Mahasiswa: Cari Kontraktor Auditorium IAIN

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Kelayakan lokasi gedung auditorium sebagai pemicu pergerakan lapisan tanah. Pergeseran lapisan tanah diduga kuat timbul akibat pembangunan auditorium.

Mahasiswa kembali menggelar demo di IAIN Ambon menuntut supaya Rektor memberikan penjelasan, terkait ambruknya tiga gedung utama di kampus mereka. Mahasiswa bahkan menduga ada unsur korupsi di balik pembangunan gedung auditorium, yang mengalami kerusakan paling parah.

Tapi dalam demo yang disampaikan Aliansi Mahasiswa Peduli IAIN Ambon, Rektor Hasbullah Toisuta ternyata memilih hengkang dari kampus. Pihak rektorat mengaku, Hasbullah sementara di luar daerah.

Salah satu pimpinan demo Abdul Gani Rabrusun menyatakan dia dan teman-teman akan terus menggelar aksi sampai Rektor memberikan penjelasan soal beberapa hal seputar bencana yang menimpa tiga gedung di kampus IAIN tersebut. Mahasiswa juga sedang mencari kontraktor yang mengerjakan bangunan yang rusak.

“Kita cari kontraktor, untuk minta dia punya pertanggungjawaban,” ketus Abdul Gani Rabrusun ditemui Kabar Timur usai demo, Senin (17/6) pukul 13.00 Wit.

Sebelum demo dilakukan aliansi mahasiswa dengan aksi bakar ban itu lebih dulu dilakukan penelusuran dan kajian. Hasil kajian terutama soal kelayakan lokasi pembangunan gedung auditorium yang disebut-sebut sebagai pemicu pergerakan lapisan tanah. Pergeseran lapisan tanah diduga kuat timbul akibat pembangunan auditorium.

Aliansi, kata Gani, juga mendapatkan informasi hal-hal di balik pembangunan gedung tersebut, dan disimpulkan ada sejumlah persoalan yang tak beres. Diantaranya menyangkut dokumen Surat Layak Fungsi (SLF) diduga belum dikantongi.

Dokumen tersebut disinyalir batal diterbitkan dinas berwenang, lantaran hasil kajian AMDAL menyatakan gedung auditorium tidak layak dibangun di lokasi tersebut. Faktanya sewaktu dilaksanakan pembangunannya, gedung auditorium ini tidak pernah terlihat ditempel papan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dikarenakan beberapa syarat belum dipenuhi salah satunya dokumen SLF.

“Kita tidak pernah lihat itu. Itu artinya pembangunan auditoriumnya ilegal atau tanpa ijin,” imbuhnya saat ditanyak soal IMB.

Dia menduga kuat, adanya ketidakberesan pada bagian talud penahan di samping belakang auditorium. Bronjong yang berfungsi sebagai talud ini terlihat tak maksimal dibangun. “Kita menduga dikerjakan asal-asalan, ini perlu diusut. Kemungkinan talud itu pakai dana negara, makanya perlu diusut,” ujarnya.

Sementara bocoran dari dalam lembaga IAIN yang diperoleh Kabar Timur terungkap kalau, dana pembangunan gedung auditorium disebut-sebut hasil dil-dil politik. Disebutkan, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menggelontorkan bantuan senilai Rp 14 miliar untuk pembangunannya.

“Kontrak politiknya seperti apa dengan Rektor, kita tidak tahu. Jelas, Bung Romy yang Ketum PPP itu pernah datang di kampus IAIN ini, sebelum auditorium dibangun,” beber sumber IAIN kepada Kabar Timur, terpisah.

Sumber mengatakan, pembangunan auditorium merupakan kebijakan Rektor IAIN Ambon, dan dipaksakan meski sudah hasil kajian menyatakan tidak layak untuk dibangun. Menurut sumber, Rektor juga tak bisa disalahkan, karena yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan IAIN Ambon.

“Auditorium itu salah satu prasyarat untuk peningkatan status IAIN menjadi Universitas Islam Negeri,” ungkap sumber.

Hanya saja, yang dilakukan Rektor melangkahi prosedur karena tidak mempertimbangkan kajian lingkungan. Sumber mengaku, sebelum dibangun, sudah ada penolakan terhadap rencana pembangunan gedung tersebut di lokasinya yang sekarang.

