Pengamat Prihatin Dengan Perlakuan Satgas ke Atlet Maluku
KABARTIMURNEWS.COM,AMBON, - Pengamat olahraga nasional, Fritz Simanjuntak mengaku prihatin dengan sikap pengurus atau Satgas KONI Maluku terhadap atlet kempo yang kini sedang dipersiapkan untuk PON XX Papua.
“Saya tidak begitu paham kondisi olahraga di Ambon, Maluku. Tapi dari berita yang saya buka dan baca di media online, saya sangat prihatin,” kata Simanjuntak kepada Kabar Timur, Rabu (15/9).
Menurutnya, perlakuan Satgas dengan memberikan makanan yang dinilai tidak sebanding dengan kalori atlet, itu sangat disayangkan. “Saya menyayangkan perlakuan itu. Olahraga satu daerah bisa maju jika atletnya dilihat dengan baik,” tutur Fritz yang juga konsultan olahraga itu
Kendati demikian, Fritz tak mau banyak berkomentar. Ia hanya bisa berharap semoga masalah olahraga di Ambon, Maluku antara atlet dan pengurus dapat terselesaikan.
Sebelumnya diberitakan, munculnya sejumlah protes menu makanan bagi atlet Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda), Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Maluku, di Papua, harus mendapat perhatian serius.
“Harus jadi atensi semua pihak termasuk Gubernur Maluku untuk mendorong dana hibah KONI Maluku diaudit, setelah berakhirnya PON di Papua,” ungkap Ketua LSM Gerakan Reformasi Indonesia (Gerindo) Maluku Yusri M Jusuf kepada Kabar Timur, kemarin.
Menurut dia, pentingnya audit agar dana hibah miliaran rupiah untuk kepentingan atlit Maluku bisa transparan dan sesuai peruntukannya. “Kita lihat di medsos dan berita-berita online atlit ngamuk dengan menu makan mereka yang tidak sebanding dengan aggaran yang ada. Untuk jawabnya audit penggunaan dana itu menjadi solusinya,” kata Yusri.
Membaca pelbagai polemik terkait ngamuknya atlit Maluku dengan penyajian menu makanan oleh Satuan Tugas (Satgas) Pelatda PON XX Maluku miris. Apalagi menu makan ahanya telur dan sayur jadi andalan. “Ini kan miris. Kita ketahui sendiri dana hibah cukup besar yang dikelola KONI Maluku. Setidaknya menu andalan mereka (atlit) daging dan ayam,” ungkap Yusri.
Untuk menjawab keprihatinan ini, dirinya mengimbau sekali lagi agar dorongan untuk audit pengunaan dana PON untuk KONI Maluku di Papua, harus diaudit. “Untuk jawab semuanya hasil audit dana menjadi penting. Dengan begitu potensi-potensi atlit Maluku ke depan bisa dikelola dengan profesional,” terangnya.
Jika masalah ini tidak mendapat perhatian semua pihak. Atlit Maluku kedepan dan gawe-gawe olahraga akan jadi pudar semangat mereka. “Jadi audit, harus didorong. Kita mencari cari solusi. Kalau bermasalah ya diusut, berarti dana itulah yang menjadi biang keroknya,” tambah Yusri.
Mengutip salah satu berita online misalnya, Seminggu sebelum keberangkatan ke tanah Papua, atlet PON XX Maluku masih mengamuk soal pemberian menu makanan tak sesuai selera dan tak sebanding kebutuhan kalori. “Selesai latihan sampai di kamar sudah tak ada air untuk mandi. Bahkan ke ruang makan lihat makanan seperti selera dan bikin emosi makin meningkat. Apalagi masih ada atlet lain (atlet dayun) belum makan. Telur dan sayur jadi andalan. Awas bisul muncul lalu menghantam sebagian atlet,” protes salah satu atlet kempo Maluku Muhammad Yamin Rahayaan di akun fesbuknya sebagaimana dikutip referensimaluku, Selasa (14/9).
Yamin adalah peraih emas PON XVIII 2012 Kepulauan Riau dan PON XIX 2016 Jawa Barat. “PON XX hanya tinggal dua Minggu lagi, apakah kalian (Satgas Pelatda PON XX Maluku) tidak dapat memberikan makanan yang baik,” heran atlet randori 70 kg putra. Keluhan serupa disampaikan Rahma Bugis Kelian, salah satu netizen di kolom komentar fesbuk Rahayaan “Ryam Kempo Ulima Rahayaan.”
Rahma yang mengaku pernah menangani katering atlet dayung di Jayapura, Papua, beberapa waktu lalu. “Astaqfurullah…saya dulu pernah tangani tangani katering atlet dayung di Jayapura. Makanannya super mewah. Sarapan pagi, makanan siang beda lagi, Snack sore, makan malam beda lagi. Makanannya lebih dari kata 4 sehat 5 sempurna. Makanan siang tidak boleh lagi dihidangkan untuk malam,” tulis Rahma.
[18.45, 15/9/2021] YONGKER KATIM: Di bagian lain salah satu mantan atlet tinju Maluku David Isikiwar juga mengaku heran pemberian menu makan di zaman kepengurusan KONI Maluku saat ini. “Saya tidak mau membandingkan secara individu, tapi saya sudah empat kali ikut PON mulai 2004, 2008, 2012 dan 2016, baru kali ini atlet mengeluh soal makanan dan perlengkapan. Padahal dana yang dikucurkan yang saya baca di berita itu Rp.16 miliar. Lalu dana sebesar itu dikemanakan saja,” kecam peraih emas PON Sumatera Selatan (2004), PON Kalimantan Timur (2008), PON Kepulauan Riau (2012) dan Perak PON Jawa Barat (2016) itu.
David berharap sepulang PON XX 2021 seluruh anggaran PON XX melalui dana hibah diaudit lembaga berwenang terutama Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Maluku. “Dana PON XX harus diadit,” tutup pria yang pernah menimba ilmu di Kuba itu. (KT/KTY)
Komentar