Potensi Luas Budi Daya Perikanan Maluku Capai 158.482 Ha

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Maluku mengemukakan bahwa potensi luasan budi daya perikanan di daerah itu mencapai 158.482 hektare (ha).
"Berdasarkan peta pemanfaatan pesisir dan pulau-pulau kecil, total potensi budi daya perikanan Maluku mencapai 158.482 hektare," kata Kepala Bidang Budi Daya Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Karolis Iwamony dalam keterangan tertulis yang diterima di Ambon, Rabu.
Ia mengatakan bahwa angka tersebut bisa lebih besar apabila ditambah alokasi pemanfaatan ruang laut melalui perizinan. Akan tetapi, dari total potensi tersebut, yang dimanfaatkan baru 8.516 ha atau hanya sekitar 5,37 persen.
"Dari total pemanfaatan tersebut, 94 persennya adalah rumput laut. Lalu, sebanyak lima persen untuk udang dan sisanya untuk perikanan," kata dia lagi.
Dia melanjutkan bahwa pada 2023 tercatat total produksi budi daya perikanan Maluku sebanyak 251.563 ton.
"Angka tersebut dapat bertambah bila ditambah dengan potensi lain, tetapi yang dimanfaatkan masih sangat kecil. Ini menandakan peluang untuk pengembangan perikanan budidaya masih sangat besar,” ujarnya pula.
Menurut Guru Besar Universitas Pattimura bidang perikanan Prof Alex Retraubun untuk menambah pemanfaatan luasan budi daya tersebut alternatif yang harus dilakukan yakni menggencarkan budi daya rumput laut.
"Kehadiran rumput laut berhasil menaikkan keadaan ekonomi pembudidaya. Hal ini terlihat dari kenaikan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) Maluku," kata dia.
Pasalnya apabila mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019, nilai NTPi 108,82. Jika nilai tukar sudah melewati angka 100, pembudidaya sudah mendapatkan untung dari selisih antara nilai jual dan nilai produksi.
"Budi daya rumput laut di Kepulauan Maluku merupakan sektor perekonomian potensial, tetapi belum optimal dimanfaatkan. Peluang investasi dan pengembangan budi daya perlu didongkrak agar mampu memenuhi permintaan global yang terus meningkat," katanya.
Prof Alex menjelaskan bahwa budi daya rumput laut dinilai sangat bagus, karena bisa dipanen sepanjang tahun setiap 45 hari. Oleh sebab itu untuk menjaga keberlangsungan hilirisasi industri kerakyatan itu harus dibangun pabrik, agar ada kepastian hasil dari budi daya untuk langsung diproduksi.
"Rumput laut dapat diolah menjadi tiga hal, yakni bahan makanan, kemudian bisa diolah menjadi bahan industri seperti bahan tambahan pengeboran ramah lingkungan hingga untuk kebutuhan farmasi atau obat-obatan," ujarnya lagi.
Ia mengungkapkan daerah yang berpotensi besar untuk mengembangkan industri budi daya rumput laut di Maluku, yakni Maluku Tenggara, Tual, Tanimbar, Aru, dan Maluku Barat Daya (MBD).
“Maluku Tenggara itu pulaunya berlapis-lapis. Sehingga produksi rumput laut tidak harus bergantung angin musim apa pun. Ini menjadi salah satu alasan utama kenapa Maluku Tenggara menjadi sasaran untuk pengembangan budi daya rumput laut,” katanya menjelaskan. (AN/KT)
Komentar