Lucky Wattimuri Bisa Coreng Nama Parpol

KABARTIMURNEWS.COM. AMBON-Partai besutan Megawati Soekarno Putri ini, tidak harus berdiam diri.

Setelah terungkap kembali tiga pengusaha yang merasa “ditipu” Lucky Wattimuri terkait ambil uang dengan iming-iming barter proyek, harus mendapat perhatian serius PDI Perjuangan, Maluku, dimana politisi Lucky Wattimuri berasal.

“PDI Perjuangan, tidak bisa melihat masalah ini enteng. Dampak politiknya akan berimbas ke PDI Perjuangan sendiri. Harus ada tindakan tegas terhadap kader-kader yang berpotensi merusak nama Parpol,” kata Muhamad Rais Attamimi, salah satu Pengamat Politik Maluku, yang dikonfirmasi Kabar Timur, tadi malam.

Dikatakan, apa yang dilakukan LW sebagai Ketua DPRD Maluku, dapat berpotensi merusak nama PDIP sebagai Parpol dengan tageline: Wong Cilik. “Bisa rusak, kalau tidak segera disikapi. Apalagi tindakan serupa sudah berulang. Ini tindakan berulang dan sempat viral sebelumnya,” ungkapnya.

Dia mengaku, sempat mengikuti berita-berita serupa, bahkan sampai-sampai ada korban yang melapor ke Polda Maluku, dan akhirnya masalah ini dapat diselesaikan secara kekeluargan.

“Itu beberapa bulan lalu, ya. Tapi, muncul lagi, tindakan serupa.  Dengan masalah serupa yang berulang ini DPP dan DPD PDI Perjuangan, Maluku mestinya sudah harus menyikapinya,” kata Rais.

Rais melihat, tindakan tiga korban yang memilih media sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasinya dapat dimaklumi. Pasalnya, masalah yang mereka hadapi atas tindakan Ketua DPRD sudah buntu.

“Jadi pilihan mereka ke media tidak salah. Karena targetnya, uang atau dana yang diambil Lucky harus dikembalikan. Saya melihat masalah ini, targetnya adalah uang mereka (korban), bisa kembali,” katanya.

Pertanyaannya, kata Rais, apakah  Lucky Wattimuri bersedia mengembalikan dana itu?  “Dengan  berita media ini, saya melihat korban punya harapan, Parpol dalam hal ini PDI Perjuangan, dapat mempresure kadernya untuk mengembalikan dana tersebut,”  tambah Rais.

Selain itu, Rais menyarankan PDI Perjuangan mendorong Lucky menyelasaikan masalah ini, atau mengundang tiga korban ini untuk membuktikan apakah benar Lucky Wattimuri, sebagai kader PDI Perjuangan telah melakukan tindakan itu.

“Untuk menjaga marwah partai sebagai Parpol “Wong Cilik” para korban ini, harus diundang ke Kantor DPD PDI Perjuangan Maluku. Dengan begitu, masalah ini tidak berdampak pada PDI Perjuangan,” kata Rais.

Bahkan, tambah Rais, apabila dalam undangan kepada tiga korban yang merasa “ditipu”  Lucky Wattimuri, tidak terbukti. PDI Perjuangan juga dapat melakukan langkah-langkah hukum, kepada mereka.

Partai besutan Megawati Soekarno Putri ini, tidak harus berdiam diri. Apalagi ini, masalah serius dan tindakan yang bertolak belakangan dengan visi-misi PDI Perjuangan sebagai parpolnya orang kecil, tutup Rais.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, setelah dua pengusaha yang mengaku “ditipu” Ketua DPRD Maluku, Lucky Wattimuri, kini bertambah satu lagi. Adalah: Jopy Waas. Modusnya sama, yaitu: ambil uang dengan iming-iming dikasih proyek.

“Jopy Waas uangnya hanya Rp 25 juta. Sampai saat ini belum dikembalikan. Dia (Jopy), sempat mengeluh kepada beta. Jadi Jopy itu, juga korban seperti beta dan Husein,” ungkap Atong, yang menghubungi, Kabar Timur via telepon, selulernya, Senin, kemarin.

Atong dan Husein Minangkabau adalah korban Lucky Wattimury. Sebanyak, Rp 250 juta, atau uang Atong yang diambil Lucky Empat tahun lalu. Dari dana sebanyak itu, baru Rp 75 juta dikembalikan. Dan tersisa Rp 175 juta, sampai saat ini belum dikembalikan.

Meskipun berulang, kali dilakukan penagihan kepada Lucky, tapi belum dikembalikan. Pelbagai cara dan alasan kerap dilakukan Lucky untuk menghindari Atong. “Sudah banyak cara beta minta uang beta. Tapi, dia (Lucky), selalu menghindar. Sampai saat ini. Sudah empat tahun lalu,” ungkapnya.

Sedangkan, Husein Miangkabau yang akrab disapa Cheno ini, juga bernasib sama dengan Atong. Menurut Cheno, uang yang miliknya yang diberikan  kepada Lucky sebanyak Rp 115 juta diberikan dalam dua tahap.

“Beta kira ini, tidak perlu dijelaskan rinci. Yang pasti Lucky tahu persis dan uang tersebut sudah diakui yang bersangkutan,” tutur Cheno. “Utangnya,” Lucky Rp 115 juta, kata Cheno, sudah berusia tujuh tahun lamanya.

“Sudah tujuh tahun usia uang Rp 115 juta itu. Dia ambil uang itu, janjinya kasih proyek. Tapi, sampai saat ini tidak ada proyeknya, tapi uangnya tidak dikembalikan. Itu uang “sakit-sakit” biaya anak-anak pung sekolah dan hasil dari gade maitua (istri), pung barang mas,” tuturnya.

Sejak, tujuh tahun hingga saat ini dirinya berusaha bertemu dan menghubungi Lucky, tapi sellau menghindar. “Lucky baru ketemu saya setelah masalah ini beta ungkap di koran. Bahkan, nomor kontaknya baru diberikan kepada beta. Tapi, setelah pertemuan itu, beta hubungi tidak pernah direspon,” bebernya.

Saat ini, lanjut Cheno, dirinya fokus pada pengembalian uang Rp 115 juta. “Biar dia (Lucky) mau kase beta proyek lae. Su seng ada lae. Yang beta inginkan saat ini, kembalikan beta pung uang Rp 115 juta. Beta sudah tidak ingin lae proyek. Yang beta inginkan uangnya dikembalikan,” tutupnya. (KT)

Komentar

Loading...