Survei LSI: “BAILEO” Unggul
KABARTIMURNEWS.COM, AMBON - Selisih elektabilitas di bawah 10 persen bahkan menyentuh 5 persen di masa injury time. Namun survei menunjukkan keinginan publik Maluku memilih gubernur baru makin kuat mencapai 58,9 persen.
Hasil survei terbaru elektabilitas ketiga paslon bersaing ketat, meski BAILEO sementara memimpin disusul SANTUN dan HEBAT. Paslon Murad Ismail-Barnabas Orno saat ini unggul dengan elektabilitas 30,0 persen, Said Assagaff-Anderias Rentanubun 25,3 persen dan Herman Koedoeboen-Abdullah Vanath 24,6 persen.
Perbedaan tipis angka elektabilitas paslon SANTUN, BAILEO dan HEBAT, menjadikan “pemilih abu-abu” atau swing voters sebanyak 20,1 persen sebagai penentu kemenangan paslon. Konsultan Citra Indonesia-LSI Networking menyebutkan, swing voters sebagai satu dari empat faktor penentu kemenangan paslon di Pilgub.
“Beralihnya dukungan mereka yang belum punya pilihan bisa menentukan siapa pemenang Pilgub Maluku,” kata Manajer Strategi KCI-LSI Network Ikrama Masloman dalam rilisnya kepada wartawan, di Pasific Hotel, Kamis, kemarin.
Sedang tiga faktor lain yang juga menentukan kemampuan tiap paslon menekan angka golput pendukungnya. Berikut, kampanye negativ berdasarkan fakta guna menyerang kandidat lain. Disusul, intervensi oknum penyelenggara Pilkada atau penguasa, yang berpotensi mengubah suara riil masing-masing paslon.
Tapi setidaknya, ujar Ikrama Masloman, sentimen publik Maluku yang makin kuat untuk memilih gubernur baru menyebabkan kans gubernur petahana Said Assagaff di Pilgub Maluku terancam. Survei yang dilakukan KCI-LSI Network antara 6-13 Juni 2018 terhadap 600 responden menggunakan metode multistage random sampling, margin of error 4,1 persen mengisyaratkan hal itu.
“Mereka yang ingin gubernur baru meningkat tajam dibanding survei pada periode awal,” sebut Ikrama.
Pada Mei 2017 keinginan tersebut baru sebesar 32,3 persen. Angka ini meningkat pada Oktober 2017 menjadi 43,8 persen. Lalu, Januari 2018 turun sedikit sebesar 0,3 persen. Tapi kembali melejit tajam pada April 2018 menjadi 49,5 persen. “Dan mencapai angka tertinggi pada periode Juni 2018 hingga mencapai 58,9 persen,” sebut dia.
Apa penyebab sentimen publik menurun untuk memilih kembali Assagaff? Dari temuan pihaknya teryata karena beberapa faktor. Pertama, mayoritas publik Maluku ingin perubahan. Selama 5 tahun kepemimpinan Petahana, nyaris tidak dirasakan adanya perubahan dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. “Dianggap tidak terjadi apa-apa atau sama saja. Itu kata mereka,” ujarnya.
Alasan kedua, ditemukan dalam survei, rata-rata responden menilai kepemimpinan petahana lemah alias loyo. Assagaff dinilai mudah diintervensi oleh keluarga. Kemudian sejumlah kasus dugaan gratifikasi isteri petahana dan dugaan penempatan posisi jabatan SKPD yang tidak fair juga satu alasan. Yang paling parah, petahana kerap tidak konsisten dalam mewujudkan janji-janji politiknya selama lima tahun.
Dengan begitu, tingkat “menginginkan kembali” terhadap sang petahana menjadi rendah. Ikram Masloman menyebutkan, dari hasil survei, publik yang tidak menginginkan petahana kembali memimpin Maluku mencapai 48,2 persen dibanding yang ingin hanya 27,3 persen, dan yang menyatakan tidak tahu 24,5 persen.
Terkait peluang siapa gubernur baru, Ikrama Masloman mengaku tidak bisa memastikan. Selain sejumlah faktor yang tak bisa dikontrol, yaitu swing voters, angka golput, kampanye negativ dan invisible hand atau tangan tersembunyi yang mengubah perolehan suara riil tiap paslon, ada faktor lain.
Faktor lain yang menentukan kemenangan dua paslon rival petahana yakni BAILEO dan HEBAT yakni polarisasi pemilih berdasarkan sentimen agama dan etnis akui dia tidak menjadi fokus survei KCI-LSI.
Tapi setidaknya kata dia, sedikit data yang diperoleh dari survei yaitu soal prosentasi pemilih Muslim sebesar 48,9 persen ingin gubernur baru. Sedang pemilih Protestan 70,50 persen, disusul pemilih Katolik 28,00 persen.
Namun sayangnya bagi paslon HEBAT, terjadi polarisasi dukungan di kalangan pemilih Kristiani. “Ini keunggulan bagi Murad Ismail karena Pa Herman (Koedoeboen) belum maksimal garap dukungan pemilih Kristen,” katanya.
Meski dukungan publik menguat untuk paslon BAILEO, sekali lagi tandas Ikrama Masloman, posisi Murad Ismail-Barnabas Orno belum menjamin. Disebabkan tipisnya selisih elektabilitas ketiga paslon yang berada di bawah 10 persen.
“BAILEO belum aman. Perbedaan elektabilitas di bawah 10 persen, memungkinkan ketiga paslon bisa saling menyalib di hari pencoblosan. Salah satunya tergantung swing voters tadi,” ingatnya.
Ketika dipertanyakan soal integritas lembaga survei KCI-LSI, Ikrama Masloman menyatakan pihaknya tidak akan main-main dengan angka survei. Dia menandaskan reputasi lembaga survei ini jadi taruhan.
Terbukti track record LSI dalam memprediksi survei yang diiklankan sebelum Pileg 2014 lalu. Dari survei lembaga ini 12 Parpol yang diprediksi tidak lolos cuma dua, yakni PBB dan PKPI. “Dan itu terbukti, sehari sebelum Pileg hanya dua partai yang tidak lolos dari 12 partai, dengan selisih 1,3 persen,” akunya.
Sementara prediksi untuk Pilpres 2009 yang mana dukungan pemilih untuk Capres-Cawapres SBY-Budiono di atas 50 persen terbukti sesuai putusan KPU. Sementara paslon Megawati-Prabowo dan JK-Wiranto pada survei LSI bulan Juni 2009 juga terbukti. Dukungan pemilih terhadap kedua paslon di bawah 30 persen ketika itu. (KTA)
Komentar