Minyak  Tanah Langkah, Diduga Ada Ilegal Oil di SBT

KABARTIMURNEWS.COM,BULA, - Kasus seperti ini tidak sesuai mekanisme penyaluran BBM bersubsidi.  Masyarakat hampir tidak dapat harga BBM subsidi sesuai ketentuan, baik bensin apalagi Mitan.

Bahan Bakar Minyak (BBM), jenis minyak tanah (Mitan) “ghilang” dari Kota Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT). Diduga ada penimbun yang sengaja bermain, selanjutnya melego dipasaran dengan harga meroket.

Kelangkaan Mitan di Kota Bula sengaja dimainkan para penimbun untuk menimbunnya dan selanjutnya melakukan spekulasi harga jual tinggi ke masyarakat.  “Ada sejumlah pengusaha Mitan di Kota Bula yang bermain. Saban jelang bulan Ramadhan, minyak tanah sering hilang dan kemudian dijual dengan harga tinggi,” ungkap Runy Keliobas, Ketua LIRA, SBT, kepada Kabar Timur, Rabu.

Saat ini, Kota Bula terjadi kelangkaan Mitan. Warga kesulitan mendapatkan Mitan. Antrean untuk mendapatkan Mitan  berjejal ditempat-tempat penjualan Mitan.  “Ini perlu ada solusi pemerintah untuk  mengantisipasinya. Apalagi saat ini warga dihadapkan datangnya Bulan Ramadhan,” ungkap dia.

Kecurigaan adanya praktek penimbunan Mitan yang diduga mengarah ketindakan ilegal oil, semakin terang. “Dugaan kita ada spekulan yang sengaja melakukan penimbunan dan bisa juga bermain ilegal oil. Ini butuh turun tangan aparat penagak hukum untuk menelusurinya,” kata Keliobas.

Sejumlah oknum pengusaha Mitan di Bula, kata dia, patut dicurigai.  “Kalau semua distribusi Mitan difokuskan ke Bula tidak mungkin Bula kehabisan Mitan.  Ini janggal dan perlu turun tangan aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian,” sambunya.

LIRA SBT, kata dia, meminta, Pemkab SBT dalam hal ini Dinas Perdagangan, untuk mencari solusi mengatasi kelangkaan Mitan. Selain itu,  meminta untuk dilakukan pengusutan tuntas kejahatan oknum-oknum tertentu untuk mendapatkan keuntungan dan mengorbankan hak rakyat.

Selanjutnya,  LIRA meminta agar instansi terkait mengambil langkah-langkah antisipatif  dengan melakukan penutupan terhadap pengecer-pengecer Mitan liar, di Kota Bula. “Dugaan kami ulah pengecer liar ini yang jadi penyebab harga Mitan selangit dan langkah,” dua Keliobas.

Kendati begitu, Runi minta harus ada  solusi bagi pengecer untuk tetap melanjutkan usahanya. Tapi bukan lagi jenis Mitan yang di jual. “Sebenarnya niatnya bagus, hanya cara yang kami nilai salah. Makanya ini merupakan tanggung jawab Pemkab SBT,” tandasnya.

Sementara itu,  Aminah salah seorang ibu rumah tangga di Desa Limumir Kecamatan Bula rela mengantri dalam kondisi hujan, hanya untuk mendapatkan Mitan yang di jual Pertamina dengan mobil tanky di depan rumah kepala desa Limumir untuk memenuhi kebutuhan masak.

“Hampir sebulan ini minyak tanah susah. Cari sampe satu Kota Bula ini seng dapa,” tutur Aminah dengan dialeg daerah, kepada Kabar Timur, Rabu.

Kota Bula di kenal sebagai Kota Minyak, malah Mitan untuk warganya tidak ada. Padahal jarak Depo Pertamina dengan kota Bula dekat. Setelah mengantri lebih dari dua jam, akhirnya Mina berhasil mendapatkan Mitan.  “Itu di jual terbatas masing-masing hanya bisa dapat 10 liter Mitan dengan harga Rp18.000 per  lima liter,” tuturnya.

Dalam mengantri untuk dapat membeli Mitan, diwajibkan isi buku antre dengan menyertakan KTP. “Jadi kita  yang mau beli wajib isi nama sesuai KTP. KTP juga disertakan. Kalau tidak bawa KTP kita tidak bisa antre untuk membeli. KTP jadi syaratnya,” akunya.

Mina mengaku mereka harus mengantre  berdesak-desakan ditengah hujan. Dari baju basah hingga kering di badan hanya untuk bisa beli Mitan. “Pakaian ini dari basah sampe kering di badan. Mau bikan bagaimana. Tidak begitu kita tidak bisa beli Mitan,” tutup Mina.

KNPI SBT SESALKAN

Sementara itu, kelangkaan Mitan di Kota Bula, disesalkan  KNPI SBT.  Pemkab melalui dinas terkait, DPRD harus bersikap. Pasalnya, kelangkaan Mitan jelang Bulan Suci Ramadhan, di Kota Bula, sepertinya wajib terjadi, kata Ketua KNPI SBT, Rusdi Rumata.

Rumata meyayangkan ketidakpekaan Pemkab dan DPRD  terhadap kondisi masyarakat saat ini. Menurutnya, kelangkaan BBM di SBT sudah menjadi satu hal yang wajib bagi masyarakat, terutama jelang bulan suci Ramadan.

Selain langkah, kata dia, harga BBM di masyarakat tinggi terutama BBM subsidi jenis Mitan.  Kejadian ini bukan hanya dirasakan warga berdomisili di Kota Kabupaten (BULA), namun hampir dirasakan oleh masyarakat di 15 Kecamatan lainnya.

“Ada apa sebenarnya? Pemerintah dan DPRD harus buka mata. Semua masyarakat mengeluh soal BBM kalian dimana?  Ini bukan hanya di Kota kabupaten tapi 15 kecamatan mengalami hal yang sama. Saya menduga ada pihak tertentu yang bermainan main dengan Mitan,”  duga Rumata

Dia meminta, Dinas Koperindag dapat melakukan pengawasan ekstra setiap pendistribusian BBM, karena kelangkaan minyak sering terjadi di SBT dikarenakan kurangnya kepedulian, ditambah sistem penyaluran yang tak beraturan sehingga kelangkaan bermunculan dimana-mana. Jika ini tidak dilakukan maksimal, masyarakat yang akan jadi korban.

“ Kemarin ada pemberitaan di media soal pemindahan BBM dari satu mobil ke mobil lain, hal ini saya takutkan terjadi pada BBM subsidi. Ya bisa saja kan?  Dugaan saya Mitan, bensin dan solar terjadi seperti itu,” tegas Rumata.

KNPI, kata dia, akan menelusuri kasus kelangkaan ini dan memutus matarantai kejahatan minyak yang meresahkan masyarakat SBT.  Kasus seperti itu tidak sesuai mekanisme penyaluran BBM bersubsidi.  Masyarakat hampir tidak mendapatkan harga BBM subsidi sesuai ketentuan, baik itu bensin apalagi minyak tanah.

Lebih parahnya lagi,  lanjut dia, justru terjadi kelangkaan Mitan, sementara pasokan minyak selalu disediakan pihak Pertamina. “Kita akan telusuri kira-kira berapa sih jatah BBM bersubsidi di Desa dan Kecamata? Karena ada dugaan kuat, BBM bersubsidi di SBT salah didistribusikan sehingga berdampak pada keuntungan mafia alias ilegal oil,” tutup dia.  (KTS/KTF)

Komentar

Loading...