Sejak pertama dirawat, tubuh Ahmad diinfus dan dipasangi alat bantu pernapasan. Dia diduga mengidap gejala stroke, setelah tubuh bagian kirinya sudah sulit digerakkan. Meski begitu hingga hari ketiga dirawat, Ahmad masih merespon seperti mengangguk atau menggerakan tubuh kanannya ketika diajak bicara.

Memastikan penyakit yang diderita Ahmad dan untuk mengetahui apakah terjadi penyumbatan darah pada otaknya, keluarga meminta tubuhnya diperiksa CT scan. Tapi tidak terlaksana lantaran pihak RSUD mengaku alat CT scan rusak.

Hari keempat hingga kemarin kondisi kesehatannya terus memburuk hingga ajal menjemputnya, kemarin. Bukan hanya sedih kehilangan orang yang dicintai, keluarga Ahmad sangat kecewa dengan minimnya peralatan yang dimiliki RSUD M.

Haulussy sehingga nyawanya tidak tertolong.
“Ini bukan soal ajal, kalau ajal tidak perlu kita bawa ke rumah sakit jika akhirnya seperti ini. Kita bawa ke rumah sakit ini berharap bisa disembuhkan, tapi kondisinya terus memburuk sejak dirawat.

Mungkin saja dapat disembuhkan jika di CT scan agar bisa diketahui apakah ada penyumbatan darah di kepala atau otaknya, dokter dapat maksimal mengobatinya,” kesal keluarga Ahmad.

Keluarga baru mengetahui kepala dermaga penyeberangan Waipirit ini meninggal akibat pembuluh darah di otak pecah. “Kita baru tahu setelah itu disampaikan pihak medis RSUD Haulussy,” ujarnya.

Mereka berharap, hal ini cepat direspon oleh gubernur dan DPRD Maluku agar tidak ada pasien lain lagi yang meninggal akibat minim atau rusaknya peralatan kesehatan yang dinilai vital.

“Kalau modelnya seperti ini, kasihan pasien yang berharap sembuh saat dirawat di rumah sakit mengalami hal yang sama dengan Ahmad. Tentu kita berharap itu tidak terjadi,” katanya.

Entah kebetulan atau tidak, informasi yang diperoleh, pasca rusaknya CT scan rusak, dua pekan terakhir tiga pasien dilaporkan meninggal dunia. Kedua pasien meninggal dengan gejala yang hampir mirip dengan yang dialami Ahmad.

Nyawa mereka tidak tertolong akibat dokter tidak mampu mendiagnosa penyakit yang diderita pasien dengan benar akibat rusaknya CT scan.

Rusaknya alat medis miliaran rupiah itu kerap terjadi sejak setahun terakhir. Akibatnya, beberapa pasien yang dirujuk dari 11 kabupaten/kota di Maluku ke RSUD Haulussy batal menjalani perawatan. Banyak yang memilih kembali menjalani perawatan di RS di daerah asalnya.

Sedangkan bagi pasien yang memiliki cukup uang memilih menjalani perawatan di RS yang berada di Makassar atau Pulau Jawa.

Rusaknya CT di RSUD milik Pemprov Maluku itu juga diakui pihak rumah sakit. "Iya UPS CT Scan rusak sejak dua minggu. Ini sudah pengadaan," ujar seorang pria di depan ruang CT Scan.

Pria yang mengaku sebagai operator CT scan itu tidak dapat memastikan kapan peralatan CT scan yang baru dibeli akan tiba di RSUD Haulussy. "Nanti kembali lagi dua minggu (utk cek CT scan)," katanya.

Direktrur RSUD M. Haulussy, dr Rita Tahitu mengaku alat CT scan rusak sudah 3 pekan. “Teknisi sudah lihat, dan ada sejenis alat CT scan rusak, sementara dipesan dari Jakarta. Kemungkinan 2 minggu lagi alatnya sudah tiba di Ambon dikirim via kapal,” katanya via pesan whatsapp kepada Kabar Timur.

Kepala Dinas Kesehatan Maluku dr. Meikyal Pontoh mengaku baru mengetahui alat CT scan di RSUD M. Haulussy, rusak setelah disampaikan wartawan.

“Saya baru tau kalau rusak, apalagi sudah tiga minggu. Kerusakan tidak pernah disampaikan ke dinas (Kesehatan). Coba nanti saya tanyakan ke pihak RSUD M. Haulussy,” kata Pontoh. (KT)

Komentar

Loading...