Sam Ketua Tim Airlangga, Bukti Golkar Ragu Kemampuan Kader

KABARTIMURNEWS.COM,AMBON, - Jangan sampai massa oportunis yang dimiliki kalangan internal, merasa setuju tapi tidak berpikiran memajukan partai.

Keputusan DPD Partai Golkar Maluku, menunjuk MAS Latuconsina atau Sam Latuconsina sebagai Ketua Relawan Tim Pemenangan Airlangga Hartarto di Maluku menuju Pemilu 2024, dinilai tidak taktis.

“Segudang kader beringin potensial diabaikan. Keputusan Golkar lewat Ketua DPD Maluku Ramly Umasugi dinilai keliru,” kata Pengamat Politik FISIP Universitas Pattimura Ambon, Said Lestaluhu, kepada Kabar Timur, Kamis (24/3).

Dikatakan, secara fatsun politik telah melanggar etika organisasi. Dimana, Sam bukan kader partai tapi diberikan kepercayaan pimpinan DPD sebagai ketua tim sukses. “Ada banyak kader yang bisa diberikan kepercayaan. Tapi, itu pertimbangan ketua, apakah sudah dibicarakan internal atau belum, kita tidak tahu,"tambahnya.

Bila dilihat dari pandangan politik, kata dia, ditunjuknya Sam sebagai ketua relawan terindikasi mengarah pada strategi kepentingan Pemilu 2024, dalam hal ini Pemilihan Gubernur Maluku."Ini bisa terkonfirmasi Ramli tidak percaya kader-kader internal,seperti Richard Louhenapessy dan lain sebagainya,"paparnya.

Selain itu, lanjut Said, ada irisan politik yang berkaitan dengan dukung-mendukung, dalam persiapan Pemilu 2024 terkait penunjukan Sam. "Kita tahu selama ini, Pak Sam dulu berjuang untuk

Gubernur Maluku, Murad Ismail (MI), tapi pecah kongsi dan dia direkrut Golkar. Sementara Golkar juga sedang persiapkan calon melawan MI. Kalau kita baca peta memang, Sam bukan kader Golkar, dianggap bisa berikan kontribusi khusus Pilgub Maluku 2024,"paparnya.

Dalam organisasi seperti partai politik, sudah tentu akan mengoptimalkan kader yang berkompeten atau memiliki kemampuan untuk mengemban tugas strategis. "Yang kita tahu, organisasi politik punya kepentingan politik. Dipilihnya Sam ketua tim relawan Airlangga, dapat timbulkan gesekan, yang dapat menciptakan faksi-faksi internal,"terangnya.

Olehnya itu, Ramli Umasugi sebagai orang nomor satu di Golkar Maluku, harus melihat potensi perpecahan itu. "Karena tidak prioritaskan kader, sama saja timbulkan gesekan. Tidak merekrut kader internal ketua tim sukses, bisa jadi gesekan internal, dan saya kira ketua DPD harus betul-betul bisa melihat itu,” paparnya.

Organisasi politik itu, terang Said, beda dengan organisasi biasa, karena disitu banyak motivasi-motivasi pribadi. Jika pimpinan tak mampu satukan pandangan politik, otomatis pecah. Sebagai ketua DPD Golkar, karena ini berkaitan dengan kepemimpinan politik di daerah, Ramli harus mempertimbangkan berbagai potensi kader, jangan sampai timbulkan friksi.

"Dan yang nanti kita takutkan itu, ada sentimen tidak percaya kepada Ramli sebagai ketua, yang menimbulkan rasa ketidakpercayaan. Gawatnya lagi kita jangan sampai muncul mositidak percaya,"tuturnya.

Dia menambahkan, hal tersebut merupakan harus dipertimbangkan jauh oleh Ramli Umasugi. "Jangan sampai keputusan menunjuk Sam memecah belah Golkar,"katanya.

Waktu kurang lebih 2 tahun ini, harus bisa dilihat apa dampak nantinya terhadap soliditas internal partai ke depan, pasca ditunjuknya Sam yang bukan kader Golkar sebagai ketua relawan.

