Pemkab SBB-Malteng Diminta Siapkan Data Korban Jiwa Akibat Gempa Untuk Diverifikasi
KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Kepala Dinas Sosial Provinsi Maluku, Sartono Pinning mengakui, untuk penyaluran santunan kematian bagi korban jiwa akibat bencana alam gempabumi di Kabupaten SBB dan Maluku Tengah masih menunggu disiapkan datanya.
Apalagi kata dia, sebelum Menteri Sosial datang ke Ambon pekan lalu, Mensos sudah mewarning dirinya agar berkomunikasi dengan pihak Pemkab SBB dan Malteng untuk disiapkan datanya.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah memberikan santunan kematian bagi korban jiwa akibat gempa di Maluku sebesar Rp. 15 Juta perorang.
"Kabupaten lain, sebelum Menteri datang, Pak Menteri sudah warning ke saya untuk komunikasi supaya mereka (kabupaten) siapkan datanya,"ungkap Pinning kepada awak media di kantor Gubernur Maluku, Ambon, Jumat (4/10).
Setelah data disiapkan, kata Pinning melanjutkan, Tim Kementerian Sosial akan melakukan verifikasi. "Setelah mereka siapkan data, akan ada tim verifikasi dari Kemensos untuk memastikan betul apakah mereka layak menerima dan ahli waris juga layak untuk menerima,"sambungnya.
Sementara, untuk Kota Ambon, kata dia sudah dilakukan penyaluran ke masing-masing rekening korban jiwa yang sudah terverifikasi sehingga bisa diambil oleh ahli waris yang memenuhi persyaratan sebagaimana telah dilakukannya penyerahan simbolis oleh Menteri Sosial pada 30 September lalu.
"Yang 30 orang (korban jiwa) itu, sesuai data yang saat itu kita terima, kita serahkan secara simbolis Kota Ambon, karena Kota Ambon sudah dilakukan verifikasi oleh Tim Kemensos mereka sudah memenuhi persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh ahli waris. Dan kemarin Menteri serahkan dalam bentuk buku , artinya sudah proses, uangnya sudah masuk ke bank dan mereka tinggal terima,"jelasnya.
Dijelaskannya, saat kedatangan Mensos pekan kemarin, baru terdata 30 orang korban jiwa dari tiga wilayah terdampak bencana gempa bumi di Maluku.
"Waktu Pak Menteri (Sosial) datang, serahkan ke saya 1.303.906.000 rupiah dalam bentuk logistik, kemudian dalam bentuk santunan bagi 30 orang karena data pada saat itu kita dapat baru 30 orang. Tapi saat ini sudah berkembang,"tandasnya. (RUZ)
Komentar