Said Tuhuleley: Mengembirakan Dakwah, Membantu Kaum Mustadz’afin.

Oleh: Jundullah Fawwas
(Mahasiswa Akhir Prodi Sejarah Kebudayaan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Selama rakyat masih menderita, tidak ada kata istirahat.
-Allahuyarham Said Tuhuleley-

KABARTIMURNEWS.COM, Namanya Said Tuhuleley, lahir di Kulur, kecamatan Saparua pada 22 Mei 1953. Nama Said tidak hanya disematkan pada beliau begitu saja. Ada doa yang hendak di iringi oleh ayah beliau pada nama itu. Ya, nama Said itu diambil dari nama salah satu tokoh hebat dulunya, yakni Haji Oemar Said Tjokroaminoto, sang ayah berharap kelak anaknya bisa mengikuti jejak juang Sang Raja Jawa Tanpa Mahkota itu.
Serasa-nya, doa hebat itu di dengar oleh Allah, sehingga anak yang bernama Said ini di kemudian hari mampu menjadikan Muhammadiyah sebagai kendaraan dakwah yang menggembirakan untuk kaum mustadz’afin.

Sosok ini tidak begitu dikenal oleh banyak orang, kecuali mereka yang memang berkecimpung dalam dunia ke-Muhammadiya-an. Bagi orang Muhammadiyah, Pak Said adalah sosok yang mempunyai karakter dan kepribadian yang utuh dalam ber-muhammadiyah.

Beliau memulai kiprah dakwah yang mengembirkan itu dari tahun 2005, ketika amanah dakwah itu di-embankan kepada beliau, saat itu beliau dipercaya untuk memegang amanah sebagai Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dan beliau sukses dalam memegang amanah itu.

Ketika menjabat sebagai ketua, beliau mendekatkan Muhammadiyah dengan Kaum Tani, Buruh, Nelayan dan Kaum yang dimarjinalkan, yang saat itu tidak begitu dekat dengan mereka, tetapi disaat Pak Said menjabat beliau mencoba untuk meleburkan gerakan ini dengan kaum tani,nelayan, buruh dan rakyat yang dimarjinalkan.

Muhammadiyah yang kita tahu kiprahnya lebih ke soal pendidikan, kesehatan dan sosial, melalui MPM yang dinahkodai oleh Pak Said justru membuat Muhammadiyah jadi lebih dekat dengan masyarakat yang dulunya tidak pernah disentuh.
Pak Said tidak hanya berdiskusi tetapi beliau juga mengkongkritkan semuanya dengan menjadi ujung tombak dalam gerakan ini, beliau menjadi suluh untuk mereka yang dalam Al-Qur’an disebut sebagai kaum Mustadz’afin , disana kemudian beliau mendirikan yang namanya Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Terpadu guna memberdayakan masyarakat.

Pak Said menghabiskan masa kecil sampai remajanya di negeri Saparua, SD beliau di SDN 1 Saparua, kemudian berlanjut di SMPN 1 Saparua dan melanjutkan SMA-nya pada SMAN 1 Saparua, barulah setelah lulus SMA beliau hijrah ke Yogyakarta dan kuliah di IKIP Negeri Yogyakarta, setelah itu melanjutkan S-2 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan mengambil jurusan Manejemen Pendidikan.

Seperti anak-anak timur kebanyakan, seorang Said Tuhuleley sejak kecil sudah di gembleng orang tuanya dengan ketegasan dan kedisiplinan, sebab itu kita tidak heran setelah hijrah ke pulau Jawa, beliau begitu disiplin dan menjalankan amanah-amanah yang dikasih dengan sebaik-baiknya.

Terbukti dedikasi beliau tumbuh dari sejak muda, beliau pernah menjabat sebagai Wakil Ketua PD Pelajar Islam Indonesia (PII) Ambon, kemudian Sekretaris Himpunan Seni Budaya Islam Wilayah Maluku dan kemudian Sekretaris PW Pemuda Muhammadiyah Wilayah Maluku.

Setelah hijrah ke Yogyakarta, beliau di amanahkan lagi sebagai Ketua Dewan Mahasiswa IMP Yogyakarta, Koordinator Lingkaran Studi Pendidikan Yogyakarta di tahun 1981-1984, serta menjadi anggota Majelis Etik Asosiasi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta. Dalam Muhammadiyah sendiri Pak Said terlibat awal pada Majelis Tabligh PP Muhammadiyah (1985-1995) walaupun tidak sesuai dengan jurusan yang beliau tekuni, tapi amanah itu dituntaskan oleh Pak Said dengan baik.

“Sebagai dosen bang Said selalu disiplin dan mengajarkan pada mahasiswa apa yang tak ada dalam buku, sebagai aktivis dirinya tak mudah untuk terpesona dengan tahta kuasa, dan sebagai pengurus Muhammadiyah bang Said mengajarkan pengorbanan.”

