Ini Penyebab Kematian Rafli Akibat Digebuk Abdi Toisutta

KABARTIMURNEWS.ONLINE.COM, AMBON - Abdi Toisutta alias AT (25) dihadirkan jaksa penuntut umum (JPU) Endang Anakoda dari Kejari Ambon. Kali ini yang dihadirkan adalah dr Ahli Syaraf dari RST dr JA Latumeten. Tapi dokter ini mengaku ada sesuatu yang janggal terjadi pada diri korban Rafli Rahman Sie (15).

Yang dimaksud adala ahli bedah syaraf dr Ivan Mohlr. Dia menjelaskan, kalau korban hampir pasti meninggal akibat gagal jantung.

"Jadi ini bukan akibat benturan hebat. Itu khan ada helm? harusnya bisa kurangi daya bentur. Tapi faktanya sampai di RST pasien meninggal," ujar dokter Ivan, saat jadi saksi di persidangan Jumat (10/11/2023).

Saksi menjabarkan, di selaput otak  tampak ada pendarahan di epidural (selaput otak). Padahal normalnya tidak ada ruang, apalagi selaput ini tipis seperti kertas namun keras.

Menurut Ivan, kalau ada benturan sudah pasti ada terbuka ruang. Artinya kalau ada darah yang masuk, mestinya ada trauma pada selaputnya.

Atau selaput otaknya robek lalu dia mengisi rongga itu.  "Tapi ini khan tidak ada, pendarahan di selaput itu," ujarnya.

Menurutnya, jika terisi darah, selaput otak tersebut mestinya ada darah karena di selaput otak dimaksud ada tiga lapis. Tapi hakim ketua Harris Tewa langsung baca BAP.

"Di batang otak tampak pendarahan, sementara semua organ tidak ada kelainan, ginjal kantung kemih dan sebagainya," ungkap Harris.

Menanggapi BAP Harris, dr Ivan Mohl, meyatakan itu batang otak yang berada jauh di bawah otak besar dan kecil.

"Apa akibat bagi kondisi korban kalau tulang tersebut tipis?," sela JPU Endang Anakoda.

Yang dijawab oleh saksi dr Ivan, pengaruhnya ada kalau terjadi benturan. Dikarenakan bagian otak tersebut tipis, menyebakan tulangnya retak.

Di video itu jelas, tapi pasti ada faktor lain, pasien meninggal itu karena trauma. Menurut saksi, kecil kemungkinan korban meninggal akibat benturan ekstrim.

"Jujur saya merasa janggal atas hasil visum ini. Karena tidak ada patahan tengkorak, saya janggalnya begitu, atas hasil ahli forensik (dr William)," ujar dr Ivan Mohlr.

Menurutnya, harus ada retak di selaput otak. Sementara di jaringan epiduralnya tidak ditemukan adanya retakan.

Sementara itu hakim anggota Hemlin Somalay, menyebut ada fakta menarik.

"Khan dokter bilang harus ada patahan faktanya ada pendarahan di atas selaput otak, " ujar Hemlin.

"Epidural, muncul perdarahan itu darimana? harus ada patahan dulu. Setelah itu baru selaput otak tampak pendarahan epidural," ucap dr Ivan.

"Tempurung tengkoraknya ga ada retak

Tapi faktanya ada pendarahan, lalu janggalnya dimana?" telisik Hemlin.

"Mustinya tidak ada pendarahan" ujar dokter ahli bedah syaraf itu.

Sementara panitera terlihat serius, terpantau sambil catat fakta sidang.

JPU Endang, minta saksi ahli jelaskan tentang visum. "Suddenly itu kematian seketika. Terlalu cepat kematian, itu yang menurut saya janggal," ujar dr Ivan.

Menurut saksi, William itu dokter forensic. Tapi menurutnya kurang sesuai dengan hasil visum dokter tersebut. "Karena kegagalan pernafasan, apakah bisa menyebabkan kematian? Kemungkinan ada kelainan tulang tengkoraknya," ujar saksi ahli syaraf tersebut.

"Jadi yang paling mungkin ada kegagalan fungsi jantung," ujar dr Ivan.

Penasehat hukum terdakwa Corry Sahetapy hendak menyampaikan pertanyaan. Namun hakim ketua Harris Tewa menyela.

Harris menyimpulkan kalau penyebab kematian korban ada pada sirkulasi darah, yang tiba-tiba terhenti. (KTA)

Komentar

Loading...