"Pertarungan partai politik di daerah ini kan, memunculkan pertarungan klasik antara Golkar dan PDIP, apalagi diketahui PDIP sebagai partai penguasa, dan ini menjadi tantangan yang saya kira perlu disikapi, dan dicermati secara bijak oleh Ramli sebagai ketua DPD,"tandasnya.

Pandangan serupa juga datang dari Pengamat Politik FISIP Unpatti Ambon, Amir Kotarumalos. Menurutnya, ada pertimbangan lain dibalik penunjukan Sam. "Kalau Pak Sam yang diajukan, itu saya lihat ada pertimbangan- pertimbangan lain. Pertimbangan lain ini, tentu menjurus pada keberhasilan praktek mengawal pasangan calon dalam pemilu,"katanya.

Menurutnya, ada elemen Golkar lain yang berpikir bahwa Sam cocok karena memiliki komunikasi massa (politik) yang bagus, dan strategi komunikasi dengan berbagai elemen massa di Maluku .

"Tapi kalau menurut saya, masing-masing pihak memiliki pandangan ada sama ada beda. Yang pertama mereka merasa tersinggung karena kenapa bukan orang partai. Yang kedua, mereka lebih berorientasi kepada proses pemenangan Airlangga sebagai ketua partai Golkar itu di Maluku,"tuturnya.

"Yang saya lihat ada kalkulasi-kalkulasi politik tertentu pada ketua DPD Golkar Maluku, dan elemen Golkar yang ada di belakangnya itu, sehingga mereka kemudian mengangkat pak Sam Latuconsina sebagai ketua tim pemenangan,"tambahnya.

Sedangkan di kalangan yang merasa keberatan, lebih pada ketersinggungan internal dan pertimbangan internal partai, serta kadar yang mana diketahui bersama bahwa Golkar sebagai salah satu partai besar di Indonesia dalam logika kepartaian dan logika perjuangan partai, Golkar ini partai kader, bukan partai massa.

Sebagai partai kader yang mewarisi nilai-nilai perjuangan pengkaderan itu, otomatis yang terlihat di Golkar, Demokrat, dan PDIP itu gencar sekali mempersiapkan kader partainya. Apa lagi Golkar menyatakan diri sebagai partai kader dengan haluan developmentalis, partai modernis yang berhaluang developmentalis, tentunya secara otomatis memiliki segudang kader yang berjejer di belakang.

"Nah, ketika ada upaya untuk menunjuk orang lain diluar partai sebagai ketua tim, Otomatis kader merasa tersinggung, meskipun ada elemen yang lain mendukung keputusan yang dilakukan ketua DPD Golkar,"paparnya.

Ditakutkan, jangan sampai massa oportunis yang dimiliki kalangan internal Golkar lain itu, merasa setuju tapi tidak berpikiran untuk memajukan partai itu, kemudian merasa tersinggung dan memfatwakan gerbong dibelakangnya, untuk tidak memilih Airlangga.

"Tapi kalau orang-orng itu ideologis, tetap berpikiran bahwa bagaimna pun pak Airlangga harus menang di Maluku, itu insya Allah bisa,"ungkap Amir.

Dia kuatir, mereka yang berpandangan kenapa bukan orang partai dan kenapa harus orang luar, tidak bisa mengendalikan massanya pada arus bawa. "Ruginya disitu! Sebab kader itu ada kader oportunistik (mencari kesempatan), tidak ideologis, apalagi kurang sepaham dengan orang luar yang masuk pimpin tim pemenangan, bisa saja tidak sejalan,"jelasnya.

Karena selama ini di Indonesia maupun Maluku, Golkar dikenal sebagai partai yang didalam hajat-hajat politik fanatik mengusung kadernya untuk maju, sebagai kepala daerah dan presiden. "Jadi yang saya khawatirkan itu jangan sampai ada semacam ketidakpuasan internal partai, yang kemudian mereka melakukan harakiri (bunuh diri) politik, itu yang saya khawatirkan,"tutupnya. (KTE)

Komentar

Loading...