Pendeta Dituding Gelapkan Dana Pembangunan Gereja

Ilustrasi

KABARTIMURNEWS.COM,AMBON-Etika seorang tokoh agama kerap jadi acuan bagi masyarakatnya. Sekali etika ini ada yang aneh-aneh, opini negatif langsung muncul. Ini terjadi pada Pendeta Melkianus Sihasale, akibat terang-terangan bertaruh duit Piala Dunia, warga jemaat GPM Negeri Tomalehu Timur Kecamatan Pulau Manipa menduga, duit pembangunan gereja Imanuel ratusan juta rupiah yang tidak transparan, juga ada keterlibatan Pak Pendeta.

“Pantaskah seorang pendeta main taruhan judi bola? Baku taruh 100-100 ribu. Saksi ada banyak kok. Lodik Uli, Wempy Siwalette, ada Erik Kissie, deng Yakobis Ferdinandus. Jamfry Amrosila yang pi ambel uang menang judi tuh,” ujar Jhony Maitimu kepada Kabar Timur, Kamis, kemarin.

Tapi bukan itu pokok persoalannya, imbuh Maitimu. Sejak dibentuk kepanitiaan pembangunan Gereja Imanuel GPM Klasis Seram Barat di Tomalehu Timur, pertanggungjawaban anggaran tidak pernah transparan. Diestimasi sumbangan berbagai pihak telah mencapai ratusan juta rupiah. Misalnya sumbangan dari mayarakat Manipa di Jakarta sebanyak Rp 115 juta.

Tapi berapa yang masuk, berapa yang terpakai dan untuk apa, ujar Maitimu, tidak pernah disampaikan secara terbuka kepada warga jemaat GPM Tomalehu Timur. Bahkan Melkianus Sihasale diduga kongkalikong dengan Bendahara panitia pembangunan menguat, ketika rapat verifikasi anggaran.

“Di situ bendahara bilang panitia pembangunan ada pinjam Rp 50 juta, sudah dikembalikan 10 juta, jadi sisa 40 juta. Pertanyaannya panitia siapa yang pinjam, kuitansi peminjamannya mana, itu seng pernah disampaikan,” ingatnya.

Karena tidak ada kejelasan, diduga duit tersebut tidak dipinjam oleh panitia pembangunan, tapi dipergunakan sendiri oleh bendahara. Dengan membawa-bawa nama panitia pembangunan. Dugaan pemasukan dana dikelola untuk kepentingan pribadi bendahara, ikut diamini alias direstui oleh Pendeta Sihasale.

Penjualan 15 jerigen ukuran bimoli minyak kayuputih ke Papua, hasilnya berapa rupiah, jemaat tidak pernah tahu. “Minyak kayuputih jadi deng harga berapa, katong seng tau. Pendeta diamkan. Macam antua deng bendahara ada kerjasama bisnis begitu,” tuding Maitimu.

Dugaan kongkalikong kedua tokoh juga terindikasi dari pembelian pohon-pohon cengkih di Manipa maupun tanah di Kota Piru oleh bendahara. Jhony Maitimu menduga pembelian menggunakan dana pembangunan gereja. “Jadi indikasi penggelapan dan pencucian uang, sangat-sangat kental di sini,” tuding Maitimu.

Terpisah Pendeta Melkianus Sihasale dikonfirmasi membantah tudingan Maitimu soal pinjaman Rp 50 juta untuk panitia pembangunan. Dia menjelaskan, bendahara punya usaha sampingan sendiri.

Termasuk jika yang bersangkutan bisa membeli pohon cengkeh dan tanah sebagai aset pribadi. Duit yang digunakan bukan dari sumbangan pembangunan gereja.

“Beta tanya nyong, kalo nyong pung uang, nyong kasi pinjam untuk orang apa beta musti tanya-tanya nyong, untuk apa, kepada siapa dan mana kuitansi? Atau bendahara beli dusun cengkeh atau lahan khan seng bisa begitu?,” ujarnya kepada Kabar Timur, tadi malam.

Terkait laporan pertanggungjawaban dana pembangunan gereja, dia menjelaskan, verifikasi sudah dilakukan April 2018 lalu, dan akan disampaikan ke jemaat bulan Agustus nanti. “Verifikasi tuh tanya anggaran ini darimana dipakai untuk apa, itu sudah dilakukan. Dan sudah disampaikan ke pimpinan Klasis GPM Seram Bagian Barat di Piru,” terang Sihasale.

Masih soal dana tersebut, dia menepis tudingan jemaat soal dana sumbangan dari masyarakat Manipa di Jakarta yang mencapai Rp 115 juta. Uang tersebut, akuinya, hanya Rp 30 juta yang dia terima kemudian disalurkan ke rekening panitia. Sedangkan selebihnya sudah dikelola pejabat pendeta sebelumnya. “Dan itu juga sudah diverifikasi, jadi tidak ada masalah,”katanya. (KTA)

Komentar

Loading...