KABARTIMURNEWS.COM, AMBON – Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Mohammad Taufan Damanik, sambangi Kota Ambon, Sabtu (22/6). Kedatangannya selama tiga hari nanti, untuk melaksanakan beberapa agenda, diantaranya bertemu Kepala Polda Maluku Irjen Pol Royke Lumowa dan Gubernur Maluku Murad Ismail.
Kepada wartawan, Damanik mengaku Maluku bagi Komnas HAM, adalah satu daerah yang menjadi fokus perhatian, karena dulu pernah terlibat konflik. Apalagi saat ini secara nasional sudah mulai terjadi ketegangan.
“Kedatangan kami ini sekaligus kami katakanlah memasang telinga baik-baik melalui perwakilan dan jaringan, mengingat di tingkat nasional sudah menjadi ketegangan lagi,” ungkap Damanik kepada wartawan di Kantor Komnas HAM Perwakilan Maluku, Kawasan Air Salobar, Kota Ambon.
Ia mengaku, saat kericuhan yang terjadi di Jakarta tanggal 22 Mei lalu dirinya turun lapangan. Banyak orang tidak terlalu menyadari seolah olah ini adalah satu insiden saja. Dimana ada demo kemudian terjadi kerusuhan.
“Ini sebenarnya lebih dari sekedar insiden, bahwa apakah kita mengalami pergolakan politik. Perjalanan demokrasi kita sejak tahun 1999 sudah jalan tahap demi tahap masuk pada pemilihan umum langsung, baik kepala daerah maupun presiden,” jelasnya.
Mestinya, kata dia, pengalaman dari berbagai negara, demokrasi Indonesia sudah terkonsulidasi. Tapi beberapa tahun belakangan, justru muncul fenomena politik identitas.
Atas kejadian tanggal 22 Mei itu, lanjut Damanik, pihaknya membentuk sebuah tim dan mendapati sejumlah fenomena seperti hoax, ujaran kebencian yang dibangun terus menerus melalui media sosial.
“Satu dua media maextrim juga tidak menyadari terlibat itu, mungkin tidak disengaja, memperkuat itu. Kalau aparat sipil, militernya solid tidak ada masalah, pelaku tindak kekerasan itu bisa ditindak segera. Tapi fenomena Indonesia di Jakarta ini tidak semudah itu,” katanya.
Dari tim yang dibentuk kemudian pihaknya melakukan investigasi dan menemukan fakta-fakta dan yang cukup mencemaskan. Dimana ada pergesekan di kalangan etik politik yang cukup mengkhawatirkan.
Selain itu banyak pelanggaran HAM terjadi, diantaranya warga masyarakat dianiaya, polisi dianiaya, bahkan rekan-rekan media sendiri juga dianiaya oleh polisi dan juga masyarakat dalam kejadian di Jakarta itu.