Murad Ismail & Istri Dikukuhkan Jadi Anak Adat Lauran
KABARTIMURNEWS.COM,AMBON, - Tiga kali dianugerahi gelar adat di Kepulauan Tanimbar. Desa Olilit 2018, selanjutnya, Desa Sifnana dan kali Desa Lauran.
Masyarakat Adat Lau-ran Kabupaten Kepulauan Tanimbar mengukuhkan Gubernur Maluku Murad Ismail dan istri yang juga Ketua Tim Penggerak PKK Maluku Widya Pratiwi sebagai anak adat desa tersebut, Kamis.
Pengukuhan berlangsung di natar pnue kote di Desa Lauran, Kecamatan Tanimbar Selatan, yang dihadiri oleh jajaran pemerintah kabupaten dan DPRD setempat serta sejumlah kepala desa di kecamatan tersebut. Acara dimulai dengan musyawarah oleh tetua adat dari perahu Kampresi dan perahu Masel Tutul. Perahu ini menjadi tempat penyelesaian adat oleh mereka yang dipimpin kepala desa sebagai pemangku adat.
Musyawarah dari para tetua adat ini dalam prosesnya disebut “mangatnyanuk silai” dan “mangatnyanuk marumat”. Tetua adat menyepakati pemberian nama “Lauran Aman” untuk Gubernur Murad Ismail, yang artinya bapak orang Lauran, sedangkan isterinya, Widya Pratiwi, mendapat nama “Lauran Enan” yang artinya ibu orang Lauran.
Setelah itu, kepala desa memasangkan pakaian adat Tanimbar kepada gubernur dan istri. “Proses pemberian nama adat ini merupakan kelanjutan dari pemberian gelar adat oleh desa-desa di Madriak. Desa Lauran adalah salah satu desa di Mandriak, selain Desa Olilit dan Sifnana,” kata Kepala Desa Lauran Stanislaus Kenjapluan.
Gubernur Maluku Murad Ismail menyatakan Tanimbar bumi yang indah dan kaya akan adat serta budaya. “Saya bersyukur dapat tiba dan diterima dengan penuh keramahan. Saya dengan tulus menyampaikan terima kasih atas pemberian nama adat Lauran Aman, yaitu bapak bagi semua masyarakat Lauran dan istri saya, Lauran Enan yaitu ibu bagi semua masyarakat Lauran,” katanya.
Ia mengaku telah tiga kali dianugerahi gelar adat di Kepulauan Tanimbar. Pertama di Desa Olilit pada tahun 2018 yang diberi nama Amasaman yaitu pemegang emas dan istrinya Amasenan yaitu penjaga emas. Selanjutnya, di Desa Sifnana, Kecamatan Tanimbar Selatan, dia dan istrinya diberi gelar adat Mel Ame dan Mel Ene atau sebagai pohon beringin.
Pemberian gelar adat, menurut dia, salah satu strategi budaya untuk merawat, menjaga, dan mengembangkan adat dan budaya Tanimbar yang tentu berkontribusi bagi budaya nasional. “Untuk itu saya akan menjaga ini sampai akhir hidup saya. Saya akan mengingat serta ikut bertanggung jawab untuk menggali sumber daya alam di Tanimbar ini untuk semata-mata menyejahterakan masyarakat di Tanimbar,” katanya.
Menurutnya, pemberian nama ini merupakan pemberian luhur dan mulia peradaban masyarakat Kepulauan Tanimbar yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat serta menghormati pemimpin dan orang-orang yang dituakan. Namun, di balik gelar ini tersimpan tanggung jawab untuk mengayomi, menjaga, dan membimbing masyarakat menuju masa depan yang sejahtera.
Murad berharap, bisa menjadi Aman dan Enan yang baik, bijaksana, serta membawa kesejukan dan kedamaian bagi masyarakat Tanimbar dan Maluku. Ia mengatakan adat dan budaya merupakan warisan leluhur yang di dalamnya ada nilai-nilai penghormatan dan sopan santun kepada tamu. Demikian juga kandungan budaya Tanimbar ada nilai-nilai penghormatan, saling berbagi, dan menghormati.
Dia mengajak masyarakat terus menjaga dan merawat adat serta budaya untuk kemaslahatan bersama. “Kita sedang mengalami perubahan yang revolusioner dalam segala dimensi kehidupan. Berbagai perkembangan di era digital ini selain membawa nilai-nilai kebaikan, ada juga ancaman terhadap adat dan budaya. Oleh sebab itu saya mengimbau kepada masyarakat Tanimbar khususnya para generasi muda Tanimbar untuk bertindak sebagai agen-agen budaya di era globalisasi,” katanya. (AN/KT)
Komentar