Maluku Terdampak Perang Dagang AS-China

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China berdampak signifikan pada usaha, baik di level mikro maupun makro.
Dampak utama dari persaingan ini, termasuk penurunan nilai dan volume perdagangan, gangguan rantai pasokan global, kenaikan biaya produksi, dan perubahan dalam perilaku konsumen dan investasi.
Tak hanya Negara, di level Provinsi juga ikut terdampak, termasuk di Maluku, dalam hal ini usaha perikanan yang menjadi unggulan utama dari negeri Raja-Raja.
Usaha perikanan di Maluku terdampak akibat “perang” dagang kedua negara ini, juga dibenarkan Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa, kepada wartawan di Ambon, Rabu, 23 April 2025.
Dikatakan, perang yang melibatkan dua negara besar di dunia ini, tentu menjadi tantangan bersama dirinya dan Abdullah Vanath di hari ke-64 menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur, terutama untuk pertumbuhan ekonomi di Maluku.
Sambung dia, beberapa produk kelautan seperti ikan, udang dengan pasar terbaik berada di kedua negara yang sementara bertikai dagang, sisanya Japan, Korea dan Thailand.
Dengan diberlakukan tarif impor 32 persen oleh Presiden AS, tentunya membuat para pelaku usaha di Indonesia dan Maluku khususnya, mengalami kesulitan. “Karena 32 persen tarif impor itu, sangat berat bagi pelaku usaha,” ungkapnya.
Implikasi bagi Maluku, kata Lewerissa, tentu saja roda pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh. Olehnya itu, mantan anggota DPR RI ini, meminta dukungan doa dari seluruh rakyat Maluku, agar kondisi yang terjadi saat ini cepat berlalu, dan perekonomian dapat kembali stabil.
Apalagi tambah dia, pemerintah selama ini menggalakan mencari pasar baru atau pasar alternatif sebagai tujuan impor.
“Pasar yang selama ini menjadi pasar tradisional, tujuan ekspor Indonesia mengalami konstraksi yang sangat ekstrem.Kita berdoa berharap semoga kondisi global ini cepat berlalu, dan berimplikasi kepada nasional dan kita di Maluku," harapnya. (KTL)
Komentar