Air Embung Pulau Ay Bercampur Kotoran Hewan
KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Persoalan air bersih di Pulau Ay, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah masih menyisakan masalah.
Sejak ratusan tahun, masyarakat di Pulau Ay tanpa sumber mata air bersih. Meskipun saat ini sudah dibangun Embung sebagai tempat penampung air hujan agar bisa digunakan masyarakat setempat, rupanya keberadaannya juga meninggalkan persoalan lain yang perlu diperhatikan pemerintah daerah.
Pantuan Kabar Timur di lokasi Embung yang berdiameter hampir seukuran lapangan bola dengan kedalaman delapan meter itu, warna air hijau pekat.
Informasi yang dihimpun di Pulau Ay terungkap air hujan yang tertampung dalam Embung serbaguna yang dibangun Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai Maluku Tahun Anggaran 2016 ini, tidak hanya air hujan yang langsung jatuh ke dalam embung. Berbagai jenis kotoran hewan yang mengalir dari bukit-bukit sekitar embung masuk ke dalam sebuah bak penampung yang kemudian masuk ke dalam lubang utama penampungan air pada embung serbaguna.
"Memang sumber airnya dari air hujan, tapi air dalam embung ini juga merupakan air yang sumbernya dari banjir hutan saat hujan yang mengalir masuk ke dalam penampungan kecil sebelah timur. Kalau air yang mengalir dari banjir hutan itu sudah berrcampur kotoran-kotoran hewan. Setelah di penampungan kecil itu penuh, baru masuk ke embung ini," ungkap sejumlah warga Pulau Ay kepada Kabar Timur di lokasi embung yang terletak sekitar 100 meter dari pemukiman warga, Kamis (15/11).
Air dalam embung itu, tidak dikonsumsi warga. Hanya digunakan untuk MCK, dan mencuci pakaian. Untuk mandi pun itu terpaksa dilakukan jika persediaan air dalam bak-bak penampungan air hujan di masing-masing rumah warga sudah menipis.
"Hanya untuk mencuci, lihat saja airnya seperti ini warnanya, siapa yang mau minum. Mandi pun hanya kadang-kadang, itu pun harus tunggu kotoran mengendap dulu sampai terlihat bagian atas jernih sedikit baru bisa diambil," kata warga.
Untuk kebutuhan minum, air diambil dari bak penampungan di masing-masing rumah warga. "Kalau air di bak penampungan rumah-rumah warga sudah habis, kita harus beli lagi ke Neira (Ibukota Kecamatan) Rp. 5.000 per jerigen," jelas mereka.
Warga Pulau Ay berharap dibuatkan sistem penyaringan pada embung untuk dialirkan ke pemukiman warga. "Katanyaakan dibuat sistem penyaringan, tapi belum tahu kapan," ujar warga.
Gubernur Maluku, Said Assagaff yang dikonfirmasi awak media terkait persoalan itu saat mengunjungi Pulau Ay untuk buka sasi hasil laut mengatakan, untuk persoalan air bersih di Pulau Ay sudah diprogramkan
"Sudah kita programkan. Tahun lalu mereka mengeluh soal air bersih dan listrik, dan sudah diprogramkan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Insya Allah di tahun 2019 persoalan air bersih di Pulau Ay sudah bisa selesai," janji gubernur. (RUZ)
Komentar