Warga Latu Tolak Rencana Pembangunan Indomaret

KABARTIMURNEWS.COM,AMBON, - Warga Negeri Latu, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), tegas menolak rencana pembangunan gerai modern Indomaret dikawasan itu.
“Kami menolak keras rencana pembangunan Indomaret, Alfamidi, dan sejenisnya di Negeri Latu,” tegas pemuda Negeri Latu, Alwi Pattimura, saat dikonfirmasi Kabar Timur, via telepon seluler, Selasa (20/4).
Menurut Alwi, kehadiran gerai modern seperti Indomaret dan sejenisnya, dapat melumpuhkan usaha mikro kecil yang sudah ada selama berpuluh-puluh tahun di Negeri Latu. “Banyak Kepala Keluarga (KK) di sini, gantungkan hidup pada usaha mikro kecil. Jika Indomaret beroperasi di Negeri Latu, sama saja memutuskan mata pencarian puluhan KK, “ tegasnya.
Senada Alwi, Andi Takdir Palaguna Patty menegaskan, Indomaret atau sejenisnya merupakan manajemen marketing modern yang secara tidak langsung dapat menghancurkan tradisi-tradisi interaksi sosial masyarakat yang selama ini terbangun.
“Tradisi interaksi sosial masyarakat, sebagian besar terbangun dari proses transaksi jual-beli pada usaha mikro kecil, antara pembeli dan penjual. Dan ini sudah berlangsung lama. Jika Indomaret hadir, tradisi itu hilang, “ ungkapnya.
Sistem perekonomian, lanjut Takdir, sudah semestinya berlandaskan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan roda perekonomian.
Penolakan hadirnya Indomaret atau lain sejenisnya itu, tambah Takdir, merupakan langkah alternatif agar dapat menjaga keseimbangan perekonomian desa. Sebab zaman boleh saja berubah dengan kemajuan teknologi luar biasa, hanya saja itu bukan jadi alasan masyarakat desa menghilangkan budaya yang sudah ada, “jelasnya.
Kehadiran gerai modern Indomaret di Negeri Latu, mampu menghancurkan ekonomi masyarakat setempat, ungkap Direktur Ambon Reconciliation Mediation Center (ARMC) IAIN Ambon, Abidin Wakano, yang juga warga Negeri Latu.
Menurut Abidin, semua keuntungan dari hasil operasional Indomaret jika dibangun di Negeri Latu, seluruhnya akan dibawa ke Jakarta dan itu mampu mengikis habis secara perlahan putaran ekonomi masyarakat.
“Keuntungan Indomaret lebih untuk pemilik modal di Jakarta--group Indo. Dan itu tidak berdampak apa-apa bagi masyarakat setempat. Sebab, perputaran uang akan semakin berkurang, “ terangnya.
Jika masyarakat kurang selektif, lanjut Abidin, maka para konsumen (Masyarakat Negeri Latu) akan terkuras keuangannya, karena terpesona dengan tampilan Indomaret yang full AC dan gemerlap tapi siap menyantap setiap rupiah warga dengan halus.
“Indomaret akan menyajikan harga standar karena biaya operasionalnya besar. Kios akan menyajikan harga kampung. Contoh di Ambon, Saburo kalahkan Indomaret dan Alfamidi. Karena orang kota mulai sadar harga dan berfikir ekonomis, “ jelasnya.
Kondisi hadirnya Indomaret di Kota Ambon, tidak bisa disamakan dengan situasi apabila gerai modern tersebut dibangun dan beroperasi di desa atau Negeri yang berada di Kabupaten/kota lainnya.
“Dampak dari kehadiran Indomaret cukup banyak di Kota Ambon, tidak terlalu dirasakan walaupun ada banyak pengusaha mikro kecil yang tutup. Ambon merupakan ibukota Provinsi Maluku, jadi kehadiran gerai modern merupakan hal wajar. Situasi ini tidak bisa kita samakan dengan di desa. Pasalnya, akan berdampak negatif terhadap ekonomi masyarakat, “tuturnya.
Beroperasi atau tidaknya Indomaret, tambah dia, tergantung ijin Pemerintah Kabupaten SBB. Jika Pemerintah Daerah (Pemda) setempat mengijinkan gerai modern beroperasi di setiap desa/Negeri, maka ini bisa dinilai sebagai keputusan fatal yang diambil oleh pemerintah “saka messe nusa.”
“Bila Pemda SBB bolehkan, maka mereka telah mengalami tunggakan budaya lupa akan keadaan masyarakat. Saudagar terkemuka indonesia saja yang kosmopolit di dunia yaitu orang Padang, menolak Indomaret, karena memikirkan dampak ekonomi, kenapa kita tidak bisa lakukan seperti itu, “tutupnya. (KTE)
Komentar