Kampanye Dialogis di KKT Berujung “Muntaber”

Ilustrasi

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Keluarga korban yang diduga mengalami keracunan makanan pemberian Paslon Ricky Jauwerissa-Juliana Ratuanak bakal menggugat Tim Paslon tersebut. Diduga tim pemenangan ini lah yang membagi-bagikan makanan tersebut, mengakibatkan 11 warga dilarikan ke Puskesmas setempat.

Mereka siap mengajukan gugatan kepada Tim Pemenangan Jauwerissa-Ratuanak. "Jika terbukti keluarga kami mengalami hal itu, maka kami siap ajukan gugatan hukum,’’ cetus salah satu keluarga korban.

Seperti diberitakan, 11 warga Desa Awear Kecamatan Fordata sejumlah warga mengalami diare. Mereka muntah-muntah dan mencret.

Para korban mengalami kondisi yang memprihatinkan. ‘’Bila terjadi hal yang tidak kami inginkan, kami ajukan gugatan pidana maupun perdata,’’ ujar salah satu keluarga yang meminta namanya tak disebutkan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, menyebutkan, Awear merupakan titik terakhir kampanye paslon, Jauwerissa-Ratuanak di Pulau Fordata. Sementara Pulau Fordata ini terdiri dari 6 Desa.

Sementara untuk menjangkau Kecamatan Fordata di Pulau Fordata, harus menyeberang dari Pulau Larat. Yang mana disitu merupakan ibukota Tanimbar Utara.

Di sana lah dilakukan kampanye dialogis, Paslon Jauwerissa-Ratuanak dilakukan kedua paslon. Yakni, Desa Adodo, hal ini dilakukan sejak pagi hingga siang hari.

Setelah itu mereka melanjutkan Kampanye di Desa Sofyanin sebelum masuk ke Desa Awear.

Sejumlah sumber menyebutkan ketika ke pulau Fordata, tim paslon mengangkut makanan dari Larat ke Fordata. ‘’Nah, kalau dari Larat, sudah berapa lama makanan ini sengaja mereka tenteng dari Larat, Adodo, Sofyanin sampai ke Awear,’’ ucap dia.

Sebagaimana keterangan Kades Awear, yang menyebutkan, sejauh ini warganya tidak pernah terkena diare atau Muntaber. Itu sebabnya mereka menduga makanan tersebut jadi penyebab.

Sementara keluarga korban lainnya, yang mengutip penjelasan dokter juga akui, kalau penyebabnya dari makanan.

Dia menyebutkan, aparat Kepolisian juga harus mengungkap masalah ini.

‘’Polisi harus ingat bahwa Pilkada itu pesta demokrasi, ini agenda nasional bos," ujarnya.

Semua pihak dari pusat sampai daerah menyebut Pilkada itu harus aman dan damai. Nah, kasus di Awear ini benar-benar mencoreng pesta rakyat,’’ katanya.

Makanya, Polisi harus ungkap masalah ini.Sumber juga mengingatkan polisi di KKT jangan menjadikan kasus tersebut sebagai proyek baru untuk menggarap keuntungan. Terungkapnya kasus Awear bakal memaksa sejumlah pihak memutar jejak rekam Dokter Juliana Ratuanak, yang juga Calon Wakil Bupati KKT.

Terutama saat pandemi Covid-19, KKT termasuk wilayah yang memberlakukan karantina terpusat bagi warganya. Sementara dokter Juliana Ratuanak kala diberi tanggung jawab sebagai Koordinator Bidang Penanganan Satgas C-19, warga mengaku sering mendapat makanan yang tidak layak dikonsumsi.(KTS)

Komentar

Loading...