7.227 Ribu Warga Tehoru Masih Mengungsi

KABARTIMURNEWS.COM,AMBON, - Negeri Saunulu, 70 rumah rusak ringan,  Yaputi, 15 rumah, Negeri Tehoru delapan, Haya 20 rumah, Pasalolu, Dusun Tehoru 12 rumah dan Mahu 25 Rumah.

Trauma diguncang gempa berkekuatan 6,1 magnitudo, Rabu 16 Juni 2021 lalu, 7.227 ribu warga Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), memilih tetap berada di wilayah tenda darurat pengungsian desa masing-masing.

Ribuan warga ini berasal dari empat desa yakni, Haya, Tehoru, Saunolu dan Yaputih itu, memilih wilayah dataran tinggi yang terdapat di lokasi tersebut sebagai bentuk penyelamatan diri dari bencana alam itu.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maluku Tengah, Latif Key, yang dikonfirmasi Kabar Timur, via WhatsApp Messenger, Kamis (17/6) kemarin mengaku, warga hingga kini masih belum mau turun ke rumah.

“Data terakhir yang kami peroleh, 7.227 Warga diempat desa dimaksud, masih berada di tenda pengungsian, yang lokasinya itu di dataran tinggi, “ kata Latif Key, membalas pesan Kabar Timur.

Latif menambahkan, 7,227 ribu warga kecamatan Tehoru yang sedang mengungsi di dataran tinggi itu, terdiri dari semua kalangan usia, mulai dari  lansia dan anak-anak, “katanya.

Sementara itu, berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Kabar Timur, pasca Gempa Bumi tersebut,  150 unit rumah milik warga dan tiga tempat ibadah mengalami kerusakan ringan.

Sejumlah kerusakan bangunan tersebut diantaranya, berada pada  Negeri Saunulu, terdapat 70 rumah rusak ringan,  Negeri Yaputi, 15 rumah, Negeri Tehoru delapan rumah, negeri Haya 20 rumah, Negeri Pasalolu, Dusun Tehoru 12 rumah dan Negeri Mahu 25 Rumah.

Selain rumah milik warga, kerusakan ringan juga terjadi pada fasilitas umum dan rumah ibadah, pada dua Negeri yaitu, Negeri Tehoru dan Saunulu, di Kabupaten Maluku Tengah. Tidak hanya itu, di Negeri Tehoru infrastruktur masyarakat yakni talud penahanan ombak sepanjang 15 meter,  dan satu mushola juga rusak akibat gempa tersebut.

Sementara itu,  informasi yang diperoleh dari BPBD Maluku menyebutkan, sebagian warga yang melakukan evakuasi mandiri masih bertahan di sejumlah titik pengungsian akibat rumah mereka mengalami kerusakan. “Umumnya desa-desa mereka masuk zona merah dan rumah-rumahnya mengalami kerusakan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Maluku, Hein M. Far Far di Ambon, Kamis.

Menurutnya, berdasarkan laporan Satlak BPBD Maluku Tengah, di Desa Haya ada empat titik lokasi pengungsian di bekang desa tersebut, kemudian Desa Tehoru enam titik kumpul, Dusun Mahu tiga titik kumpul, Desa Saunolu ada empat titik, serta Desa Japuti empat titik.

Diinformasikan bahwa sebagian masyarakat yang melakukan evakuasi mandiri telah berangsur-angsur kembali ke rumahnya masing-masing, namun masyarakat yang tiggalnya di lokasi zona merah dan rumahnya mengalami kerusakan memilih bertahan di pengungsian. “Saat ini Bupati Maluku Tengah Abua Tuasikal bersama tim didampingi Kepala Satlak BPBD setempat, Abdulatif Kely sementara meninjau wilayah tersebut termasuk melihat kondisi warga yang masih bertahan di pengungsian,” ujarnya.

Dia menambahkan, dari peninjauan Bupati bersama tim ini akan dilihat perkembangan penanganan selanjutnya. “Untuk bantuan tenda, tikar, dan selimut sudah disalurkan Satlak BPBD Malteng, tetapi untuk bantuan lainnya berupa makanan akan diketahui selanjutnya setelah Bupati Malteng melakukan peninjauan lapangan,” jelas Henri.

Sementara Kondisi masyarakat pada sejumlah desa terdampak di Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku cukup baik dan sudah ada tim medis yang menangani mereka. “Untuk tempat-tempat pengungsian, masyarakat dalam kondisi baik dan tidak ada korban jiwa atau luka-luka,” kata Kasie Kedaruratan Satlak BPBD Kabupaten Maluku Tengah, Umar Sopalatu yang dihubungi dari Ambon, Kamis.

Menurut dia, tim medis dari Puskesmas telah dikerahkan untuk menangani para pengungsi,  terkhusus bagi mereka yang sudah masuk kategori lanjut usia dan masih bertahan pada setiap titik pengungsian. “Kalau data penanganan pengungsi yang ditangani tim medis itu ada pada Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah,” ujarnya.

Sementara berbagai bantuan yang telah disalurkan dari Satlak BPBD Malteng berupa makanan atau bahan kebutuhan pokok,  tenda, tikar, serta selimut. Umumnya warga pada desa-desa yang terdampak ini mengungsi secara mandiri sehingga sudah ada yang kembali ke rumahnya setelah BPBD memberikan pemahaman informasi tsunami seusai gempa tektonik tidak terjadi.

“Pernyataan  terakhir dari BMKG kalau potensi tsunami tidak ada sehingga warga telah diimbau untuk kembali ke rumahnya. Sedangkan, sebagian masih bertahan di pengungsian karena rumahnya mengalami kerusakan ringan yang jumlahnya lebih dominan, sementara yang rusak sedang hanya beberapa unit rumah,” kata Umar.

Terjadinya kenaikan air laut pascagempa pada Rabu, (16/6) pukul 13:43 WIT di Teluk Teluti akibat adanya longsoran bawah laut. “Kami masih terus melakukan pendataan di lapangan sejak kemarin dan baru terselesaikan tiga desa sehingga prosesnya masih dilanjutkan untuk desa-desa lainnya,” kata Umar.

Warga yang masih bertahan di pengungsian ini berasal dari desa-desa yang masuk zona merah dan rumah-rumahnya mengalami kerusakan berat atau sedang. Misalnya di Haya terdapat empat titik lokasi pengungsian di belakang desa tersebut, Desa Tehoru enam titik kumpul, Dusun Mahu tiga titik kumpul, Desa Saunolu  empat titik, dan Desa Japuti empat titik. (KTE/AN/KT)

Komentar

Loading...