Ribuan Warga Hila, Maluku Gelar Budaya Bawa Lari Kambing

KABARTIMURNEWS.COM.AMBON - Ribuan warga Negeri Hila, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), gelar festival Lawa Pipi atau bawa Lari Kambing kurban yang jadi tradisi saban Hari Raya Idul Adha. .
Kambing-kambing yang akan di kurbankan atau disambelih dipikul anak muda sambil berlari-lari kelilingi kampung dan mesjid tujuh kali.
Suara takbir dan tahmid mengema dari warga iringi para pemuda yang memikul hewan kurban berupa kambing itu. Pemuda yang memikul hewan kurban semua berbaju serba putih.
Seluruh warga Hila, mulai dari anak-anak hingga orang tua, semua tumpah di jalan-jalan mengikuti prosesi acara itu. Selian, warga juga terdapat wisatawan lokal maupun manca negara turut menyaksikan acara itu.
Hewan sebelum dikurban, doa atau tahlil oleh tetua adat, tokoh agama dan kasisi mesjid di beranda Rumah Tua Ollong. Doa memanjatkan kepada arwah para leluhur sekaligus bentuk rasa syukur kepada Sang Khalik.
Kambing kurban paling besar berada dideretan paling depan. Kambing ini disebut, kambing temal atau yang pertama.
Setelah do'a, kambing paling besar disembelih, dimana kambing yang disembelih lebih awal itu diibaratkan sebagai pengganti Nabi Ismail AS, dan akan dikeluarkan lebih dulu pada posisi terdepan dan diikuti hewan kurban lainnya.
Setelah kambing pertama disembelih, warga melempar uang logam hingga uang kertas ke arah kambing tersebut, niat kebaikan serta menolak bala. Proses tersebut diibaratkan lempar Jumrah.
Ustad, Jamaludin Bugis mengatakan, tradisi Lawa Pipi atau antar kambing merupakan tradisi yang sudah di jalankan pada Hari Raya Idul Adha, seperti Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriah 2024 ini.
"Ini murapkan tradisi dari Negeri Hila, dimana kami lakukan pada Lebaran Idul Adha tiap tahunnya.
Sebelum kita menyembelih kambing tersebut, terlebih dahulu kita mengelilingi kampung dan Masjid sebanyak 7 kali," ujar Jamaludin, Selasa (18/6).
Menurutnya, tradisi Lawa Pipi selain mencerminkan ibadah haji di Tanah Suci, juga menggambarkan bagaimana para leluhur Hila menanamkan nilai-nilai spiritual ke anak cucu untuk dapat memaknai ibadah haji sebagai rukun Islam ke lima.
“Tradisi Lawa pipi ini miniatur daripada pelaksanaan ibadah haji di Makkah al Mukaramah. Sebab hampir semua kegiatan haji ada di tradisi ini, misalnya Sai, Wukuf, Tawaf, Jamrah kecuali Mikat," jelasnya.
"Jadi ini cara leluhur kita menanamkan nilai-nilai spiritual ke kita anak cucu Hila. Kita harus bisa memaknai Ibadah Haji sebagai rukun Islam ke lima," tembah Jamaludin menjelaskan. (*/KT)
Komentar