Panggung Si Gembel
INSTITUSI Kejaksaan Tinggi (Kejati), Maluku, dalam pekan-pekan terakhir ini seperti “digembosi” kinerjanya. Padahal, kinerja korps Adhiyaksa cukup tajam dalam mengungkap pelbagai kasus-kasus dugaan korupsi yang selama ini ditangani dan sebagian besar berakhir di meja hijau.
Prestasi kinerja Kejati mendapat apresiasi positif berbagai kelangan. Terakhir ini, atau memasuki tahun-tahun politik, khususnya di Maluku, muncul spekulatif terkait penanganan kasus-kasus lawas salah satunya kasus BUMD Kalwedo, di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).
Kasus lawas ini bermunculan atau menguang saban mendekatnya tahun-tahun politik. Seperti saat ini, dimana kasus lawas itu muncul lagi menghiasi publik Maluku. Kasus BUMD Kalwedo bak kado yang sudah disiapkan begitu mendekatnya momen politik Pilkada. Mereka seolah ingin menjadikan kasus ini sebagai lahan menganjal perut.
Nyanyian Kim Markus merdu. Sejumlah pihak dipanggil dan diperiksa. Institusi Kejaksaan dituding, seolah-olah ini masalah baru. Dari panggung demo Kim berteriak bak orang sakau. Tapi, institusi Kejaksaan tak gentar. Semua teriakan Kim ditampung dan dijadikan bahan. Makanya pihak-pihak yang itu dipanggil dan diperiksa.
Kejaksaan tidak ingin nyanyian Kim mencederai kinerja mereka. Kejaksaan juga tahu, siapa Kim Markus. Mantan politisi di senayan MBD saat ini, ngangur. Sempat ngaku-ngaku sebagai pengusaha galian C, dan mengubar janji akan salurkan bantuan bagi gereja-geraja di MBD Rp 1 miliar, sampai kini tak terbukti.
Nyanyian Kim, belakangan ini menjadi tanya: Ada apa? Atau bisa saja ini nyanyian Kim sekedar lahan baru untuk mencari panggung. Ada salah satu warga menyebut, “Orang MBD masih percaya Kim,” kata warga itu.
Kim itu, politisi, mantan wakil rakyat yang saat ini lagi cari panggung. Mungkin saja untuk bisa tampil lagi, atau ingin menjadi calon kepala daerah atau wakil kepala daerah yang sempat gagal beberapa tahun silam.
Panggung dengan lagu lawas sejatinya adalah panggung para gembel politik, yang isinya orang-orang sakit hati atau barisan sakit hati. Begitulah penggalan sesungut warga yang kerap menyaksikan aksi-aksi panggung yang kerap disajikan dihadapan Kantor Kejati Maluku.
Kim juga mungkin merasa besar dipakai orang besar dengan dana besar untuk mengelar aksi, tanpa orang besar Kim tak mungkin beraksi. Nah, siapa orang besar itu, dan apa targetnya? Bisa jadi mereka juga masuk kategori gembel politik, yang kerap menari-nari diatas panggung dengan nyanyian lawas mereka yang tak lagi merdu. (*)
Komentar