Ikan Mati di Pantai Leitisel, Ini Kata LIPI

KABARTIMURNEWS.COM,AMBON - Fenomena aneh dengan ditemukan matinya ribuan ikan secara tiba-tiba di pesisir pantai Desa Rutong, Hukurila dan Leahari, Kecamatan Leitimur Selatan (Leitisel), Kota Ambon, masih menjadi misteri.
Kini tim peneliti sedang melakukan penelitian penyebab terjadinya fenomena tersebut di sejumlah kawasan ditemukannya bangkai ikan tersebut.
Kepada Kabar Timur, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon, Nugroho, mengaku belum mengetahui pasti penyebab terjadinya fenomena matinya ikan itu.
Namun, kata dia, banyak faktor yang melatarbelakangi matinya ikan secara massal. Umumnya, terjadi akibat penurunan kualitas air laut yang turun hingga pada tahap tak bisa ditolerir oleh ikan-ikan tersebut.
Penurunan kualitas air laut, lanjut dia, juga bermacam-macam. Diantaranya pencemaran limbah, terjadinya ledakan alga beracun, penggunaan racun penangkap ikan dan adanya upwelling atau arus naik, sehingga mengurangi kadar oksigen terlarut dalam air.
“Sebagai langkah cepat dalam menghadapi kasus ini, kami telah menyiapkan tim gerak cepat penangganan kematian ikan tersebut," kata Nugroho kepada Kabar Timur, Minggu malam (15/9).
Tim dikerahkan tadi pagi. Mereka turun menggunakan alat survei oseanografi kimia, fisika dan geologi untuk melakukan survei serta mengambil sampel ikan maupun sedimen di dasar laut. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui penyebab kematian ikan secara massal tersebut.
Selain itu, tim peneliti yang dikerahkan juga sekaligus untuk mencari tahu langkah-langkah antisipasi apa yang akan diambil.
"Tim juga akan melakukan wawancara dengan masyarakat terkait pengamatan dan bukti-bukti yang dikumpulkan oleh masyarakat," katanya.
Oleh karena itu, Nugroho berharap agar Pemerintah Daerah (Pemda), masyarakat maupun unsur adat dan keagamaan dapat bekerjasama agar tim dapat bekerja dengan lancar dan mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Terkait isu kematian ikan dihubungkan dengan akan adanya bencana gempa dan tsunami, Nugroho menegaskan bahwa semuanya tidak benar. Sebab, hingga kini belum ada yang bisa meramal kapan terjadinya gempa dan tsunami.
Adanya spekulasi yang menyatakan bahwa ikan laut dalam sangat peka dan dapat merasakan perubahan-perubahan di dalam laut hingga munculnya kematian itu, tambah Nugroho, tidaklah benar dan harus dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.
“Kami menghimbau agar fenomena ini tidak dikait-kaitkan dengan spekulasi bahwa akan ada bencana gempa dan tsunami. Ini hanyalah spekulasi yang masih harus dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dan berlaku sama di semua tempat yang rawan bencana gempa dan tsunami,” tegasnya. (CR1)
Komentar