Pembangunan Gereja di Malra Libatkan Semua Umat Beragama
KABARTIMURNEWS,COM,AMBON, - Pembangunan gereja Katolik Santo Yosep di Ohoijang, Kabupaten Maluku Tenggara melibatkan berbagai umat beragama, baik Islam, Kristen Protestan dan Hindu, sehingga disebut sebagai lambang toleransi dan solidaritas. “Keindahan arsitektur menjadi ikon, tapi gereja yang hari ini diberkati dan diresmikan adalah lambang solidaritas dan toleransi antarumat beragama,” kata Bupati Maluku Tengara, Muhammad Thaher Hanubun dalam pernyataan pers di Langgur, Selasa.
Sejak peletakan batu pertama pada 2007, pembangunan Gereja Santo Yosep jemaat Katolik Paroki Ohoijang dilaksanakan secara bergotong royong oleh warga Katolik, Muslim, Kristen Protestan dan Hindu setempat. Selain proses pembangunan, tradisi “Yelim”, yakni kelompok masyarakat atau keluarga berembuk mengumpulkan seserahan berupa benda atau lainnya untuk dibawa pada peresmian dan pentahbisan gereja yang juga melibatkan warga lintas agama.
Bupati Thaher mengatakan gedung Gereja Santo Yosep perlambang cinta yang begitu besar, karena melibatkan umat bergama, baik Katolik, Muslim, Kristen Protestan dan Hindu, semuanya menjadi satu untuk sama-sama membantu pembangunan.
Toleransi antarumat beragama tetap terjaga, begitu juga budaya gotong royong yang dalam istilah setempat disebut dengan “maren”. Warga saling bahu-membahu membantu satu lain dalam bingkai persaudaraan sebagai masyarakat Kei tanpa memandang perbedaan.
“Ini menunjukkan bahwa semangat dan jiwa kita sebagai anak Kei, tetap masih ada di bumi Larvul Ngabal, dengan rasa saling memiliki satu sama lain,” ujar Bupati. .
Pemerintah kabupaten Maluku Tenggara , menurut dia, berterima kasih kepada Uskup Diosis Amboina, Mgr. P.C. Mandagi dan seluruh umat Katolik, khususnya Paroki Ohoijang yang telah menghadirkan bangunan gereja yang indah di pusat kota Kabupaten setempat dan bisa menjadi ikon bagi daerah itu.
Ia juga berharap kemegahan dan keindahan Gereja Santo Yosep tidak hanya menjadi hiasan lahiriah, tetapi menjadi tempat pembangunan karakter, akhlak dan perilaku yang baik bagi umat setempat. “Inilah kearifan lokal yang menjadi perajut kebersamaan dan persaudaraan, mempersatukan perbedaan dengan mempertemukan ikatan yang tercerai berai,” tandas Bupati Thaher. (AN/KT)
Komentar