Warga Hatu Tagih Janji Caleg DPD Rp75 Juta

ILUSTRASI

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Banyak kecurangan di Pemilu 2019. Politik uang pola janji gentayangan. Setelah peroleh suara janji tak ditepati. Warga menagih, dimana Bawaslu?

Sejumlah Calon Anggota Legislatif (Caleg), di Pileg, 17 April, lalu, bermain api. Janji-janji uang untuk mendapat suara jumbo di kantong-kantong warga, telah dipenuhi, kendati janji yang diucapkan dan diabadikan warga sebagai bukti dibongkar. Warga mengancam akan membawa masalah ini ke rana hukum, sebagai solusi.

Setidaknya, ini dilakukan warga di Negeri Hatu, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah, yang dialamatkan, kepada Caleg DPD Herman Hatu, yang berjanji akan memberikan bantuan uang sebesar Rp75 juta.

Janji Herman masih melekat di pikiran warga. Bahkan, janjinya diabadikan melalui rekaman ponsel android. Herman berjanji saat menghadiri perayaan Natal di Negeri Hatu, 19 Desember 2018, lalu, masih disimpan warga sebagai bukti.

Warga minta niat baik Herman untuk menepati janjinya. Sebab, warga di Hatu memberikan suara kemenangan bagi Herman. “Dia bilang kalau nanti dapat suara di Hatu, dia akan berikan dana aspirasi 75 juta rupiah. Sekarang sudah menang, segera bayar saja,” kata NT, warga Hatu yang meminta identitasnya di inisialkan wartawan.

Saat menghadiri perayaan Natal, Herman, kala itu memberikan uang sebesar Rp2,5 juta. Akan ditambah sesuai janjinya tersebut jika dirinya menang di Hatu.

“Masih disimpan (rekaman janji). Kalau nanti dibutuhkan pasti dikasih. Dia bisa tidak melunasi asalkan dia kembalikan suara warga, tapi kan itu seng bisa lai. Suara sudah di KPU. Mereka ini orang pintar, gelar saja doktor. Orang pintar jangan biking bodoh katong lai. Sekarang beta kasih saja bukti cara mereka giring pemilih di Hatu,” cetusnya.

NT mengaku tergiur janji Herman juga melalui jaringannya, Noce Pattiasina. Oknum PNS yang bertugas sebagai seorang guru ini menggiring suara di masa tenang Pemilu. Guru salah satu SMA Negeri tersebut bukan saja menggiring suara Herman. Tapi juga celeg DPR RI asal PDIP Jeffry Daniel Waworuntu dan asal Partai Demokrat Drg. Liliane Aitonam untuk DPRD Provinsi Maluku.

Menurutnya, nama-nama caleg tersebut telah memperoleh suara yang signifikan di Hatu, tapi hingga Pemilu selesai, mereka masih berdiam diri dengan janjinya. “Seng ada guna juga fitnah-fitnah. Kalau benar ya benar, kalau salah ya salah, begitu saja. Kalau PNS juga seng boleh campur-campur di Pemilu, tapi dibiarkan saja,” ucapnya.

Warga, tambah GP, warga lainnya hanya menginginkan para caleg tersebut untuk melunasi janji. Karena, keinginan para caleg sudah dipenuhi warga dengan memilih mereka. “KPUD juga bisa membatalkan suara dari Negeri Hattu atau memberikan sangksi tegas,” ujarnya.

GP mengaku, selain tiga caleg tersebut, banyak juga calon yang melakukan sosialisasi di Negeri Hatu. Ada Eddy Sambuaga juga membagikan uang Rp100 ribu per orang. Sementara Novita Anakota juga menjanjikan bantuan semen di Negeri Hatu.

“Katong akan tagih semua. Kami siap membongkar semuanya. Sebenarnya gampang saja kalau KPUD mau, tapi mereka mau atau tidak, ada banyak kecurangan tapi mereka hanya diam, pura-pura tidak dengar,” jelasnya.

Selain berjanji di Hatu, Herman, juga melakukan hal serupa di Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat. Ia menjanjikan berikan sumbangan sebesar Rp100 juta untuk pembangunan gereja di sana. Selain itu, di wilayah pegunungan, dia juga menjanjikan perlengkapan untuk gereja.

“Semua itu hanya janji dan belum ada yang ditepati, dan sekarang warga bertanya-tanya mengenai hal itu,” kata Jhon, terpisah.

Menurut Jhon, Herman juga memberikan sumbangan semen di Taniwel. Dia bahkan telah menyerahkan bantuan Rp50 juta dan berjanji jika menang akan memberikan tambahan Rp60 juta.

“Ini bahaya uang dari mana? Kalau semua main janji-janji omong kosong, beta kira tidak ada cara lain, kecuali membongkar semuanya. Hanya memang aneh, karena pengawas seng ada guna. Kita perlu ramai-ramai membongkar, sehingga jadi pelajaran bagi banyak orang di masa depan. Rakyat jangan dipermainkan seperti itu,” tegas John.

Informasi lain yang dihimpun, hal serupa juga terjadi di Seram Bagian Barat. Dimana Novita Anakotta menjanjikan semen untuk pembangunan gereja.

“Kita tidak heran kalau mereka dapat suara dimana-mana, karena hanya memberikan janji-janji. Beta lihat, kalau situasi begini terus, kita tidak tahu mereka mau bawa kemana? Kita harap KPU bisa membongkar cara-cara tidak benar untuk mendapatkan simpati pemilih. Kalau KPU juga diam, ya habis kita,” kata Jefry saat ditemui di Kota Ambon.

Menurutnya, cara berpolitik dewasa ini tidak memberikan edukasi yang baik, justru sebaliknya telah merusak moral bangsa. Politik uang dianggap hal wajar dan yang tidak menggunakan uang dianggap aneh. “Dunia sudah terbolak-balik,” tandasnya. (CR1)

Komentar

Loading...