Payapo Dikritik Soal Konflik Latu-Hualoy
KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Konflik antar kampung tetangga yang terjadi di Desa Latu dan Hualoy kecamatan Amalatu, Kabupaten SBB, sejak Januari 2019 lalu hingga kini belum bisa diselesaikan. akibatnya, banyak anggapan yang muncul terkait peran Bupati SBB, M Yasin Payapo atas insiden tersebut.
Sejak Januari 2019 hingga Mei 2019, diketahui kedua Desa yang mayoritas beragama Islam itu telah berkonflik bahkan, konfliknya telah memakan banyak korban yang bukan hanya korban nyawa melainkan harta benda antara kedua warga bertikai.
Merasa resah kinerja Payapo dalam menangani Konflik yang terjadi di wilayah kekuasaannya, Tokoh pemuda Negeri Latu, Syuaib Pattimura yang dikonfirmasi Wartawan Kamis (30/5), kemarin, mengatakan, lima bulan konflik, belum bisa diselesaikan Pemda suatu kegagalan.
“Bupati SBB seperti menganggap remeh konflik antar dua Negeri tetangga ini, sebab sudah lima bulan konflik terjadi, belum ada langkah atau upaya serius meredam konflik di kedua Negeri itu. Padahal peran kepala daerah sangat diharapkan,” paparnya mengkritik.
Akibatnya, lanjut dia, tidak ada langkah serius dalam penanganan konflik dua Negeri dari Yasin Payapo selaku Bupati, sehingga aktivitas antar warga Desa Latu dan Hualoy yang ada di kampung walaupun di perantauan juga menjadi terbatas dan serba Was-was.
“Sampai sekarang kita selalu was-was melakukan aktivitas, bukan hanya di kampung yang di luar kampung juga merasa tidak nyaman akibat konflik yang belum bisa selesai selama lima bulan bahkan sudah mau masuk enam bulan ini,”terangnya.
Dijelaskannya, upaya mediasi yang dilakukan Yasin Payapo selama konflik dua Negeri bertetangga selama ini, diibarat membuang garam di laut alias sia-sia. Pasalnya, tidak membuahkan hasil yang bisa dirasakan masyarakat kedua negeri atau para keluarga korban korban.
“Akar masalah ini berada pada level paling bawah, yaitu masyarakat bukan tokoh masyarakat. Maka diperlukan kehadiran Bupati SBB, yang dapat menyentuh keluarga korban, bukan mengatasi konflik dengan cara memanggil tokoh kedua negeri lalu hadir pada pertemuan-pertemuan kelas mewah. Ini konflik masyarakat bukan konflik para tokoh. Memang benar perlu libatkan tokoh, tapi paling penting masyarakat dan keluarga korban,” Paparnya.
Tidak hanya itu, konflik yang terjadi selama hampir setengah tahun itu juga merupakan konflik terlama dalam sejarah dua Negeri tersebut. “Bisa terjadi selama ini, merupakan kesalahan Bupati SBB, yang tidak bertindak cepat saat awal mula konflik, beliau tidak menghiraukan sudah terjadi besar dan ada korban baru beliau mau bergerak, itu kan gagal namanya,”ujarnya.
Ditambahkannya, salah satu upaya yang dilakukan Bupati dalam pekan kemarin hanyalah membuat pertemuan dengan para ASN SBB yang notabenenya warga Latu dan Hualoy. “Ini bukan Persia kecil, pertemuan dengan ASN saja tidak cukup pak Bupati,” terangnya.”Mengumpulkan bawahan ASN, antara kedua negeri saja tidak cukup Pak Bupati. Tapi harus ada langkah-langkah persuasif ke keluarga korban, dan itu dilakukan secara terstruktur agar masalah ini cepat terselesaikan dan kedua negeri ini bisa kembali normal seperti biasanya,”tutupnya. (M5)
Komentar