Joan Raturandang Leleury Luncurkan Buku “Apa Yang Kau Cari,Joan?”

KABARTIMURNEWS.COM,MASOHI, - Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama dia tidak menulis, ia akan hilang di masyarakat dan sejarah (Pramodeya Ananta Toer).

Menyambut Hari Kartini 21 April 2022 menjadi momen yang tepat untuk mengingatkan jasa pahlawan wanita Indonesia itu. Hal itu dilakukan istri Wakil Bupati Kabupaten Maluku Tengah, Joan Raturandang Leleury bersama komunitas Wanita Penulis Indonesia (WPI) Ambon dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) Maluku melakukan gerakan positif di era digital dalam bentuk workshop Sadar Literasi.

Kegiatan  bertema; menangkal hoax dengan menulis kreatif dan inspiratif, dibuka oleh Bupati Maluku Tengah, Tuasikal Abua dan disaksikan Wakil Bupati, Marlatu L.Leleury hingga acara selesai, namun masih tetap berada di ruang acara.

Melibatkan 100 peserta yang berasal dari perwakilan organisasi perempuan, tokoh perempuan, mahasiswa, karyawan BUMN, serta perwakilan siswa dan guru dari Sekolah tingkat SMA/SMK/MA di Kota Masohi, berlangsung di Kantor Perpustakaan Malteng. Sabtu (9/4).

Tampil sebagai narasumber Roesda Leikawa, koordinator MAFINDO Maluku/Ketua WPI Ambon, Yuniar Sakinah Waliulu, ketua bidang TIK WPI Ambon, Nancy Purmiasa, sebagai moderator dan Joan Raturandang Leleury, Penulis autobiography “Apa yang kau cari, Joan?”

Buku setebal 288 halaman yang diberi judul “Apa yang Kau Cari, Joan? itu, menceritakan tentang perjalanan hidup Joan yang bercorak pelangi. Ia melewati aneka pengalaman mulai dari Bali, Lombok, Sulawesi Utara, Jakarta hingga sampai di Masohi, Kabupaten Maluku Tengah.

Di tempat terakhir itu, ia mendapat jawaban, “Tidak ada yang ingin kucapai untuk kepentingan pribadi. Aku hanya ingin melakukan semua yang ditugaskan, baik kepadaku secara resmi dalam hal penanganan perempuan dan anak di Maluku Tengah maupun memenuhi panggilan hati, untuk terus melayani dan berbagi pengalaman bagi setiap orang yang membutuhkan dengan sebaik mungkin, seperti melakukannya untuk Tuhan.”

Tuturan dalam buku ini seolah menjadi buah jawabannya untuk berbagi mutiara kehidupan dari lika-liku pengalaman dengan tantangan dan gerak perubahan yang kadang tak mudah.

Kekayaan pengalamannya sebagai mantan Ratu Manado, ibu di dalam keluarga, istri bagi Marlatu Laurence Leleury (Wakil Bupati Maluku Tengah), pakar dan praktisi public relations hingga pegiat karya sosial, ia suguhkan secara natural sesuai kepiawaiannya sebagai seorang penutur yang sudah ditempa segudang pengalaman di bidang hubungan masyarakat.

Setelah 37 tahun berkarya di Jakarta, saya pindah ke Masohi nun jauh di ujung timur Indonesia. Dan  setelah 10 tahun di Masohi baru saya menulis buku,” ungkap Ratu Manado ini.

Hobi menulis Joan diakuinya telah digelutinya sejak kecil, semasa bangku sekolah hingga saat ini. Bahkan masih sering mengunjungi toko buku. “Saya sejak di bangku Sekolah Dasar (SD) sering menulis, saya suka membaca, sering mengunjungi toko buku di Jakarta,” ujarnya.

Menurutnya menulis buku akan melahirkan sejarah, seperti apa yang disampaikan oleh Pramodeya Ananta Toer yaitu Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama dia tidak menulis, ia akan hilang di masyarakat dan sejarah

Dalam membuat bukunya, Joan tidak melibatkan donatur untuk membiayai buku yang dicetak oleh penerbit buku Kompas. Dia hanya mengandalkan Tuhan Yang Maha Kuasa dan teman-teman wartawan di Jakarta yang setia membantunya.

“Dalam membuat buku ini, saya hanya mengandalkan Tuhan. Saya yakin Tuhan ada dimana saja. Tuhan mengirimkan saya teman-teman yang luar biasa dalam kehidupan saya,” ungkapnya.

Sebagai pejabat publik, Joan kerap mendampingi suami dalam melaksanakan tugasnya. Dalam kondisi pandemi covid-19 barulah ada kesempatan buatnya membuat tulisan perjalanan hidupnya dan memperhatikan koleksi tanaman bunganya.

“Puji tuhan dengan covid-19 saya bisa menulis, begitu juga dengan tanaman bunga tumbuh subur, karena mendapat perhatian yang intensif dari saya dengan waktu yang cukup banyak,” imbuhnya.

Menanggapi pertanyaan apa yang membuat ia betah di Masohi yang jauh dari gemerlapnya ibukota bahkan bisa menghasilkan sebuah buku? Walaupun dia bukan asli orang Maluku.

“Kemanapun kita ditempatkan, nikmati saja sambil bersyukur. Dengan pikiran positif sangat menunjang kita untuk berkarya. Jangan menyalahkan tempat di mana kamu berada. Bahkan berdamailah dengan sekelilingmu karena kamu tidak dapat merubah orang sebelum kamu merubah dirimu terlebih dahulu” katanya.

“Dan saya sudah jatuh cinta dengan Maluku yang indah dan subur. Saya ingin menjadi orang yg lebih berguna lagi bagi Maluku” tandasnya.

Sementara itu, Yuniar Sakinah Waliulu, ketua bidang teknologi informasi dan komunikasi WPI Ambon mengatakan, kegiatan itu bertujuan untuk mencerdaskan bangsa dalam bidang literasi agar bisa mencapai taraf hidup yang lebih baik.

“Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi, serta mengajak perempuan-perempuan di Maluku Tengah khususnya, agar lebih produktif dalam memberikan sebuah karya tulis yg memiliki manfaat untuk orang lain,” ujarnya.

Wanita Penulis Indonesia (WPI) merupakan organisasi profesi antar penulis yang didirikan pada tahun 1985, kemudian deklarasi di Ambon pada tahun 2017.

Keberadaan WPI sendiri bermaksud untuk menghimpun potensi wanita penulis di dalam dan di luar negeri, dalam rangka memajukan peran dalam arti seluas-luasnya, serta menumbuh kembangkan seni budaya bangsa melalui karya tulis.

Yuni menganjurkan kepada para wanita yang hobi menulis, untuk menuangkan pikirannya dalam menulis, tanpa tekanan, mengalir saja. “Tidak ada tulisan yang sempurna, tapi selalu ada tulisan yang bermanfaat,” tandas Yuniar.

(KTE)

Komentar

Loading...