KPK Bantah Peras Bupati
KABARTIMURNEWS.COM, AMBON- Ketua Tim Penyidik KPK untuk penanganan kasus-kasus korupsi di Maluku, Hendrik Cristian membantah tim KPK melakukan pemerasan kepada salah satu Bupati, sebagaimana yang diungkap dua tukang ojek.
‘’Tim KPK dari mana yang peras? Dan Bupati mana yang diperas? Kabar Timur, dapat berita itu dari mana. Tidak ada itu,’’tegasnya, saat dikonfirmasi Kabar Timur via WhatsApp, kemarin.
Dia berharap, jika ada yang mengetahui oknum KPK yang melakukan pemerasan, bisa tangkap tangan. ‘’ Beta (saya) harus sampaikan bahwa kalau ada orang yang ngaku (mengaku) KPK, lalu minta uang dari siapapun dan diketahui, maka siapapun yang mengetahui pemberian tersebut bisa melakukan tangkap tangan atas pemberian penerima suap,’’harapnya.
Dia menegaskan, warga yang memiliki bukti atau tangkap basah oknum KPK peras Bupati, lapor ke pihak Kepolisian.’’Lapor ke Polisi, tanpa harus menunggu petugas atau penegak hukum. Kenapa tidak ditangkap saja kalau tahu ada KPK yang peras Bupati?’’kata dia.
Sementara itu, Abdul Haji Talaohu, Direktur Eksekutif Institut For Indonesia Intigrity (INFIT), kepada Kabar Timur via telepon selulernya, tadi malam, menegaskan KPK harus mengambil langkah untuk menyelidiki kebenaran dari informasi adanya ketiga oknum penyidik melakukan pemerasan terhadap salah satu bupati di Maluku.
“Benar tidaknya informasi itu harus dibuktikan dengan menyelidiki sumber berita yang dipublis media cetak terbitan Ambon sehingga dapat mengungkap kebenaran dari informasi dimaksud,” kata Ajis, sapaan akrab Abdul Haji.
Penelusuran dan penyelidikan atas informasi “pemerasan” tiga oknum KPK ini agar bisa ditemukan kebenaran tentang, apakah ketiga oknum itu adalah benar penyidik KPK atau ketiga oknum hanya oknum KPK gadungan.
“Apabila dalam penyelidikan benar ketiga oknum itu penyidik KPK, maka lembaga KPK harus bertindak tegas. Begitu juga bila dalam penyelidikan ditemukan ketiga oknum itu adalah penyidik KPK gadungan, meraka harus ditangkap dan diproses hukum,” terang Ajis.
Dari informasi berita yang terpublis, kata Ajis, KPK bisa mengandeng kepolisian setempat untuk mendatangi tempat atau rumah salah satu sanak family di kawasan BTN Wayame, yang disebut-sebut, menjadi salah satu lokasi “pesta miras” setelah pemerasan dilakukan ketiga oknum itu.
“Kan tinggal ditelusuri dari dua sumber tukang ojek itu. Keduanya dipanggil dan minta untuk diantarkan ke salah satu rumah di kawasan BTN Wayame, yang merupakan family dari salah satu oknum penyidik KPK itu. Dari situ akan terungkap, apakah benar mereka oknum penyidik KPK atau gadungan,” papar Ajis.
Kunci mengungkap siapa ketiga oknum tersebut, ada pada rumah dimana mereka melakukan “pesta” miras. Dari tuang rumah, akan bisa diketahui indentitas mereka secara terang. “Ini merupakan tantang bagi KPK untuk menjawab informasi tentang adanya pemerasan ketiga oknum KPK itu,” tambahnya menutup.
Sebagaimana diberitakan Kabar Timur, Minggu (18/8) sedikitnya tiga oknum Komisi Pemberantasan Korupsi “KPK” baru-baru ini melakukan aksi pemerasan terhadap salah seorang kepala daerah (Bupati), di Maluku. Uang hasil perasan diambil di salah satu ATM di Kawasan Poka dan dibage bertiga.
Informasi ini disampaikan Said salah satu tukang ojek dan rekannya bernama Ecal, kepada Kabar Timur, Minggu, kemarin. Keduanya yakin, ketiga oknum tersebut mengaku dari KPK. “Salah satu oknum menggunakan Id KPK, yang terpasang pada saku bagian kanan. Saya lupa membaca namanya,” tutur Said.
Dari pengakuan salah satu diantaranya, mengaku mereka sebagai Anggota KPK. “Salah satunya, Anggota KPK dari Pusat (Jakarta), dua rekan Anggota KPK perwakilan Maluku. Pengakuan mereka seperti itu,” cerita Said.
Awalnya, menurut Said, dia bersama Ecal diajak miras (minum bir) bersama ketiga oknum KPK itu, di kawasan Pantai Rumatiga. Banyak bir yang dibeli dan mereka pun miras bersama hingga mabuk. Selanjutnya, kata Ecal, seorang oknum menelepon salah satu Bupati.Dari pembicaraan via telepon salah seorang Bupati, langsung mengirim uang. “Ya setelah ditelepon tak lama kemudian mereka bertiga meminta kami untuk mengantar ke ATM. Sampai di ATM, salah satu rekan masuk mengambil uang dan kedua rekan lainnya ikut masuk. Jadi begitu uang diambil langsung dibage pada ATM itu,” aku Said.
Menurut Said, tingkah ketiga oknum Anggota KPK, seolah satu dan lain tidak saling percaya. “Makanya begitu dana diambil langsung dibage di tempat umum. Beta jadi curiga terhadap oknum itu, tapi ada ID KPK. Mungkin karena sudah mabuk, lantas berbuat demikian,” tuturnya.
Said juga mengaku, sebelum melakukan pengambilan dana tersebut di ATM, mereka bertiga sempat mendatangi salah satu rumah di kawasan BTN Wayame. “Coba tanya Ecal. Katanya itu, rumah salah satu oknum KPK,” aku Said.
Ketika Kabar Timur mengkonfirmasi soal rumah itu, kepada Ecal, dia mengaku, bahwa rumah yang didatangi bukan rumah oknum KPK, tapi rumah family salah satu oknum KPK. “Itu bukan rumah anggota KPK, itu rumah familynya (saudaranya). Dong itu anggota KPK,” kata Ecal polos.
Ketika ditanya siapa bupati yang diperas ketiga oknum KPK itu, Ecal mengaku, tidak tahu menahu. “Beta seng tau bupati mana. Yang beta tau, salah satu bupati dari ketiga anggota KPK. Cuman mereka tidak sebut namanya bupati dimaksud,” tutup Ecal. (KTM/COE)
Komentar