KABARTIMURNEWS.COM.TEL AVIV – Bukti-bukti kian menumpuk bahwa tentara penjajahan Israel (IDF) menjalankan Protokol Hannibal saat pejuang-pejuang Palestina menyerang wilayah Israel pada 7 Oktober 2023. Investigasi terbaru mengungkap bahwa perintah itu datang dari pimpinan puncak dan menyebabkan banyak kematian warga Israel.
Protokol Hannibal adalah perintah khusus dalam militer Israel untuk mencegah pejuang Palestina membawa sandera. Pencegahan itu harus dilakukan dengan cara apapun, meski harus mengorbankan nyawa sandera warga atau tentara Israel sekalipun.
Investigasi yang dilakukan surat kabar Yedioth Ahronoth menunjukkan bahwa pada tengah hari tanggal 7 Oktober, komando militer tertinggi Israel memerintahkan semua unit untuk mencegah penangkapan warga Israel “dengan cara apa pun” – bahkan dengan menembaki mereka.
Militer “menginstruksikan semua unit tempurnya untuk melaksanakan Petunjuk Hannibal dalam praktiknya, meskipun mereka melakukannya tanpa menyebutkan nama tersebut secara eksplisit,” ungkap jurnalis Israel akhir pekan lalu.
Menurut Electronic Intifada, pengungkapan ini muncul dalam artikel investigasi baru yang ditulis oleh Ronen Bergman dan Yoav Zitun, dua jurnalis yang memiliki sumber luas di kalangan militer dan intelijen Israel.
Mereka juga mengungkapkan bahwa “sekitar 70 kendaraan” yang dikendarai oleh pejuang Palestina yang kembali ke Gaza diledakkan oleh helikopter tempur, drone, atau tank Israel. Banyak dari kendaraan ini berisi tawanan Israel.
Para jurnalis menulis bahwa, “pada saat ini masih belum jelas berapa banyak tawanan yang terbunuh akibat operasi perintah ini” untuk mencegah mereka dibawa ke Gaza dengan cara apapun. “Setidaknya dalam beberapa kasus, semua orang di dalam kendaraan tewas,” tulis laporan Yedioth Ahronoth.
Doktrin rahasia “Hannibal” diambil dari nama seorang jenderal Kartago kuno yang meracuni dirinya sendiri ketimbang ditangkap hidup-hidup oleh Kekaisaran Romawi. Perintah tersebut bertujuan untuk mencegah warga Israel ditawan oleh pejuang perlawanan yang nantinya dapat menggunakan mereka sebagai daya tawar dalam kesepakatan pertukaran tahanan.
Pengungkapan terbaru ini mengkonfirmasi laporan the Electronic Intifada sejak 7 Oktober bahwa banyak – jika bukan sebagian besar – warga sipil Israel yang terbunuh pada hari itu dibunuh oleh Israel sendiri, bukan oleh pejuang Palestina.
Klaim awal menyatakan bahwa 1.400 warga Israel dibunuh oleh Hamas dalam serangan Palestina yang dimulai pada 7 Oktober. Namun Israel telah berulang kali merevisi angka ini menjadi lebih kecil, sehingga kini jumlahnya mencapai “lebih dari 1.000”. Ratusan yang tewas juga sebenarnya adalah tentara Israel.
Hamas menyatakan bahwa mereka menargetkan pangkalan-pangkalan dan pos-pos militer, dan bahwa tujuan mereka adalah untuk menangkap, bukan membunuh warga sipil Israel, dan untuk membunuh atau menangkap tentara Israel.
Berdasarkan wawancara dengan mereka yang hadir, artikel Yedioth Ahronoth tersebut mengatakan bahwa para pejabat tinggi di markas militer bawah tanah Israel di Tel Aviv pada 7 Oktober menyatakan dengan terkejut bahwa “Divisi Gaza telah dikalahkan.”
Seseorang yang hadir pada hari itu – mengacu pada guncangan Israel sebelumnya seperti serangan balik mendadak yang dilakukan Mesir dan Suriah pada bulan Oktober 1973 – mengatakan kepada para jurnalis bahwa, “Kami mengira hal ini tidak akan pernah terjadi lagi, dan ini akan tetap menjadi luka yang membara di dalam daging kami. selamanya.”