Kelola Pariwisata, Akhirnya Maluku Belajar Dari Banyuwangi
KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Diperlukan kolaborasi semua pihak untuk mengembangkan pariwisata Maluku. Ini menjadi kata kunci yang mengemuka di forum diskusi pengelolaan even pariwisata yang digelar Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, menghadirkan pelaku pariwisata Banyuwangi Provinsi Jawa Timur.
Berlangsung di Hotel Pasific, kawasan Belakang Soya, Selasa (3/11) forum dimaksud bertujuan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap pengelolaan even pariwisata untuk menarik lebih banyak kunjungan turis domestik maupun manca negara ke Maluku.
“Jadi kita undang Kepala Dinas Pariwisatanya sebagai pembicara, juga kreator evennya bagaimana mengelola even-even wisata,” kata Kadis Pariwisata Provinsi Maluku Habiba Saimima kepada Kabar Timur, di sela-sela forum tersebut.
Menurut Habiba, Pemprov hanya punya 4 even pariwisata yang menjadi agenda tahunan. Yaitu, Festival Teluk Ambon, Pesta Rakyat Kepulauan Banda, Festival Jalur Rempah Maluku dan Tour de Moluccas (TDM).
Sementara even Kabupaten/Kota yang tengah naik daun hanya Pesona Meti Kei, Kabupaten Maluku Tenggara. Even tersebut berhasil menyabet dua penghargaan tingkat nasional dan telah menarik jumlah kunjungan wisatawan yang cukup besar.
Jika even-even ini, lanjut Habiba, dikelola seperti Kabupaten Banyuwangi mengelola 77 even mereka, pasti mendatangkan dampak ekonomi yang signifikan seperti dialami Banyuwangi. Diketahui Pariwisata merupakan motor pertumbuhan ekonomi Banyuwangi saat ini.
“Harus diakui Maluku punya semua, mulai dari budaya, history sejarah dan keindahan alam. Histori nya yang hebat sampai Portugis, Spanyol, Belanda datang. Tinggal bagaimana pariwisata Maluku dikelola oleh SDM yang lebih kreatif,” ujar Udianto, keynote speaker atau pembicara Pemda Banyuwangi di forum tersebut kepada Kabar Timur.
Terkait Meti Key, dirinya telah mendengar even tersebut telah “menasional” dan mendapat penghargaan utama. Even ini tinggal dipoles lebih kreatif melalui promosi yang lebih luas, untuk mendapat branding image, bukan sekadar keunikan air surut (meti) di pantainya.
Udianto merupakan kreator even di balik cerita sukses pengelolaan pariwisata daerahnya, mengaku keunikan pariwisata Banyuwangi kurang dibanding Maluku. Tapi masyarakat dilibatkan, alhasil Pemda memiliki 77 even pariwisata yang unik dan saat ini berkontribusi PAD terbesar untuk daerah itu.
Berbasis komunitas, Pemda setempat, terang Udianto, membantu mempromosikan even-even lokal di desa dan kecamatan yang digelar oleh tim kreatif setempat, meski hanya balap sepeda, lomba marathon, dan lomba renang di pantai.
“Pantai Banyuwangi sendiri jelek tidak seperti punya Maluku. Tapi hasilnya pertumbuhan ekonomi meningkat, lumayan tajam malah bisa dibilang sangat tajam. Sewa mobil, transportasi, pengusaha hotel lomba-lomba bangun hotel, restoran-restoran ramai pengunjung dan pasar-pasar tradisional penuh dengan pembeli. Itu efek pariwisata. Kenapa bisa begitu? karena masyarakat dilibatkan, pariwisata bukan hanya tanggungjawab Pemda,” papar Udianto.
Menurutnya, mengelola pariwisata merupakan tugas bersama. Di Banyuwangi, selain partisipasi masyarakat, alokasi anggaran untuk pariwisata melibatkan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Pemkab Banyuwangi.
“Alokasi anggaran terkotak-kotak untuk sektor pariwisata tidak cuma Maluku, di daerah lain juga begitu. Tapi kalo di Banyuwangi semua berkolaborasi. Sektor pariwisata dikeroyok bersama-sama oleh semua dinas,” tandasnya. (KTA)
Komentar