Ekspo Musik Etnik Maluku

AMBON-Maluku dengan gelaran seribu pulau banyak menyimpan seni budaya sebagai khazanah kekayaan nusantara. Maluku sebagai jalur rempah-rempah dalam catatan Jeck Tuner dalam bukunya, disebutkan bahwa Maluku city of musik and spices of the archipelago.

Apresiasi ini tidak sekedar gelaran tapi fakta itu dapat dilihat Maluku memiliki pembaca Seni Al-Quran Terbaik dunia atas nama Mastia Lestaluhu dan penyanyi qasidah terbaik Saudari Nurul Toisuta.

Direktur Lembaga Empowerment Istitute "Orang Basudara" Dr. Syarifudin, M.Sos.I, kepada Kabar Timur, Minggu (4/12) kemarin mengaku, talenta mereka para pembaca Seni Al-Quran di Maluku belum didukung oleh sekolah musik tapi talenta alamiah.

Data ini menunjukkan bahwa Maluku memiliki potensi seni budaya yang tinggi. Potensi ini belum maksimal di eksplorasi sehingga peran Lembaga empowerment Institut Orang Basudara kerjasama dengan Dinas Pendidikan Jakarta membuat FGD untuk menggali kekayaan intelektual para leluhur di Maluku sebagai khazanah indentitas di negeri orang basudara.

"Lembaga Empowerment Istitute "Orang Basudara" bekerjasama dengan Kerjasama dengan Danaindonesiana, Kemendigbud, Dinas Pariwisata Maluku Kemenag Kota Ambon, dan Dinas Pendidikan Jakarta,"terangnya.

Seiring dengan perkembangan, zaman anak-anak millennial mulai kehiralanorientasi sehingga merka lebih tertarik pada musik modern, yang tidak sesuai dengan khazanah kebudayaan mereka sehingga terjadi benturan kebudayaan, disisi lain mereka ingin tampilkan musik etnik maluku tapi mereka dikuasai oleh musik moderen.

"Kekuatan misik moderen telah mencabut sebagian besar akar-akar identitas seni budaya di Maluku mulai dari aspek Fun, Food, Fashion mulai berubah sehingga identitas asli budaya orang basudara mulai hilang dan punah,"ujarnya.

Derasnya kebudayaan Eropa melalui media social yang semakin massif dan sistematis, dapat membahayakan masa depan generasi Islam di Maluku karena berpotensi hilangnya identitas kebudayaan musik etnik Maluku sebagai sarana interaksi social, budaya dan ritual.

Empowermnt Orang basudara sebagai lembaga pemberdayaan musik etnik melihat dan memetakan kondisi musik etnik Maluku yang belum terkelola secara baik seperti;

(1). Belum adanya dokumen dan inventarisasi yang dapat diakses oleh public terkait berapa banyak jenis, model, corak musik etnik di Maluku yang masih hidup dan yang sudah puna.

(2).Belum ada pendidikan musik etnik di Maluku sebagai penjaga budaya sehingga bisa berdampak sistemik hilangnya indentitas nilai kearifan local bidang musik etnik di berbagai wilayah Provinsi Maluku.

(3). Bahaya perubahan social yang semakin tinggi dapat dikhawatirkan generasi muda Maluku akan kehilangan identitas musik etnik sebagai khazanah kekayaan Orang Maluku.

(4). Sebagian masyarakat masih tabuh untuk keluarga musik etnik karena dianggap sacral dan hari-hari tertentu saja baru dikeluarkan.

(5). Banyak kebudayaan musik etnik yang tidak terwarisi secara baik misalnya pemain suling disetiap desa/Negeri mulai berkurang, pemain biola di setiap desa hamper tidak ada, pemain silat kampong mulai tidak diminati oleh generasi millennial.

(6). Praktisi Musik Belum dihargai sebagai penyangga dan kekuatan ekonomi di Maluku, praktisi musik belum menggap seni budaya sebagai masa depan bangsa di bidang budaya.

(7). Setiap negeri pemain suling sawat telah berpulang kerahmatullah dan belum ada pengkaderan secara sistematis sehingga pemain suling sawat, pemain biola semakin langkah akibat dari dampak arus globalisasi.

Dan Masih banyak lagi sehingga kita sebagai peserta perlu mendokumentasikan semua kekayaan orang Maluku dalam bentuk musik etnik yang kita tau, pernah ada, tolong diinformasikan demi masa depan anak cucu kita nanti.

"Atas dasar itulah sehingga Lembaga empowerment Institut Orang basudara perlu menggali melalui FGD Ekspo Musik Etnik Maluku yang dilakukan pada hari Senin, 1 Desember 2022 lalu di kantor kementerian Agama Kota Ambon,"paparnya.

Program ini Empowerment Institut “Orang Basudara”, jelasnya, kerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama Kota Ambon untuk mewujudkan Madinatul Qasidah sebagai destinasi musik etnik Maluku.

Adapun langkah-langkah pemgembangan yang akan di lakukan adalah; ada tujuh kegiatan untuk mewujudkan Madinatul Qasidah sebagai rumah Musik Etnik Islam Maluku dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1). Kegiatan FGD untuk mengumpulakn Naskah dan inventarisasi musik etnik.

(2). Pendalaman Literasi Musik etnik Maluku sebagai kekuatan budaya di Maluku, (3). Seminar International Musik Etnik Maluku Untuk mewujudkan Maluku sebagai Madinatul Qasidah untuk mendapatkan konsep bangunan dan model Madinatul Qasidah yang hendak dicapai.

(4). Festival Musik etnik Maluku. untuk menjadi kebangsaan Musik etnik Orang Maluku, (5). Ekspo Musik Etnik Maluku, (6). MoU dan membuat Perjanjian kerjasama Lembaga Empowerment Institut Orang Basudara yang bergerak di bidang musik etnik, wisata kuliner dan Festival musik etnik Maluku, dan destinasi wisata bahari.

"Dan ke ( 7). Ekspo Musik etnik di level nasional dan International Maluku sebagai madinatul Qasidah sebagai sector program unggulan bidang kebudayaan khususnya musik etnik Maluku.

"Sedangkan untuk FGD itu menghasilkan naskah akademik " Petingnya Merawat Musik Etnik Maluku sebagai benteng ertahanan budaya Orang Maluku dari imbas peradaban moderen,"tandasnya. (KTE)

Komentar

Loading...