Ribuan Warga Padati Acara Pukul Sapu Mamala-Morella

KABARTIMURNEWS.COM,AMBON, - Ribuan warga menyemut di Morellla-Mamala. Budaya pukul sapu jadi ajang tonton menarik.Pesta budaya atraksi pukul sapu di Negeri Mamala dan Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Senin (9/5), dipadati ribuan warga. Atraksi pukul sapu ini digelar saban 7 Syawal Idul Fitri.
Saban digelarnya acara ini ribuan warga kerap memadatinya. Warga menonton atraksi yang digelar saban tahun di hari raya Idul Fitri ke-7 ini berasal dari pelbagai daerah di Maluku. Bahkan ada yang dari luar Maluku.
Acara, kemarin, kedua negeri ini dipadati ribuan penonton sejak pukul 12.00. WIT. Bahkan hingga pukul 19.00. WIT, dua negeri itu masih dipadati kendaraan baik roda dua maupun empat milik warga yang hendak kembali ke Kota Ambon.
Untuk pengamanan acara ini, Polresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, mengirim kurang lebih 500 personil. Selain Polri, anggota TNI diturunkan dalam membackup anggota polisi untuk mengamankan acara tersebut.
Untuk diketahui, atraksi pukul sapu lidi di Mamala dan Morella, dalam dua tahun terakhir yakni 2020 dan 2021 digelar, kendati, tidak dibuka umum lantaran pandemi Covid-19. Kegiatan ini baru dibuka untuk umum di 2022 ini.
Raja Negeri Morella, Yasir fadil Sialana dalam sambutannya mengatakan, Atraksi Pukul Sapu Lidi diwilayahnya merupakan peringatan napaktilas perjuangan Kapitan Telukabessi dan Para Malessi di Benteng Kapahaha.
“Pukul Sapu Lidi, merupakan ekspresi semangat para leluhur yang berjuang di Benteng Kapahaha, yang mencerminkan semangat tolong menolong, gotong royong, rela berkorban, kerja keras, kerja sama dan sikap kesatria,”terang Raja Morella.
Sekedar tahu, pukul sapu dalam bahasa Morella yang disebut Palasa menampilkan dua orang bertelanjang dada, saling pukul hingga keluar darah. Hal ini lah yang menyedot perhatian publik sehingga berbondong-bondong pergi menonton.
Sebelum masuk pada pukul sapu, lebih dulu dilakukan atraksi bambu gila, cakalele, dan tarian adat Morella. Kemudian Penyulutan obor Kapitan Telukabessy yang menandakan pukul sapu siap dimulai.
Batang lidi yang digunakan untuk atraksi tersebut, berasal dari pohon enau, dan panjangnya lebih dari satu meter. Karakteristiknya sangat lentur namun kuat.
Gubernur Maluku, dalam sambutannya yang dibacakan Penjabat Sekda Maluku Sadali Ie mengatakan, acara adat yang rutin diselenggarakan pada hari ketujuh Idul Fitri, mengandung nilai positif secara terus-menerus untuk regenerasi sekarang dan akan datang.
“Sebagai bangsa yang mencintai budaya dan adat semestinya perayaan ini bukan hanya acara serimonial saja, tetapi menjadi perayaan yang penuh makna, dan membawa semua warga Maluku kepada pentingnya pelestarian budaya nilai-nilai budaya,”paparnya.
Penjabat Sekertaris Daerah Maluku Sadali Ie pun mengatakan, Pukul Sapu Lidi di Mamala dan Morella harus dipromosikan sebagai agenda Pariwisata Nasional.
“Pukul sapu lidi ini harus menjadi agenda Pariwisata Nasional, dari Provinsi Maluku,”kata Penjabat Sekda membacakan sambutan Gubernur Maluku Murad Ismail.
Penjabat Sekda mengatakan, untuk mewujudkan hal tersebut agar menjadi agenda Pariwisata Nasional, tradisi adat pukul sapu lidi setiap 7 syawal, harus dipromosikan secara meluas.
“Harus Dipromosikan secara meluas, sebab tradisi pukul sapu lidi ini, tidak ada di daerah lain di Indonesia, cuma ada di Negeri Mamala dan Morella,”tandasnya.
Ditempat yang sama, Wakil Bupati Maluku Tengah Marlatu Leleury mengaku, kegiatan Pukul Sapu yang diselenggarakan setiap tanggal 7 Syawal, juga telah menjadi media untuk memperkenalkan potensi adat, dan budaya yang sungguh beragam di Maluku.
“Sebagai bangsa yang mencintai budaya dan adat istiadat, tentu perayaan adat pukul sapu ini janganlah hanya dijadikan sebagai sebuah acara seremonial tahunan belaka. Tetapi seharusnya menjadi sebuah perayaan yang penuh makna,”paparnya.
“Perayaan yang membawa setiap warga bangsa ini, kepada kesadaran akan pentingnya pelestarian nilai-nilai budaya, sebagai warisan leluhur nenek moyang Maluku, yang dalam perkembangannya telah menambah dan memperkaya khasanah budaya bangsa,”tambahnya.
Sebagai peninggalan sejarah dan warisan budaya yang telah terlaksana secara turun temurun, selaku generasi penerus, Marlatu mengatakan, semua pihak berkewajiban untuk memelihara dan melestarikan setiap kegiatan-kegiatan adat/budaya yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
“Hal ini penting untuk saya kemukakan, karena setiap peristiwa adat dan budaya, pasti memiliki nilai historis atau kesejarahan yang sangat penting, diantaranya nilai kepahlawanan, pengorbanan, toleransi, kegotongroyogan, persaudaraan dan persatuan, serta nilai-nilai penting lainnya,”terangnya.
Sementara itu, Alfian salah satu warga Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) mengaku, dirinya setiap tahun tidak pernah absen menyaksikan atraksi pukul sapu lidi di Mamala dan Morella.
“Tadi (kemarin) saya dari Kairatu jam 10 pagi, dan tiba di Mamala pukul 14.00 WIT. Ini menjadi tontonan menarik dan mendidik tentang adat dan budaya kita di Maluku, makanya saya tidak pernah absen,”tutupnya.
(KTE)
Komentar