-Pak Eko Prasetyo-

Menggembirakan Dakwah dan Membantu kaum Mustadz’Afin

Terjemaahan Surat Al-Ma’un:
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim. 3. dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. 4. Maka celakalah orang yang shalat. 5. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya,6. yang berbuat ria, 7. dan enggan (memberikan) bantuan.
Isi dari Surat Al-Ma’un serasa-nya melekat betul dalam diri Pak Said, beliau mengilhami betul ayat ini. Bahwa orang-orang yang mendustakan agama adalah mereka yang menghardik anak yatim, tidak memberi makan kepada mereka yang miskin. Sehingga beliau menjadi kader muhammadiyah yang tidak ingin seperti itu. Hal itu beliau bawah dalam satu lembaga yang bernama Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah.

Dalam lembaga ini seperti sudah penulis bahas diawal, beliau mendekatkan kaum buruh, petani,nelayan dan masyarakat miskin dengan Muhammadiyah, memberdayakan mereka sehingga mereka punya soft skill yang mumpuni, bisa menghasilkan penghasilan untuk diri dan keluarga mereka sendiri.

Itu-lah bang Said sapaan khas pemuda Muhammadiyah pada Pak Said Tuhuleley. beliau akan selalu memberikan apa-apa yang beliau punya, membersamai kaum dhuafa yang selama ini mungkin tidak pernah tersentuh sama sekali dalam gerakan dakwah lain, Pak Said Tuhuleley hafal betul apa dampak kemiskinan bagi manusia, sebabnya pak Said mengerahkan semua energi yang beliau miliki untuk mengembalikan martabat mereka kaum fakir miskin agar sejajar dengan manusia lain yang sudah mapan duluan.

Suatu ketika dalam pembaringan, Pak Said bercerita. Ada sebuah daerah di Sorong, Papua. Kata beliau. daerah itu menganut agama Islam, tetapi orang-orangnya masih buas-buas, kemudian komunitas ini dikunjungi beliau dan tim untuk dibina dan diberdayakan di bidang pertanian dan peternakan, lalu diberilah 4 ekor sapi, 2 sapi kemudian mati, sambil terkekeh-kekeh beliau melanjutkan cerita beliau. Usut punya usut rupanya mati 2 sapi itu sebab tidak diberi minum, dikiranya sapi itu tidak perlu minum. Cerita ini beliau ceritakan disaat terbaring sakit di rumah sakit PKU Gamping. Dan pengunjung yang saat itu menjenguk beliau mendengar cerita beliau dan ikut tertawa dalam cerita itu.

Sang Mujahid itu Wafat
Pak Said Tuhuleley, menghabiskan usianya, menjadi Suluh untuk mereka kaum yang lemah, bahkan sampai pada usia senja-nya, beliau masih tekun menggeluti pemberdayaan umat dan sempat mendapatkan gelar Honoris Causa (HC) di tahun 2014 dalam bidang Pemberdayaan Masyarakat dari Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal 19 Desember 2014.

Di saat beliau sibuk-sibuknya dalam gerakan pemberdayaan masyarakat, menjemput bola untuk merangkul mereka-mereka yang lemah, pada akhirnya sekuat apapun seorang pak Said Tuhuleley, beliau pada akhirnya sakit juga. Kesehatan beliau terganggu sehingga dibawa ke Rumah Sakit PKU Gamping selang beberapa hari di Rumah Sakit, beliau Allah Panggil. Tepat ditanggal 9 Juni Pak Said Tuhuleley wafat pada usia 62 tahun.
Keesokan harinya beliau dimakamkan di pemakaman Karangkajen, Mergangsan, Yogyakarta. Nama beliau kemudian hari di abadikan oleh Persyerikatan sebagai nama klinik terapung pada beberapa daerah di kepualauan Maluku.

“Kepergian Said adalah kehilangan bagi Persyarikatan Muhammadiyah dan bangsa Indonesia, Said merupakan seorang mujahid dakwah yang telah mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk dakwah bagi pemberdayaan dan pemajuan masyarakat. Saya berharap akan muncul Said Tuhuleley-Said Tuhuleley baru yang akan meneruskan jihad pencerahan almarhum.”

-Pak Din Syamsudin-
Orang hebat itu memang telah berpulang, tetapi semangatnya dalam merawat mereka-mereka kaum yang lemah akan terus dibawah oleh kaum muda perserikatan. Mereka akan terus menjaga amanah yang sudah dibawah oleh Pak Said Tuhuleley, Said Tuhuleley tua memang sudah wafat tapi said-said tuhuleley muda akan terus ada dan merawat hal-hal baik yang pernah beliau lakukan.
Sebagai anak timur, penulis merasa cemburu melihat perjuangan beliau, semoga saja masih ada anak-anak timur yang punya semangat yang sama dalam menolong kaum mustadz’afin. Sebab sejatinya jalan-jalan yang mendaki itu adalah memberi makan mereka yang miskin dan membantu mereka-mereka yang kesusahan. Semoga saja kita bisa merawat hal-hal baik ini. Aamiin. (**)

Komentar

Loading...