Terkait masalah materi kampanye, Murad Ismail begini dan begitu menurut jurkam Hendrik-Abdullah di panggung-panggung kampanye, sebetulnya tidak sinkron dengan fakta.
“Saya melihat, materi-materi kampanye mereka ini arahnya lebih pada upaya mengeluarkan unek-unek sakit hati pribadi, karena mungkin tidak mendapat porsi, kemudian kecewa dan lain-lain. Saya kira publik juga menilainya seperti itu,” kata Hayoto lagi.
Sedangkan, kesan atas mantan Gubernur Maluku, Said Assagaf dalam materi kampanye juga sepertinya sama. Gagal di Pemilukada lalu, jadi ajang balas dendam di Pemilukada 2024.
“Publik dan saya membacanya seperti itu,” ungkap Faisal Hayoto, yang juga Ketua KNPI Maluku.
Dan, selama memimpin Maluku, Said Assagaf meninggalkan defisit ratusan miliar, yang akhirnya ditutupi oleh kempemimpinan Murad Ismail.
“Defisit ini juga merupakan kegagalan. Jadi itu, tadi saya katakan jangan mengkritik, seolah-olah kita ini paling berhasil, sementara data dan fakta bertolak belakang,” sambungnya.
Dikatakan, meninggalkan kekuasaan dengan defisit yang mencapai ratusan miliar adalah satu kegagalan, dan yang melanjutkan kepemimpinan Gubernur Maluku, Murad Ismail, menutupi defisit ratusan miliar, bukankah itu keberhasilan?
“Jangan kita bicara dengan pendekatan ilusi semata, tapi harus dengan data dan fakta, biar tidak jadi fitnah. Murad berhasil, itu fakta dan data kongkrtit, yakni: WTP lima tahun berturut-turut, yang tidak bisa dibantah,” sambungnya.
Menurut dia, menyampaikan materi kampanye dengan data dan fakta ini, setidaknya akan memberikan pelajaran politik bagi publik atau masyarakat Maluku, dengan baik. “Jangan dengan cara-cara yang tidak elok, seolah-olah kalain yang paling terbaik, padahal tidak,” tambahnya.
Sebagai politisi Partai Golkar atau kader Golkar, Faisal Hayoto menyakini, Murad Ismail-Michael Wattimena yang diusung koalisi Parpol, termasuk Golkar masih yang terbaik. “Yakin, atau tidak, Pak Murad-Michael,” akan kembali memimpin Maluku,” kata Faisal. (KT)



























