Mahasiswa Tetap Ngotot, Korupsi IAIN Diusut Kejati

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Kejaksaan Tinggi (Kejati) Maluku belum menentukan sikap menggelar penyelidikan dan mengungkap dugaan korupsi pembangunan tiga gedung milik IAIN Ambon yang rusak berat beberapa waktu lalu. Namun mahasiswa ngotot penyelidikan tersebut dipercepat.

Setelah mendemo Kejati Selasa lalu, para mahasiswa mengutus dua wakilnya, Abdul Gani Rebrusun dan Fakhrudin Rahakbauw kembali ke Kejati menemui Kasipenkum Samy Sapulette di kantornya, Kamis (27/6).

Setelah pertemuan tertutup tersebut, Gani Rebrusun kepada Kabar Timur menyatakan dia dan rekan-rekan tetap pada desakan, agar Kejati mengusut dugaan penyalahgunaan keuangan negara pembangunan tiga gedung di IAIN Ambon dipercepat. “Bahkan kita minta penyelidikannya dipercepat,” tandas Gani dihubungi usai pertemuan dengan Samy Sapulette.

Tiga gedung tersebut adalah, auditorium, perpustakaan dan laboratorium FMIP IAIN. Mengalami rusak berat, dan terlihat miring dengan tiang serta tembok retak di sana-sini. Disinyalir, hal ini diakibatkan pergerakan lapisan tanah di sekitar tiga gedung itu ketika hujan deras mengguyur pulau Ambon beberapa waktu lalu. Dan pemicu gerakan tanah tersebut diduga akibat human error atau kelalaian manusia.

Dalam pertemuan dengan Kasipenkum Kejati Samy Sapulette, ungkap Gani, dijelaskan Kejati masih menunggu hasil kajian tim geologi yang kabarnya sedang melakukan penelitian sebab-sebab kerusakan tiga gedung di lokasi IAIN Ambon itu. Namun keterangan yang disampaikan Samy, diakui belum memuaskan. Penjelasan Samy dinilai belum ada progres masih sama ketika dia dan rekan-rekannya mendemo Kejati.

Samy lalu menyarankan kedua perwakilan mahasiswa itu bertemu langsung dengan Kajati Maluku. “Tapi pertemuan dengan pak Kajati nanti akan dikoordinasikan oleh pa Kasipenkum,” kata Gani.

Dikonfirmasi, Samy Sapulette mengaku institusinya belum memastikan langkah tindak lanjut terkait tuntutan para mahasiswa. Termasuk membentuk tim khusus mengusut dugaan korupsi di balik kerusakan tiga gedung di IAIN Ambon. “Intinya kita menunggu hasil kajian tim geologi,” ujar Samy ditemui di ruang kerjanya.

Jaksa dengan dua melati di pundak itu juga menolak menjelaskan soal kaitan penyelidikan hukum oleh institusinya dengan hasil kajian tersebut yang ditunggu tersebut. “Kita tidak mau berandai-andai. Ikuti saja perkembangan,” ujarnya singkat.

Terpisah Koordinator Indonesia Investigasi Korupsi (IIK) Faisal Yahya Marasabessy kepada Kabar Timur meminta Kejati Maluku agar fokus pada tupoksi. Dan tidak bertele-tele dengan ditunggunya hasil kajian seperti yang disampaikan Kasipenkum Kejati Maluku.

Hasil kajian, ujar dia, hanya informasi pembanding berkaitan dengan penyebab kerusakan tiga gedung milik IAIN. Tapi dari sisi pembangunan, apakah sudah sesuai dengan kontrak itu yang mesti ditelusuri.

Menurut dia, banyak kemungkinan dan persoalan hukum yang bisa digali dari sisi tersebut. “Kita sarankan Kejati segera bentuk tim investigasi saja,” tandas Faisal.

Terpisah sumber Kabar Timur di Rektorat IAIN Ambon mengungkapkan, sebelum tanah yang diduga bergerak ketika hujan deras melanda beberapa waktu lalu, sebelumnya di tahun 2018 pernah terjadi longsor. Yakni pada kemiringan lahan tanah liat di samping dan belakang auditorium.

Kemiringan pada lahan tersebut merupakan bekas gusuran alat berat ketika lahan lokasi berdirinya auditorium dipersiapkan. Anehnya ketika longsor sudah terjadi, baru lah dibangun bronjong dan talud satu jalur yang terlihat asal-asalan. “Jadi kemungkinan longsor itu tanda tanahnya sudah mulai bergerak waktu itu,” kata dia.

Tapi, sambung sumber, yang dibangun ternyata hanya bronjong dan tembok talud yang rendah. “Seharusnya sekitar 10 meter lah, bukan cuma tinggi dua meter atau berapa itu,” ujar sumber.

Sumber menilai, faktor alam hanya dalih pihak Rektorat untuk menutupi kesalahan yang telah terjadi sejak perencanaan maupun pembanguan gedug Auditorium IAIN. Faktanya, sumber mencatat selama lahan dipersiapkan tahun 2017, sekitar 5000 ton material tanah digusur dari lokasi auditorium saat ini.

“Tanah-tanah sisa gusuran itu ada yang dijual oleh orang-orang di rektorat,ada yang diambil oleh dosen-dosen. Kalau dibuang kemana, itu saya tidak tahu,” ucap sumber.

Sumber mengaku kalau dirinya bukan orang teknik yang menguasai struktur tanah terkait pembangunan gedung. Namun dari kacamata orang awam saja, aku dia, jika lahan digusur dengan cara memotong bukit dengan alat berat, sementara masih ada sisa bukit di sebelah atas, bukit sisa itu pasti turun ke lokasi kosong di bawahnya. “Itu hanya analisa sederhana saja. Tapi saya yakin ini sudah penyebab tanah-tanah di sini bergerak,” ujarnya. (KTA)

Komentar

Loading...