Pengikut Bisa Tebus Tiket Orang Tua ke Surga Harganya Rp 15 Juta
KABARTIMURNEWS.COM.AMBON – Warga yang tak terima dengan ajaran tersebut sempat mengamuk dan meminta keempat pimpinan tarekat keluar dari dusun.
Aliran tarekat “sesat” ini di tahun 2002, sebelum sudah ada di Kota Masohi, Ibukota Kabupaten Maluku Tengah. Nama pimpinan kelompok ini: La Bandunga. Ajaran sesat kelompok, sempat berkembang, kemudian menghilang.
Di tahun, 2025 kelompok tarekat kembali muncul, di Dusun Limboro, Desa Luhu, Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku. Pimpinan kelompok ini, masih sama, La Badunga, namanya. Banyak warga yang telah “terhipnotis” ajaran itu.
“Ada yang pro, ada yang kontra ajaran itu. Tapi, lebih banyak kontra,” ungkap Alimin, salah satu warga, Limboro, kepada kabartimurnews.com. Menurut dia, cara mereka, merangkul pengikut dalam aliran ini cukup rapi dan tidak mencurigakan awalnya.
“Lama-kelamaan ajaran semakin menyimpang,” tuturnya. Misalnya, pengikut aliran taraket ini, pimpinannya, disebutkan menganjurkan, tidak perlu melaksanakan shalat lima waktu, puasa dan bahkan tidak perlu keluarkan zakat.
“Shalat lima waktu, puasa dan zakat yang wajib dalam Islam, tidak perlu dilaksanakan, bila sudah masuk dalam tarekat yang diajarkan itu,” cerita Alimin. Kemudian, ajaran itu, mulai muncul keresahan pada kalangan warga Limboro sendiri, tercium hingga keluar.
Kelompok masyarakat yang menolak kian membesar, hingga akhirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), turun tangan. MUI melarang aktivitas kelompok tarekat ini menyebarkan paham mereka. Bagi MUI, ajaran kelompok ini bertentangan dengan ajaran Islam.
Warga mengaku, dalam ajarannya, kelompok tarekat ini, punya kitab sendiri. “Dong punya kitab sendiri. Kita itu, namanya, kitab perisai diri. Sejumlah surat, mulai dari Alfatihah hingga sejumalah surat seperti dirubah, termasuk kalimat syahadat,” cerita warga.
Ada empat petinggi, aku warga, yang memimpin kelompok taraket tersebut. Salah satunya, bernama: La Badunga, sebagai pemimpin utama tarekat ini. Ke-empat pimpinan ini, sempat diamankan aparat kepolisian, Seram Bagian Barat.
Bahkan, Wakil Ketua MUI Seram Bagian Barat (SBB), Syuaib Pattimura, sempat bertemua ke-empat pimpinan tarekat itu, di Mapolres. Pihak MUI, juga sempat berdialog dengan ke-empat piminan dimaksud.
Pihak MUI mengaku, pertemuan MUI berupa berdialog tanya jawab bersama mereka pimpinan taraket sesat tersebut, seputar keyakinan dan pemahaman Islam serta ajaran yang dibawa. “Hasilnya paham taraket itu, menyimpang jauh dari ajaran Islam,” ungkap Pattimura.
Pattimura mengaku, kelompok tarekat ini memiliki kitab sendiri yang diberinama: Pirisai diri, sama sebagaimana yang diungkap warga Limboro.
JAMIN MASUK SURGA