Pantauan Kabar Timur, lokasi gedung Auditorium IAIN Ambon terlihat dalam kondisi rusak berat. Empat pilar atau tiang bagian depan gedung tampak miring ke kiri sekira 20 derajat. Sedang kondisi tanah di sekitar gedung dengan nuansa hijau pekat ini tampak labil.

Lahan sekitar yang luasnya sekira lapangan bola kaki di lapangan Merdeka Ambon ini mempunyai tekstur tanah liat namun minus batuan. Di samping kiri hingga belakang bangunan terlihat bekas longsoran di bagian atas, sedang di bawahnya terdapat bronjong penahan longsor yang mulai miring dari kedudukannya.

Di sebelahnya, gedung Laboratorium MIPA dan Mikroteaching milik Fakultas Tarbiyah, dengan sejumlah retakan di dinding. Di bagian belakang gedung ini terlihat salah satu tiang beton patah demikian juga talid penahan yang berada sekira 3 meter dari gedung tersebut. Sedang dari kejauhan, gedung Perpustakaan IAIN Ambon yang terlihat megah di puncak bukit di miring ke kanan dengan sudut sekira 15 derajat.

TERANCAM RUSAK

Sementara itu, Tim dari Badan Geologi Cq Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung, Jawa Barat, memprakirakan masih terjadi pergerakan tanah atau longsor di kompleks Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, sehingga sejumlah gedung terancam rusak, menyusul bencana pada 3 Juni 2019 akibat hujan dengan intensitas tinggi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku, Farida Salampessy di Ambon, Senin mengatakan, prakiraan sementara tim dari Badan Geologi Bandung itu berdasarkan hasil kajian atau survei yang dilakukan sejak 14 Juni 2019. “Pertimbangannya pergerakan tanah atau longsor itu terjadi saat awal musim hujan, sedangkan prakiraan BMKG puncaknya pada akhir Juli - Agustus 2019,” ujarnya.

Farida mengatakan, hasil kajian atau survei secara komprehensif itu paling terlambat baru diketahui dua pekan ke depan dalam bentuk rekomendasi. “Jadi rekomendasi Badan Geologi yang menentukan aktivitas perkuliahan masih bisa berlanjut di kompleks IAIN, kawasan Batumerah ataukah tidak,” katanya.

Farida mengakui, bila rekomendasi ternyata kampus IAIN tidak layak lagi di Batumerah, maka harus dicari lokasi baru yang terjamin keamanan maupun keselamatan beraktivitas. “Pastinya dengan kondisi keretakan sejumlah gedung saat ini mempengaruhi aktivitas perkuliahan sehingga telah dijalin koordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di jajaran Pemprov Maluku, Polda Maluku, Kodam XVI/Pattimura dan berbagai pihak berkompotemn lainnya untuk melakukan penanganan tanggap darurat,” ujarnya.

Sedangkan, Kadis ESDM Maluku, Martha Nanlohy mengatakan, tim dari Badan Geologi Bandung melakukan kajian atau survei hingga 18 Juni 2019, menyusul dimulai sejak Jumat (14/6). “Tim dijadwalkan kembali ke Bandung pada 18 Juni 2019 dan nantinya diterbitkan rekomendasi terhadap hasil kajian atau survei,” katanya.

Dia mengakui, kajian atau survei dlakukan tim dari Badan Geologi Bandung berdasarkan surat permintaannya yang didukung laporan sementara tim geologi Dinas ESDM Maluku yang melakukan peninjauan pada 4 Juni 2019 tercatat bencana geologi berupa gerakan tanah atau longsor dengan jenis debris slide dan ambelsan.

Bentuk longsor berupa hiperbola atau setengah lingkaran, panjang dan lebar longsor tidak dapat diukur karena tanah masih bergerak dan terdapat garis polisi. “Kerusakan bangunan fisik rusak berat empat unit yakni gedung audiotorium, gedung perpustakaan, gedung laboratorium matematika dan gedung genset (amblesan). Dua lainnya yang akan terkena dampak juga yaitu gedung pusat (rektorat) dan gedung dan tarbiyah,” tandas Martha.

Langkah lainnya yang ditempuh OPD teknis adalah kepolisian telah memasang tanda larangan berupa garis polisi di areal pada lokasi longsor tersebut. Rekahan- rekahan yang terbuka telah ditutup dengan terpal atau tanah liat/lempung untuk menghindari masuknya air hujan yang akan sebagai pemicu longsor. (AN/RUZ/KTA)

Komentar

Loading...