Menteri Keamanan Israel Diusir, Dilempari Pasir, Dipanggil Pembunuh

KABARTIMURNEWS.COM.TEL AVIV - Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir diusir pada hari Jumat dari sebuah pantai di Tel Aviv oleh puluhan warga Israel. Menteri sayap kanan yang berulang kali mendorong pemusnahan Palestina itu dilempari pasir dan dipanggil “pembunuh.”

The Palestine Chronicle melansir, menteri tersebut rupanya baru saja tiba bersama anggota keluarganya ketika sekelompok pengunjung pantai mulai berteriak padanya untuk meninggalkan pantai.

“Anda adalah seorang pembunuh, Anda adalah seorang teroris, dan karena Anda, para sandera sekarat di Gaza; beraninya kamu jalan-jalan di pantai?” seorang warga Israel terdengar memberi tahu Ben-Gvir dalam video yang beredar online. Menteri kemudian dikawal pergi oleh pasukan keamanan.

The Times of Israel melaporkan bahwa seorang wanita Israel ditangkap dan diinterogasi karena melemparkan segenggam pasir ke arah menteri sayap kanan tersebut.

Ini bukan insiden pertama di mana Ben-Gvir diserang oleh warga Israel yang memandangnya sebagai orang yang sangat menentang perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran antara Israel dan gerakan perlawanan di Jalur Gaza.

Menteri sayap kanan pada tanggal 4 September mendesak diakhirinya keterlibatan Tel Aviv dalam negosiasi gencatan senjata dengan Perlawanan Palestina serta penghentian listrik dan bahan bakar ke Jalur Gaza. “Sedang bekerja untuk menghentikan negosiasi dengan Hamas,” Ben-Gvir mengatakan pada X.

“Sebuah negara yang membunuh enam sandera dengan darah dingin tidak akan bernegosiasi dengan para pembunuhnya, namun menghentikan negosiasi, berhenti memasok bahan bakar dan listrik kepada mereka, dan menghancurkan mereka sampai mereka menyerah,” tambahnya mengacu pada enam sandera yang diduga ditemukan. oleh tentara pendudukan Israel di sebuah terowongan di Rafah, selatan Gaza.

Israel menuduh Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, atas pembunuhan mereka, sementara Hamas membenarkan dalam sebuah pernyataan bahwa para tahanan tersebut tewas dalam pemboman Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Hamas sebelumnya menyatakan bahwa puluhan tahanan tewas akibat pemboman Israel di Jalur Gaza selama perang genosida yang berlangsung selama 11 bulan.

Israel memperkirakan lebih dari 100 tawanan masih ditahan oleh Hamas di Gaza, beberapa di antaranya diyakini telah terbunuh. Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berusaha mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata serta mengizinkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza.

Namun upaya mediasi terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang. Penemuan enam jenazah tersebut telah menyebabkan peningkatan protes di Israel, dengan meningkatnya tuduhan terhadap Netanyahu karena menghalangi pertukaran tahanan dan negosiasi gencatan senjata.

Ratusan ribu warga Israel telah berdemonstrasi di seluruh Israel selama beberapa bulan terakhir untuk menuntut kesepakatan pertukaran tahanan dengan Perlawanan Palestina di Jalur Gaza. Kota Tel Aviv di Israel terus menyala diwarnai aksi unjuk rasa yang disertai pembakaran. Aksi besar-besaran mengecam Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan menuntut disudahinya perang di Gaza itu sudah berlangsung tanpa henti sepekan belakangan.

Diperkirakan 750.000 warga Israel turun ke jalan dalam salah satu protes terbesar di Israel sejak Sabtu (7/9/2024). Mereka menuntut pemerintahan Benjamin Netanyahu mencapai kesepakatan untuk membebaskan tawanan yang tersisa di Gaza.

Channel 12 Israel menggambarkan protes tersebut sebagai yang terbesar sejak perang dimulai Oktober lalu, dan "mungkin yang terbesar dalam dua tahun terakhir," mengacu pada demonstrasi menentang reformasi peradilan yang dilakukan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Di Tel Aviv, ketegangan meningkat ketika pengunjuk rasa memblokir Jalan Raya Ayalon dan membakar ban di Jalan Begin, yang menyebabkan bentrokan dengan polisi Israel. Sebuah demonstrasi di Haifa yang diduduki diserang oleh pasukan polisi, menyebabkan cedera di antara para pengunjuk rasa. Polisi juga melakukan beberapa penangkapan.

Sekitar seratus orang telah ditangkap akibat bentrokan dengan polisi selama melakukan unjuk rasa. Pengunjuk rasa juga terus melakukan pembakaran di simpang jalan untuk memblokade arus lalu-lintas.

Lebih dari 100 tawanan masih berada di Gaza, namun sekitar sepertiga dari mereka diyakini tewas, menurut militer Israel. Sebanyak 105 tawanan dibebaskan oleh Hamas dengan imbalan 240 tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel sebagai bagian dari kesepakatan pada bulan November.

Pejuang Palestina yang dipimpin oleh Hamas menyandera sekitar 240 orang setelah serangan di Israel selatan pada 7 Oktober. Setidaknya 1.139 orang tewas dalam serangan itu.

Sejak itu Israel telah membunuh lebih dari 40.000 warga Palestina di Gaza dan menghancurkan sebagian besar wilayah pesisir dalam sebuah kampanye yang menimbulkan kecaman global. Israel juga telah membunuh lebih dari 600 orang di Tepi Barat yang diduduki dan menahan hampir 10.000 warga Palestina. (ROL)

Komentar

Loading...