Progres Pembangunan Aru Jalan “Ditempat”

ILUSTRASI

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Peneliti Institut Indonesia For Intrigrity (INFIT), Ahmad Sueb, menyatakan progres pembangunan infrastruktur di Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, pasca dijabat Bupati Johan Gonga dan Muin Sugalrey yang hampir tiga tahun memimpin daerah itu, jalan “ditempat” alias tak ada perubahan signifikan.

“Tidak ada perubahan signifikan sejak mereka memimpin daerah itu. Progres pembangunan khususnya infrastruktur staganan. Paling yang tampak hanya proses pembangunan gor olahraga yang masih dalam tahap membangun,” ungkap Sueb kepada Kabar Timur di Ambon, Kamis, kemarin.

Minim pembangunan infrastruktur di Kabupaten Aru, lanjut dia, menunjukan ada kelemahan kempemimpinan di daerah itu, dimana dana-dana yang mestinya digunakan membangun sarana dan prasarana pembangunan tidak dimaksimalkan.

“Kalau satu tahun memimpin itu biasa. Tapi kalau sudah tiga tahun memimpin kemudian tidak ada perubahan signifikan pembangunan infrastruktur disana, sudah pasti kelemahan ada pada pemimpin di daerah itu,” sebutnya.

Dia bahkan, menyentil kebiasan pemimpin setempat yang lebih fokus pada pencitraan diri, ketimbang membangun daerah. “Yang saya lihat dan temukan, pemimpin di daerah itu lebih fokus pada pencitraan dengan memperbanyak proyek-proyek promosi ucapan pada setiap hari-hari besar lewat spanduk dan baliho, yang dipamerkan hampir disetiap lorong dan sudut kota hingga ke pelosok-pelosok daerah,” papar Sueb.

Proyek pencetakan ucapan, spanduk dan baliho yang digelorakan Pemkab Aru tidak berdampak positif kepada masyarakat. Pasalnya, proyek tersebut hanya menguntungkan pribadi pemimpin untuk pencitraan semata. “Produk-produk pencitraan semacam itu sangat tidak elok dan tidak mendidik,” kesan Sueb.

Kabupaten Aru dengan geografis kepulauan, lanjut dia, mesti pemimpin di daerah itu melakukan upaya-upaya lain dalam mempromosikan pencitraan politik dengan harga maksimal namun berdampak positif bagi masyarakat. Salah satunya, dengan memanfaatkan media-media mainstrem untuk mempromosikan itu.

“Ya, kalau melibatkan media mainstrem atau media cetak dampak positifnya adalah mendorong minat baca masyarakat. Kalau baliho dan spanduk dampaknya hanya pada Bupati dan Wakil Bupati saja. Sementara masyarakat kan tidak. Mindset pemimpin di daerah harus diubah, agar bisa berpikir untuk kepentingan orang banyak, bukan berpikit pencitraan semata,” papar Suaeb. (MG5)

Komentar

Loading...