Menyesal, 11 Tapol RMS Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi

KABARTIMURNEWS.COM, AMBON- Sebanyak 11 tahanan politik (tapol) RMS yang tersebar di Kecamatan Saparua Timur, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) akhirnya kembali ke pangkuan ibu pertiwi. 

Memilih kembali ke tubuh dan mencintai NKRI, karena belasan orang simpatisan FKM-RMS ini merasa banyak beban menjadi bagian dari RMS. Perjuangan untuk membahagiakan dan mensejahterakan keluarga cukup sulit diupayakan. 

Pengakuan belasan orang tersebut disampaikan secara langsung dalam seminar kebangsaan bersama kelompok simpatisan FKM-RMS yang diinisiasi pihak Kecamatan Saparua Timur.

Seminar dengan Tema “Mari Ciptakan hidup basudara pela gandong dalam bingkai NKRI” di lakukan di Aula Kantor Kecamatan Saparua Timur, Kamis (15/4), 

Kepala Camat Saparua, Halid Pattisahusiwa mengatakan, seminar kebangsaan ini menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompeten. Dari seminar tersebut, 11 tapol RMS kemudian menandatangani surat pernyataan sikap kembali ke tubuh NKRI. 

“Dan ini deklarasi yang disaksikan langsung oleh saya dan para raja yang hadir,” kata Halid

Menurutnya, isi deklarasi yakni “ katong bertekat untuk kemajuan Indonesia tercinta. RMS adalah katong pung masa lalu. NKRI harga mati. Mari basudara katong bangun Maluku untuk Indonesia.” 

“Alhamdulilah syukur, hari ini ada 11 simpatisan RMS yang kembali mendukung Indonesia,” ujarnya

Dia mengaku, dalam seminar tersebut, Ketua Daerah Angkatan Muda GPM Pulau pulau Lease, Leni Latul juga banyak memberikan pemahaman-pemahaman agar mereka tidak lagi kembali ke RMS. 

Seperti soal semua orang menyuarakan Keadilan adalah mutlak namun bukan dengan tindakan separatisme, tidak ada dua bendera di dalam satu Negara dan tidak ada negara di atas satu Negara yang sah.

Selain itu Sekretaris Kecamatan Saparua Timur M. Lekahena juga memberi pemahaman dengan menjelaskan penjelasan hukum dari tindakan makar, mengajak bersatu untuk membangun Pulau Lease dan terlihat adanya perhatian Pemerintah kepada rakyatnya dengan mengalirnya bantuan BLT dan lain lainnya di Maluku.

Ditempat yang sama, eks Tapol RMS Johni Siahaya mengaku, 17 tahun menjadi bagian dari RMS membuat dia dan kelurga cukup sulit mendapatkan kesejahteraan. “Saya sudah sadar. Cukup sudah 17 tahun pelita perjalanan kehidupan saya dengan keluarga di RMS. Hari ini saya berjanji bahwa tidak akan pernah mengulanginya. Saya hanya ingin bahagiakan keluarga saya,” tegasnya

Selain Siahaya, 10 eks tapol lainnya mengaku mengalami hal yang sama. Mereka tidak berkembang dan sulit untuk menaejahterakan keluarga mereka. (KTY)

Komentar

Loading...